Terungkap [2]

9 1 0
                                    

Wisata di mulai dengan acara melihat para petani teh mengumpulkan daun teh dan seterusnya sampai menjadi teh yang dapat di konsumsi masyarakat. Meskipun wisata, mereka masih tetap belajar mengenai berbagai macam, seperti manfaat teh, cara pembuatan teh, dan lain - lain.

Teh merupakan minuman yang banyak digemari oleh masyarakat untuk menjadi teman roti, biskuit, dan cemilan lainnya. Para murid mendengarkan dengan antusias, dan sebagian juga ada yang sengaja ingin mengabadikan moment mereka saat sedang berada di sana dengan berfoto dengan para petani dan yang lainnya.

Saat sore menjelang, para murid kembali ke vila dan di bebaskan namun tidak boleh keluar dari area vila. Para guru mengumumkan bahwa mereka hanya boleh berada di halaman atau di dalam vila.

Ashila, Mada dan yang lainnya berkumpul di pinggir kolam renang yang ada di bagian belakang vila. Mereka hanya merendamkan kaki mereka ke dalam kolam yang hanya setinggi dada orang dewasa dengan urutan Reza, Nada, Ashila, Rian, Ayako, Rizka dan Mada.

"seru juga ya, ternyata bikin teh tuh ga ribet." Ucap Nada membuka pembicaraan.

Serentak yang lain menjawab "Iya" dan sebagian lagi mengangguk.

"oh iya Shil, nih aku kembalikan novel yang aku pinjam." Ucap Rian sambil merogoh isi tasnya untuk mengeluarkan novel yang di pinjamnya.

"oh, kapan kamu meminjamnya? Aku tidak ingat." Ucap Ashila heran kenapa novel pemberian Mada ada pada Rian.

"masa lupa sih, aku kan pinjam saat kamu sudah selesai membacanya kemarin, sayang." Ucap Rian tersenyum dan mengelus puncak kepala Ashila.

Mada yang sedari tadi melihat Ashila dari pantulan air di kolam renang sontak kaget dengan apa yang Rian lakukan dan ucapkan kepada Ashila.

Perlakuan Rian kepada asila sontak membuat kepalanya mulai merasakan sakit, namun masih dapat dia tahan. Dia juga tidak dapat meminum obatnya karena obat itu masih ada pada Rian.

"oh iya? Hmm... entahlah aku lupa. Makasih ya Rian." Jawab Ashila membalas senyuman Rian.

"kali - kali panggil sayang dong." Ucap Rian memohon.

"iya kapan - kapan." Jawab Ashila.

"sekarang dong." Rengek Rian.

"kan malu sama yang lain."

Rian memasang wajah memohon.

"iya deh iya... makasih ya Rian sayang." Ucap Ashila dan tersipu malu.

Deg.........

Satu lagi perlakuan yang membuat kepalanya lagi - lagi berdenyut. Namun kali ini Mada merasakan denyutan itu sangat menyakitkan. Tapi kali ini denyutan menyakitkan itu tidak hanya di kepalanya melainkan juga hatinya. Dia menundukkan kepalanya dan sekuat tenaga menahan rasa sakit itu sendiri.

'aku harus bisa menahan ini, SIAL!!! Mengapa aku seceroboh ini.' Pikir Mada.

"kamu tidak apa - apa Mada?" tanya Rizka.

"tidak apa - apa." Jawab Mada masih dengan posisinya.

Keringat dingin mengucur di kepala Mada, wajah nya mulai pucat pasi. Mada masih diam di tempatnya, karena jika dia keluar sekarang mereka akan mencurigai dirinya.

"kamu yakin?" tanya Rizka dan memaksa menarik tangan Mada agar Mada mengarah padanya.

"see... I'm alright" pandang Mada.

Muka Mada memang sudah kembali normal, ya Mada memaksakan mukanya agar kembali normal. Namun tangannya masih terasa dingin.

"iya, maaf. Aku hanya kaget kamu diam saja dari tadi dengan posisi seperti itu. Tapi, kenapa tangan kamu dingin sekali?" tanya Rizka masih khawatir.

Difficult Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang