chapter 4

713 106 14
                                    

Author pov

Miring ke kanan kemudian miring ke kiri kepala lelaki itu, dari mata itu melotot sampai mata itu menyipit, taeyoong masih saja memperhatikan cover majalah yang saat ini sedang berada di tangannya. Mendekatkan kembali majalah itu kemudian ia jauhkan lagi sampai-sampai membuat Irene kesal akan sikap sahabatnya itu.

Irene mengambil majalah itu lalu melemparnya ke atas meja taeyong dengan raut wajah kesalnya.

"Kau yakin wanita ini bukan kau? "Tanya taeyong sembari menunjuk gambar punggung wanita yang sedang di peluk sehun di majalah itu. "Dari pakaian dan ukuran tubuhnya, ku rasa ini kau? Bukankah saat itu kau sedang mewawancarainya? "Ucapan taeyong sudah seperti detektif saja, namun Irene tak mungkin jujur pada taeyong, sebab Irene sungguh tak ingin hubungan masa lalunya terbongkar bersama sehun.

"Bu-kan!" dengan suara tegas Irene kembali mengelak
"Aku menyelsaikan wawancara itu lebih cepat, lagi pula baju seperti ini banyak di jual di pasar. Kau pikir hanya aku yang memilikinya! "

"Aku juga tidak yakin kau di peluk superstar macam oh sehun! " wajah meledek taeyong pun terlihat kini, sebenarnya Irene suka sebal jika taeyong sudah memasang wajah meremehkan seperti itu, tapi untuk kali ini Irene sangat bersyukur jika taeyong percaya padanya.

Irene mengambil mejalah itu kembali, ia lihat lagi fotonya dengan sehun lalu ia pun membuang nafasnya kasar.

Dasar oh sehun bodoh! Selalu saja bertindak ceroboh! Pikir irene saat ini.

"Yakin ini bukan kau? "Lagi-lagi taeyong memastikan dengan nada suara yang sedikit berbisik.

"SUDAH KU BILANG BUKAN DIRIKU! " suara teriakan irene pun mengundang beberapa karyawan disana untuk memperhatikannya. Sadar ia membuat keributan, irene segera membungkuk meminta maaf dan sesekali matanya melirik ke arah taeyong yang saat ini sedang terkekeh kecil melihat sahabatnya yang kembali dapat ia isengin.

____

Sehun pov

Baru saja aku dapat kabar dari sutradara kim kalau pemeran wanita dalam film terbaruku sudah di putuskan, aku sejujurnya tidak tertarik untuk tahu siapa lawan mainku nanti. Tapi berhubung film ini membutuhkan chemistry yang kuat antara kedua pemeran utama, mau tak mau aku harus datang ke pertemuan pertama kami nanti, meskipun hanya sekedar untuk berbincang saja. Biasanya aku akan bertemu dengan lawan mainku ketika pembacaan naskah di mulai, tapi sekarang aku harus mengikuti keinginan sutrada kim untuk mempertemukan aku lebih dulu dengannya.

Setelah menyetujui lokasi dimana kami akan bertemu, kini aku sudah menunggunya di salah satu restoran dekat kantor managementku. Ruangannya tertutup dan aku bisa bebas menunggunya tanpa takut ada seseorang yang akan mengenaliku ketika aku sedang bersantai.

Sambil main game yang ada di ponselku, aku sampai tak sadar kalau ternyata wanita itu telat datang. Sesekali ku lihat kyungsoo yang tak sabar menunggu wanita itu.

"Jika sudah syuting di mulai, aku tak ingin kau membuang waktumu seperti ini! "Ocehnya dan aku masih saja fokus menatap layar ponselku.

"Sabar saja, namanya juga wanita! Mungkin dia ingin terlihat cantik di depanku! "Godaku hingga membuat kyungsoo terkekeh tak percaya. Sebenarnya aku bukan lelaki yang sepercaya diri seperti ini, aku hanya mengajaknya bercanda agar lelaki dengan tampang serius ini mau sedikit saja tersenyum.

Pintu ruangan terbuka dan aku mendengar suara hak sepatu tengah berjalan mendekatiku. Dengan cepat aku langsung meletakan ponselku di meja dan segera menyapa partner kerjaku nanti. Aku pun segera berdiri dan mengangkat wajahku agar dapat melihatnya dan aku cukup terkejut ketika aku melihat davika sedang tersenyum cantik menyapaku.

closer (hunrene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang