Author pov
Duduk di ruang tunggu membuat irene terus mencengkram roknya kuat-kuat. Bahkan irene sudah berkali-kali membuang nafasnya hingga suara high heels milik seseorang terdengar lalu berdiri tepat di hadapannya. Jujur saja irene enggan mendongak namun ia tetap harus profesional jika ingin mendapatkan pujian dari bosnya.
"Irene? " kening wanita di hadapannya menyatu tanda heran, ia perhatikan wajah irene hingga senyuman irene pun akhirnya mengembang menyapa wanita cantik dengan pakaian sexynya namun terlihat sangat anggun.
"Annyeonghaseyo. Apa kabar davika? "Sapa irene manis pada wanita itu.
"Ternyata benar kau? Hai irene, apa kabar? "Tak banyak bicara lagi, davika pun langsung mengambil tangan irene dan membawanya duduk kembali setelah mereka saling menyapa.
Kini keduanya sudah duduk berhadapan dengan di temani segelas coffe di meja. Irene tahu, pekerjaannya memang akan membuat dirinya dapat bertemu kembali dengan seorang wanita yang dapat membuatnya mengingat masa lalunya.
"Jadi kau sudah menjadi seorang reporter? Wow berarti kita sudah lama sekali tidak bertemu bukan? "Menyeruput sedikit minumannya, davika masih saja memasang wajah senangnya, berbeda dengan irene yang lebih serius padanya."Ya, apa kita sudah bisa memulainya? "
"Ah mian, aku terlalu senang bisa bertemu denganmu! Baiklah, aku akan menjawab semua pertanyaanmu! Kau tenang saja"
"Terimakasih.. "
Pertanyaan demi pertanyaan sudah di layangkan irene dan juga sudah di jawab davika. Irene ingin semuanya cepat berakhir, sampai pada pertanyaan terakhir. Melihat pertanyaan terakhir, irene sungguh tak ingin mendengar jawabannya nanti. Tapi semua pertanyaan ini memang harus ia tanyakan pada wanita yang sudah menunggu pertanyaan berikutnya.
"Soal kekasih, apa saat ini kau sedang berkencan dengan seseorang? "Tanya irene ragu namun di tanggapi santai oleh davika.
Wanita itu melihat kanan dan kiri lebih dulu, ia majukan posisi duduknya agar suaranya yang pelan dapat di dengar irene.
"Ya, tapi ku harap kau tidak memasukannya sebagai jawabanku. Cukup kau tulis kalau aku belum memikirkan hal itu! " awalnya davika memasang wajah manis dengan senyuman cantiknya, namun tak lama ia merubah mimik wajahnya dengan lebih serius.
"Araseo.. "Hanya itu jawaban irene. Davika hanya tersenyum setelah mendengar jawaban irene. Irene sungguh tak ingin tahu siapa kekasih davika, toh yang akan ia tulis juga tidak sesuai dengan jawaban davika.
____
Sehun pov
Mungkin wanita yang tengah duduk di hadapanku tengah gugup sampai-sampai ia berkeringat seperti itu. Pertanyaannya saja belum sampai setengah namun sudah memakan waktu hingga 10 menit. Aku menyandarkan tubuhku dan serius menatapnya, ia bahkan sesekali menarik nafas dan jujur saja membuatku tak nyaman.
Merasa ada yang berbeda dari mimik wajahku, kyungsoo pun membuka suaranya agar kekauan ini sedikit mencair.
"Gwenchana? Apa kau butuh sesuatu nona im? "Tanya kyungsoo padanya, wanita itu hanya nyengir segaris entah apa maksudnya.
"Bisa anda percepat sedikit nona, aku harus segera pergi untuk kegiatan selanjutnya! " tak peduli dengan reaksinya, wanita mungil itu pun langsung menunduk sembari mengucapkan maaf padaku. Aihh, katanya ia wartawan senior, tapi melihat sikapnya sekarang seperti ia baru mewawancarai artis saja! Pikirku kesal.
Baru saja wanita itu hendak berkata kembali, tiba-tiba saja tubuhnya tumbang hingga aku dan kyungsoo pun terkejut bukan main. Kami kompak berdiri memperhatikan wanita itu yang sudah tak sadarkan diri jatuh dari kursinya. Dengan cepat, kyungsoo pun mengambil tubuh reporter itu sambil meminta tolong padaku untuk menghubungi ambulance.
KAMU SEDANG MEMBACA
closer (hunrene)
FanfictionTidak ada yang tahu bagaimana tuhan mempertemukan dua insan menjadi pasangan. Takdir membuat sehun dan Irene memiliki ceritanya sendiri. Semua berawal dari kenangan yang menyakitkan namun kenangan itulah yang dapat membuat sehun dan Irene semakin d...