Ospek [2]

10 3 0
                                    

Besok adalah hari terakhir Ashila dan murid baru yang lainnya melaksanakan MOS. Sebelum mereka pulang kakak-kakak mentor mengatakan bahwa besok mereka diharuskan membawa surat cinta yang harus mereka berikan kepada para mentor atau kakak panitia MOS yang kita suka.

Murid baru wanita membuat surat yang harus diberikan kepada mentor atau kakak panitia laki-laki, dan begitupun sebaliknya, murid baru laki-laki harus memberikan surat cinta kepada mentor atau kakak panitia perempuan. Dan semua murid baru wanita bersorak akan hal itu.

Malam hari, Mada membuat surat yang telah ditugaskan mentor kepadanya. Mada menuliskan surat itu sambil membayangkan sosok Ashila Aprilia dalam benaknya. Setelah dia melihat kembali apa yang sudah di tulisnya, dia tersadar seharusnya dia menuliskan surat itu untuk para mentor atau kakak panitia bukan untuk Ashila. Tetapi Mada tak mau ambil pusing, karena telah menunjukan bahwa sudah waktunya untuk dia tidur. Madapun bangkit dari meja belajarnya dan menuju ke tempat tidur.

Mada berfikir akhirnya dia putuskan untuk memberikan surat itu kepada Ashila saja. Karena memang Mada tidak menggumi para mentor atau kakak panitia wanita yang dia lihat.

Hari terakhir mengikuti MOS. Kita mengikuti MOS dengan senang karena lebih banyak bermain ketimbang materi materi yang disampaikan. Sebelum kita mengetahui kelas mana yang akan kita tempati untuk proses belajar mengajar yang sebenarnya, acara yang paling ditunggu-tunggu oleh para perempuan dimulai juga.

"Mohon perhatiannya para calon siswa baru" semua orang langsung melihat orang yang berbicara di depan. "Ya, sebelum kita ke acara penutupan MOS ini, apakah kalian membawa apa yang telah kita sampaikan kemarin?"

"YA......" semuanya pun berteriak girang.

"Nah.... Sekarang kalian harus menunggu di sini selama lima menit. Setelah lima menit kalian diharuskan mencari para mentor atau panitia yang ingin kalian berikan surat yang telah kalian tuliskan. Mengerti?" ucap ketua panitia pelaksana MOS.

"IYA..." semua pun berteriak menjawab.

"Nah waktu dimulai dari......... Sekarang!" ketua panitia itu berlalu ke luar ruangan aula.

Setelah ketua panitia itu keluar dari aula, semua siswa dan siswi pun menghitung waktu sampai waktu menunjukan lima menit. Seteleh lima menit berlalu para siswa siswi berhamburan keluar ruangan aula dan mencari orang yang akan di berikan surat cinta yang mereka buat semalam. Kulihat para sahabatku antusias untuk memberikan suratnya dengan segera, kecuali Mada. Kulihat dia hanya santai tak bergerak dari posisinya duduk.

"Mada, kau tidak akan menyampaikan suratmu?" tanyaku saat yang lain sudah berhamburan keluar ruangan aula.

"Aku tak buat." Jawabnya dengan wajah polosnya. 'Andai kamu dapat membaca pikiranku sekarang Shil' gumamnya dalam hati.

"Ya sudah aku duluan ya.." aku pun berlalu meninggalkan Mada yang masih terduduk tak ada niat untuk berdiri dari posisinya.

Mada kecewa pada dirinya, kenapa dia tak memberikan suratnya saat Ashila bertanya kepadanya. Karena Ashila sudah keluar ruangan, Mada mengeluarkan suratnya dan menghapus namanya yang dia tuliskan dalam surat. Dia memasukan surat itu ke dalam tas Ashila saat sudah benar-benar tidak ada siapa siapa dalam ruang aula.

Acara memberikan surat cintapun selesai dengan waktu hanya satu jam, selanjutnya para siswa dan siswi barupun di kumpulkan lagi di dalam aula untuk mengetahui kelasnya masing-masing. Kelas yang akan menjadi tempat untuk kita semua menuntut ilmu.

Ternyata aku, Rizka, Ayako dan Mada sekelas. Sedangkan Nada dan Reza berbeda kelas. Ya tidak apa-apalah yang penting kita masih dapat berkumpul saat waktu istirahat nanti.

Setelah acara penutupan, siswa dan siswi di perbolehkan untuk pulang. Ashila dan sahabat-sahabatnyapun pulang berjalan kaki kembali. Di perjalanan pulang Reza mengeluh, "Ini gak adil, masa aku dan Nada gak sekelas sih sama kalian. Kan sedih tau."

"Ko sedih sih? Kan kita masih bisa sama sama pas waktu istirahat dan pulang sekolah." jawab Ashila menenangkan.

"Kamu tuh kaya anak kecil aja, kita kan udah SMA. Lagipula kamu gak sendirian lagi Rez, masih ada aku yang sekelas sama kamu huuhhh." Jawab Nada jengkel.

"Udah, udah gak usah ngambek sama sedih gitu ahh. Gimana kalau besok kita main?" jawab Mada.

"SETUJU!!!!!" jawab dua orang yang sedari tadi hanya melihat dan tertawa.

"Baiklah sudah di tentukan besok kita akan main. Tapi kemana yaa?" Tanya Mada dan melihat kearahku.

"Kita keliling kota. Bagaimana ?" jawab Ayako.

Setelah kesepakatan untuk bermain telah di tentukan kita pun melanjutkan perjalanan menuju ke rumah masing-masing dan berpisah di persimpangan komplek seperti biasanya.

Di jalan saat hanya Ashila dan Mada. Ashila merasa ada yang beda dari suasana hening bersama Mada. Ashila hanya melihat tingkah Mada yang tidak seperti biasanya. Mada terlihat menjadi pendiam dan ada sedikit rasa gugup saat Ashila melihatnya.

"Apa kau baik baik saja?" Tanya Ashila kepada Mada.

"Ahhh.... Yaa... aku baik baik saja. Kenapa?" jawab Mada gugup.

"Tidak apa-apa. Hanya saja hari ini kamu berbeda dari biasanya." Jawab Ashila sambil tersenyum. "Dengar, aku menemukan kata-kata bagus lagi semalam. Kau mau dengar?" lanjut Ashila untuk mencairkan suasana.

"Tentu" jawab Mada.

"Beranilah untuk mengungkapkan cintamu pada dia yang memang selalu kau pikirkan. Jika tidak, kamu hanya akan menyiksa dirimu sendiri dari rasa sesak yang ada di hatimu. Jadi, beranilah. Maka dia akan mengetahui seberapa cinta dirimu padanya. Bagaimana menurutmu? Aku telah mencobanya dengan menyampaikan surat cintaku yang kubuat semalam ke ka Rio." ungkap Ashila.

Mada kaget dengan ucapan Ashila. Dia hanya terdiam mendengar ucapan kata-kata yang dikeluarkan oleh Ashila. Dia merasa hari ini keadaan sedang mempermainkannya, melalui kata-kata yang diucapkan Ashila. 'Jadi Ashila suka sama ka Rio?' batin Mada.

Di sepanjang jalan, Mada tidak merespon apa yang ditanyakan Ashila padanya. Pikiran Mada tidak sedang ada pada tempatnya.

Seperti biasa sampailah Ashila di rumahnya, Madapun seperti biasa melambaikan tangannya tanda berpisah. Tapi Ashila memegang tangannya dan berkata "Mada, kau yakin tidak apa-apa? Kau berbeda hari ini, apa aku mengatakan hal yang salah?"

"Tidak... Benar aku tidak apa apa Shila. Sudah ya sampai besok." Madapun berlalu meninggalkan Ashila yang masih heran dengan sikapnya hari ini.

Ashilapun masuk kedalam rumahnya karena Mada sudah berlalu menuju rumahnya. Ashila merasa heran dengan sikap Mada akhir-akhir ini, tapi dia berpikir bahwa itu hanya perasaannya saja.

Difficult Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang