Perasaan Mada[1]

13 4 1
                                    

“kau baik baik saja?” Tanya Ashila kepada Mada.

“Ahhh…. Yaa… aku baik baik saja. Kenapa?” jawab Mada
gugup.

“Tidak apa apa. Hanya saja hari ini kamu berbeda dari biasanya.” Jawab Ashila sambil tersenyum dan masuk ke dalam rumahnya.

“Aishh…” Mada menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kenangan yang baru saja dia alami terus terngiang di kepalanya seperti video flashback. Terulang terus menerus.

Mada pun masuk ke dalam rumah setelah Ashila masuk ke rumahnya. Madapun masuk ke rumah dan membuka pintu yang berada di hadapannya. Baru saja membuka pintu yang berwarna merah maroon ini Mada sudah di sambut oleh Rina, ibu Mada, di depan pintu.

“Astaga ibu mengagetkan saja.” Ucap Mada karena terkejut akan kehadiran Rina yang tiba tiba sudah berada di depan pintu.

Mada adalah anak tunggal dari Irwan dan Rina. Irwan adalah ayah Mada, dia adalah seorang pengusaha yang selalu ditugaskan oleh atasannya keluar kota bahkan sampai keluar negeri. Irwan akan pulang selama sebulan sekali untuk mengunjungi keluarganya atau akan ada di rumah jika sedang tidak di tugaskan di luar kota. Dan Rinalah yang mengurus rumah dan Mada.

“Terkejut? Bukankah ibu selalu menyambutmu di depan pintu? Atau anak ibu ini sedang melamun ya?" goda ibu Mada, "Ya sudahlah ayo masuk dulu, bagaimana dengan sekolahmu hari ini, Nak?” Tanya Rina dengan suara lembutnya.

“Ahh tidak, aku tidak melamun… Biasa saja Bu tidak ada yang menarik”

“Tidak ada yang menarik? Bukankah ada Ashila, sahabat - sahabatmu? Bagaimana bisa tidak menarik?”

“Apa sih Bu…. Aku dan Ashila hanya sahabat baik, tidak lebih. Ah… Sudahlah aku mau ke kamar dulu.”

Rina mengetahui semuanya, perasaan Mada terhadap Ashila dan persahabatan mereka saat masih kecil. Setelah perdebatan dengan Rina, Mada langsung menuju kamarnya. Kamarnya yang nyaman tanpa gangguan.

Kamar Mada tidak terlalu besar, tidak juga terlalu kecil. Dengan interior ruangan yang di desainnya sendiri agar sesuai dengan kemauannya. Dengan dinding berwarna biru laut, dan peralatan seperti meja belajar, kasur, lemari pakaian, dan yang lainnya. Cukup nyaman untuk ukuran kamar yang tidak terlalu besar.

Sampai di kamar, Madapun berganti pakaian seragam dengan pakaian santai. Dengan memakai celana pendek dan kaos berwarna biru kesukaannya.

~trink…trink…trink…~

Mada membuka kunci layar di
handphonenya dan terlihat ternyata itu pesan dari Ashila. Tanpa disadari, Mada senyum-senyum sendiri ketika melihat isi pesan itu. Dan melupakan kejadian yang membuatnya terdiam tak menjawab pertanyaan Ashila.

From : Ashila aprilia
To : Mada
~~kamu yakin kamu baik baik saja? Aku rasa ada yang berbeda dari
sikap kamu hari ini.~~

From : Mada
To : Ashila aprilia
~~aku baik baik saja. Gak usah khawatir gitu ☺ tapi seneng deh di perhatiin sama kamu :P~~

From : Ashila aprilia
To : Mada
~~bagaimana aku tidak khawatir? Kau itu sahabatku dari kecil. Tapi syukurlah jika benar kamu baik baik saja. Ku harap kamu tidak pernah berbohong kepadaku ☺ mulai deh kegeeran~~

Mada senang dapat perhatian seperti itu dari Ashila, tapi Mada tahu perhatian Ashila hanya sebatas sahabat. Madapun membantingkan tubuhnya ke atas kasur dan bergumam ‘Ashila bisakah kamu menganggapku lebih dari sekedar sahabat?’.

~trink…trink…trink…~

Handphone Mada berbunyi lagi, tapi kali ini pesan dari Ayako. Ya Ayako akhir akhir ini selalu menghubungi Mada untuk bercerita tentang masalah-masalahnya. Sebagai sahabat sejati sudah sepantasnya untuk Mada membantu Ayako. Karena sahabat harus selalu ada di dalam suka dan duka.

From : Ayako
To : Mada
~~mada maukah kamu menemaniku sekarang  aku ada di taman
tempat biasa kita berkumpul. Please tolong aku :’( ~~

From : Mada
To : Ayako
~~baiklah aku kesana sekarang~~

Setelah mendapat pesan dari Ayako, Mada segera pergi ke tempat yang sudah dijanjikan bersama Ayako di messagenya, karena takut hal yang gawat terjadi kepada Ayako. Madapun keluar kamar dan memberi tahu kepada ibunya bahwa dia akan pergi ke taman sebentar.

Saat telah mendapatkan ijin Madapun mencium tangan ibunya dan segera menuju ke taman.

Taman adalah tempat biasa mereka kunjungi. Karena taman itu adalah titik tengah pemisah antara komplek Mada dan Ashila dengan kawan-kawannya. Taman itu adalah taman yang indah dengan dihiasi bunga bunga yang sangat indah dan juga memiliki kolam air mancur di tengah tengah taman sebagai pelengkap dan menambah pemandangan indah bagi orang orang yang melintasinya.

Taman ini juga memiliki tempat-tempat bagi para pengunjungnya untuk duduk. Taman yang menyediakan tempat untuk bersantai dekat dengan air mancur.

Sesampainya di taman, ternyata Ayako sudah duduk di kursi yang disediakan dengan masih menggunakan seragam yang lengkap.

‘Ya Tuhan apa yang terjadi dengan sahabatku kali ini’ gumam Mada dalam hati.

Mada melihat Ayako tengah menangis di taman sendirian. Dan Madapun menghampirinya karena tidak tega melihat Ayako sendiri lebih lama lagi.

“Ayako kamu kenapa?” tanya Mada khawatir.

“Mada.. hiks…hiks… aku… aku melihat orang tuaku bertengkar lagi. Hatiku sakit Mada melihat mereka tidak akur dan tidak damai seperti ini. Aku rindu mereka Mada… aku… aku… rindu akan kasih sayang yang dulu mereka berikan…hiks…hiks…” jawab Ayako dengan wajah yang semakin sedih.

Sungguh tak tega Mada melihat sahabatnya dalam keadaan seperti ini.

“Tenang lah Ayako. Jika kau membutuhkan pundak untuk bersandar aku akan memberikan pundakku untuk membuatmu tenang. Jadi jangan menangis.” Jawab Mada menenangkannya.

“Terima kasih Mada..”Mada tersenyum melihat Ayako sudah kembali tenang.

Tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.

“Ayako sudah sore, ayo kita pulang.” ajak Mada kepada Ayako.

“Tapi… aku takut, jika orang tuaku masih bertengkar seperti tadi.” jawab Ayako.

“Aku yakin mereka sudah tidak bertengkar seperti tadi. Atau mari aku antar kamu sampai rumah. Aku tidak mau membiarkan kamu sendirian saat sedang dalam keadaan seperti ini.”

“Baiklah.”

Mada mengantarkan Ayako pulang ke rumahnya. Sesampai di rumah Ayako mada mengantarnya sampai Ayako benar-benar masuk kedalam rumahnya.

“Masuklah aku yakin tidak akan terjadi apa-apa.” bisik Mada.

Dan Ayako pun masuk ke rumahnya. Saat itulah Mada rasa waktunya untuk pulang. Mada tidak mau membuat ibunya khawatir.

“Kemana saja kamu, Nak?” tanya Rina kepada anak semata wayangnya yang baru saja pulang.

Mada melihat jam, dan ternyata sudah menunjukan pukul enam
malam.

“Maafkan aku Bu. Aku mengantarkan Ayako pulang dulu. Aku tak tega melihatnya seperti itu.” ucap Mada menunjukan tampang sedih.

“Iya ibu mengerti.” jawabnya dan memeluk Mada lembut. “Ya sudah kita makan dulu, ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu.”
Lanjut Rina dan dibalas anggukkan oleh Mada.

Setelah selesai makan Mada memutuskan untuk menonton televisi. Tapi entah mengapa Mada tidak terfokus pada acara yang sedang di tayangkan.

‘seperti ada yang aku lupakan’ batin Mada.

“AAAAAAAAAAAAAAA” Teriak Mada seketika dan membuat ibu Mada langsung menghampirinya. “Ada apa sayang?”

“A… anu… tidak bu, tidak ada apa apa.” Mada menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

‘surat itu, apa Ashila telah melihatnya?’ batin Mada, menghiraukan ibunya yang kebingungan menatapnya.

Difficult Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang