Pemberhentian selanjutnya, mereka memasuki restoran keluarga dengan interior merah putih retro khas 50 an. Menempati salah satu kursi yang di sekat yang berada di sudut ruangan. Pelayan dalam pakaian merah putih menghampiri sembari menyorongkan buku menu pada mereka.
"kami berdua pesan steik di bakar setengah matang, dengan jamur dan asparagus" kata Ale mengembalikan buku menu kepada pelayan. "untuk minumnya aku pesan root bir, kau tidak masalah bukan?" tanya Ale pada Neal. "t-tentu" jawab Neal tersenyum kikuk.
Pelayan menyebut kembali pesanan dan mengambil buku menu, kemudian berpaling menghadapi tamu lainnya.
"nah sekarang ceritakan padaku" kata Ale bersemangat. "Hah?" Neal berkedip tak percaya. "iya... ceritakan padaku bagaimana perasaanmu ketika menontonnya, apa saja yang kau lihat? Apa saja yang kau pelajari?"
"anda ingin aku bercerita disini?" bisik Neal memajukan tubuhnya. "kenapa tidak?" Ale mengernyit bingung. "a-aku kira ini bukan tempat yang pas untuk bercerita."
"menurutmu dimana tempat yang pas itu?" tanya Ale memainkan anak rambutnya. "hmmm... kantormu?"
"sekarang sudah jam 5 dan jam kerjaku sudah selesai. Jadi ceritakan saja disini."
Neal melihat sekitar, restoran itu terbilang ramai dengan music mirip pengantar iklan tahun 50 an mengalun dari juke box.
"baiklah aku akan membantumu. Di bagian mana kau merasa bergelora?" tanya Ale. Wajah Neal memerah dan untunglah saat itu pelayan datang meletakkan dua gelas besar root bir. Neal meraih gelas dan meminum nya sampai habis.
"wooo... sabar Neal, aku tidak ingin kau melantur ketika menceritakannya" kata Ale merengut dan memberi tanda pada pelayan untuk membawakan segelas lagi.
Neal meletakkan gelas besar itu hati-hati keatas meja sambil mengusap busa di atas bibirnya. Dan tak terduga ia bersendawa.
"Maaf..." bisik Neal, wajahnya sekarang lebih merah dari tomat. Ale mengulum bibirnya agar tidak tertawa. Ia menarik nafas untuk menenangkan. "baiklah..." gumamnya sembari berdehem. "jadi?"
"well... itu ada 4 babak, anda mau yang mana?" tanya Neal malu-malu. Ale memelintir anak rambutnya, "hmmmf... aku agak lupa apa saja adegannya."
"ada di ruang makan, kolam renang, kamar tidur, dan kamar mandi" sahut Neal. Ale bertepuk tangan, "ah... kamar tidur, bagaimana menurutmu?"
"hmmmff... a-aku baru tau ternyata itu bisa di lakukan dengan banyak gaya" jawab Neal tersipu. Reaksi pertama Ale adalah terdiam dan kemudian berubah menjadi tawa tergelak. Ia menengadahkan lehernya, menampilkan lehernya yang indah dan seputih cream root bir.
"kau kira Cuma gaya missionaries saja? Astaga! aku lupa betapa polosnya dirimu" kata Ale tergelak. Neal hanya mengamati, terpesona dengan kecantikan Ale ketika tertawa, ternyata dia lebih cantik lagi ketika tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You're Mine
RomanceAlessa Vaugh editor majalah fashion terkemuka selalu menutup diri dengan yang namanya cinta. Seks dan sepatu dua hal yang tidak bisa ia lepaskan begitu saja. Di lain pihak, Neal Andrews berusaha membuktikan dirinya bahwa ia bisa terbebas dari bayang...