Mada duduk di sebuah bangku taman, dan membeli sebotol air mineral ke pedagang dekat situ. Dia mengeluarkan sebuah kotak di dalam saku jaketnya dan memakan isi yang ada di kotak tersebut.
Mada mengeluarkan sebuah amplop di saku jaket yang lainnya, lama dia memandangi amplop itu. Dia pun menghempaskan punggungnya ke senderan kursi dan menatap ke arah langit.
"benar, aku yang salah. Aku yang membuatmu harus menerima dirinya. Dan akulah yang menyesal karenanya. " Gumam Mada.
Madapun memejamkan matanya, sekelebat kenangan muncul di benak Mada seperti sebuah vidio berputar. Air mata jatuh dari matanya yang masih terpejam.
"kenangan itu begitu indah, dan terlalu sakit, aku sakit Shil, disini." Ucap Mada sambil meletakkan tangannya di dada. "apa harus aku menyerah untuk cinta yang aku rasakan? Rasanya sakit, sesak, aku ingin kamu tahu, tapi... aku tidak ingin seperti ini."
Empat puluh lima menit Mada meninggalkan sahabat – sahabatnya dan diapun kembali ke kumpulan sahabat – sahabatnya. Dia duduk di tempatnya, di sebelahnya ada tas Ashila. Pemilik tas itu sedang berada di toilet.
"kamu kemana saja." Tanya Reza.
"hanya berkeliling." Jawab Mada masih dengan suara yang pelan menahan sakit.
"suaramu tidak biasa, ahh.. mungkin perasaanku saja. Ehhhh.... kamu berkeliling sendiri tanpa mengajak kita kita?" tanya Reza pura – pura marah.
"maafkan aku."
Ashilapun sudah kembali dari toilet. Dan duduk di sebelah kursi Mada, karena tas nya berada di sebelah bangku yang ditempati oleh Mada.
"Mad, kamu masih belum mengingat kita?" tanya Rizka yang di balas tatapan marah dari yang lain. "ehh... maaf aku menanyakan hal ini, tapi ini tidak adil."
"maafkan aku." Jawab Mada.
Rian memerhatikan gerak gerik Mada, dia seperti merasa jika Mada mengatakan kebohongan. Entah itu naluri sesama lelaki, atau memang hanya perasaan yang dia rasakan.
"kamu tidak ingin mengingat kita? Aku ingin melihatmu kembali seperti dulu, Mada yang ceria dan selalu membantu kita. Bukan Mada yang hanya mendengarkan kita tanpa respon apapun seperti ini." Ucap Rizka.
"apa aku telah menyakiti kalian?" tanya Mada merasa kaget dengan perkataan Rizka.
Mereka semua hanya diam saling pandang satu sama lain tanpa memberikan jawaban. Mereka pun menjawab pertanyaan Mada dengan senyuman hambar kepada Mada.
"kamu aktor terbaik." Gumam Rian.
"kamu sudah baikan? Atau masih sakit?" tanya Ayako berbisik.
Mada menjawab dengan gerakan tangan yang menautkan telunjuk dan jempolnya d3ngan maksud ~ sedikit.
"aku memang berkulit putih, bukan pucat" canda Mada sambil tertawa kepada Ayako.
"ishh... masih bisa kamu becanda seperti itu." Jawab Ayako kesal dan ikut tertawa juga.
"kamu kesal?" tanya Mada.
"tidak..."
"kenapa?"
"anata ga sukidakara."
"hah... aku tidak mengerti." Ucap Mada heran yang hanya di balas dengan tawa dari Ayako.
"tidak haha... aku hanya sedikit sedikit belajar bahasa kakekku." Elak Ayako.
Satu jam berlalu, Ashila dan sahabat – sahabatnya keluar dari cafe dan melanjutkan perjalanan dengan berkeliling kota. Semuanya gembira dengan perjalanan mereka kecuali Mada yang sedari tadi hanya diam mendengarkan mereka berbicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Love Story
Romanceperjalanan cinta tidak selamanya mulus. Sama seperti kisah Ashila dan Mada yang selalu ada kesalah pahaman terjadi.