"Rumah ini masih sama ternyata." Anita tersenyum sumringah ketika sampai dirumah yang sudah sangat dirindukannya.
"Ayo ma, masuk!" Rayn membawakan koper Anita kedalam rumahnya.
"AMARA!!!" alangkah terkejutnya Anita saat melihat wanita yang usianya sedikit lebih muda darinya tengah berdiri dengan senyum hangat, luka lama yang telah Anita pendam dan mencoba untuk melupakannya, tetapi beraninya wanita itu muncul dihadapannya seolah tak melakukan kesalahan apapun pikir Anita.
"Kenapa kamu berada disini?!" mata Anita sudah panas dan memerah,
"Maafkan aku mba, aku tahu aku salah dulu aku telah merebut suami mba Anita,!" Amara berlutut dikaki Anita,
"Pergi kamu dari rumah ini, pergi!!!!" teriak Anita dengan menggila, kakinya mencoba untuk melepaskan tangan Amara yang masih memegang kakinya sembari berlutut, Amara terpental dan dengan sigap Rayn langsung memegangi Amara.
"Sudah sayang bunda gak papa!" Amara melepaskan pegangan Rayn,
"Berani-beraninya kamu tinggal disini, bersama anakku!!!" emosi Anita sudah tidak terkontrol lagi.
"Ma udah ma," kata Rayn dengan lembut.
"Gak bisa Rayn, gara-gara dia papa kamu pergi, dan menelantarkan kita. Sekarang seenaknya saja dia datang kembali dan tinggal disini.!!"
"Maafin aku mba, maaf." Amara terisak,
"Pergi kamu dari sini sekarang juga!!" Anita menyeret Amara dengan kasar,
"MAMA CUKUP!!!" Rayn tak sengaja malah membentak ibu kandungnya.
Anita melepaskan cengkeramannya ditangan Amara,
"Asal mama tahu, yang selama ini ngebiayain pengobatan mama itu Bunda Amara ma!."
"Kamu pikir dengan dia membiayai pengobatan mama, mama akan begitu saja menerima dia dirumah ini? Tidak Rayn!" egois memang Anita.
"Mama, kalau seandainya ada yang harus disalahkan karena perginya papa ninggalin kita, yaitu mama sendiri!!!" kata Rayn kasar, dan tentu saja menimbulkan tanda tanya besar.
"Papa, gak bakalan milih bunda Amara, kalau mama gak mulai duluan, main gila dengan laki-laki lain sampai mama hamil, dan akhirnya anak itu tinggal sama laki-laki itu, dan mama udah bikin istri dari selingkuhan mama mati bunuh diri. Dan ternyata sampai sekarang hubungan kalian berdua masih, dan didepan mata Rayn mama memeluk laki-laki itu.!" Rayn terengah.
"Tadinya Rayn pikir, mama bakalan berubah setelah mama sakit, tapu dugaan Rayn salah, mama tetaplah mama yang dulu menelantarkan Rayn dan papa, sehingga papa memilih meninggalkan mama.!" lanjutnya.
Setelah mengatakan itu Rayn pergi begitu saja, dan malah menginap dirumah David.
***
"Van kita pulang ya!""Iya ati-ati." Vania menutup pintu rumahnya, dan melihat Rayn yang masih duduk disofa sambil memakan cemilan seolah berada dirumah sendiri.
"Lo gak mau pulang?" tanya Vania.
"Bentar,"
"Hshh, lo tuh udah ngabisin cemilan gue tahu!!" Vania merebut camilan yang berada ditangan Rayn.
"Masih ada lima tuh!" Rayn membuka camilan yang masih terbungkus didepannya.
"Iiiihh, udah jangan makan mulu, ntar lo gendut gue gak suka sama cowo gendut.!!" Vania merebut kembali camilan yang berada ditangan Rayn.
"Gue juga gak suka sama cewe yang tembem gini..!!!" Rayn mencubit kedua pipi Vania, dengan gemas.
"Nyebelin banget sihh.." Vania memukuli Rayn,
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionDia kasar,gila dan aneh tapi dia bisa membuatku tersenyum dan hatiku bergejolak saat melihatnya, sekalipun dia hanya bernapas didepanku itu adalah kebahagiaan untukku ~Vania Vanilla Bagiku senyumnya seperti matahari pagi, sehingga membuatku selalu i...