Author pov
Mata sehun hanya tertuju pada Irene yang sedang sibuk di dapur membuatkan hot chocolate. Sesekali Irene melihat ke arah sehun dan lelaki itu akan pura-pura membuang muka, melihat sehun seperti itu, Irene justru tertawa kecil. Mungkin sehun masih menganggap ini mimpi sampai akhirnya Irene kini memilih duduk di sampingnya dengan dua gelas hot chocolate di tangannya.
Suasana malam ini sedikit canggung untuk sehun dan Irene tapi Irene berusaha agar ia tak terlihat gugup duduk berdekatan dengan sehun yang sedang menyeruput minumannya.
"Apa tanganmu sungguh tidak apa-apa? " memecahkan keheningan, Irene lebih dulu membuka suaranya. Ia melihat tangan kanan sehun yang harus di gips.
"Tidak apa-apa, hanya retak sedikit saja tapi semua baik-baik saja.. " jawab sehun sudah mulai santai.
Irene membuang nafasnya kasar, bisa-bisanya sehun tersenyum di saat Irene setengah mati mengkhawatirkannya. Setelah puas melihat wajah sehun yang tak merasa bersalah, wanita itu kembali menatap lurus ke depan.
"Kau masih sama seperti dulu, selalu peduli dengan orang-orang di sekitarmu" menenggak hot chocolatenya lagi, Irene masih enggan menatap sehun yang saat ini masih tak mengalihkan pandangannya dari Irene.
"Kau tidak senang aku menyelamatkan davikah? "
"Ya, kenapa harus dia yang kau selamatkan?" Irene melirik sehun sinis, bukan bermaksud Irene menginginkan davikah terluka tapi lebih tepatnya, Irene tidak suka jika nanti davikah berpikran macam-macam akan aksi sehun yang bak superhero. "Andai dulu kau tidak menyelamatkanku di lorong club. Aku rasa mungkin aku tidak akan berada disini. Mengkhawatirkanmu seperti orang bodoh! "
Hening sejenak, mereka hanya saling menatap satu sama lain. Apa sekarang Irene sedang mengakui perasaannya? Pikir sehun saat ini. Ia seakan terhipnotis dengan kedua mata sendu irene.
"Maaf kalau aku membuatmu khawatir" sehun mencoba menyentuh pipi irene. Wanita itu hanya tersenyum kecil ketika mendengar permintaan maaf sehun padanya. "Kau tahu, naluriku sebagai laki-laki teruji ketika melihat seorang wanita membutuhkan bantuanku.. "Goda sehun hingga membuat irene terkekeh tak percaya. Wanita itu langsung memukul tangan sehun yang ada di pipinya kesal.
"Menyebalkan, tidak perlu sampai mengorbankan dirimu untuk membuat davikah jatuh hati padamu.. "Irene kembali menenggak minumannya sembari mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
"Aku sungguh-sungguh menolongnya karena aku seorang laki-laki. Tapi.. "Sehun kembali menyentuh pipi irene agar wanita itu kembali melihatnya. "Cuma bae irene yang membuatku merasa ingin melakukan banyak hal untukmu! " ucap sehun lembut.
Irene mencengkram kuat gelas yang ada di tangannya. Ia tak percaya kalau sehun akan berani mengatakannya. Ia pikir mereka sudah berakhir meskipun perasaan mereka masih sangat kuat satu sama lain. Irene hanya bisa diam saat sehun memberanikan dirinya untuk mencium bibir tipis irene, tak ada penolakan dan irene hanya bisa diam terpaku ketika benda kenyal itu kembali menyentuh bibirnya yang merah.
_____
Irene pov
Jantungku berdetak tidak normal saat ini. Aku rasa aku harus menghentikan semuanya, tapi kenyataannya aku justru membiarkan sehun menciumku. Awalnya bibir kami hanya menempel sebelum akhirnya aku mulai merasakan sehun mulai menyesap bibirku lembut. Aku tak pernah berpikir kalau semua ini akan berlanjut tapi aku menikmatinya, bahkan sampai kedua mataku tertutup. Aku rindu dengan sentuhannya yang lembut seperti ini.
Kekesalanku padanya hari ini terbayar sudah ketika sehun semakin melumat bibir atas dan bawahku. Begitu manis rasanya dan aku tak peduli dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Malam ini kami berdua menikmati apa yang sudah lama aku rindukan, entahlah dengan dirinya? Aku tidak tahu apa sehun merindukan sentuhanku juga atau tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
closer (hunrene)
ФанфикTidak ada yang tahu bagaimana tuhan mempertemukan dua insan menjadi pasangan. Takdir membuat sehun dan Irene memiliki ceritanya sendiri. Semua berawal dari kenangan yang menyakitkan namun kenangan itulah yang dapat membuat sehun dan Irene semakin d...