Eres tú #23 [END]

5.5K 488 97
                                    

Keadaannya masih sama, posisi wajah Woojin masih dekat dengan wajah Jihoon. Tangan kanan Woojin juga masih menangkup pipi Jihoon. Woojin hendak mencium kembali Jihoon dengan perlahan, menempelkan bibirnya kembali dan melumatnya.

Namun, Jihoon mendorong keras Woojin.

Jihoon tidak bisa melakukan itu. Ia harus ingat pada Guanlin yang sekarang sudah menjadi kekasihnya. Ia juga harus ingat perjanjian yang ia buat bersama Tuan Kang, bahwa dirinya harus pergi dari kehidupan Woojin.

"Jihoon.......

"Kumohon Woojin, jangan seperti ini"

Jihoon bergegas keluar dari mobil Woojin dan masuk ke dalam cafe dengan air mata yang masih terjatuh. Sejenak ia menyapa pekerja di cafe dengan sembari mengusap pipinya yang basah. "Maaf—Seongwoo Hyung aku datang terlambat karena dosen mata kuliah ku meminta tambahan jam"

Seongwoo selaku pemilik cafe itu terus memperhatikan mata Jihoon yang sudah mulai sembab. Ia tahu bahwa Jihoon berbohong, namun ia memahaminya. Seongwoo tersenyum dan mengangguk.

"Tidak apa — apa, kau bisa berganti pakaian kerja mu"

Jihoon mengangguk dan membungkukan tubuhnya kepada seongwoo, ia juga mengucapkan terima kasih kepadanya dan bergegas keruangan ganti pakaian yang terdapat banyak loker untuk para pekerja.

Namun air matanya masih tetap saja berjatuh, Jihoon? Sesakit itu kah hatimu?

'Sangat sakit author—nim'

"Mengapa aku tidak bisa berhenti menangis? Oh ayolah—Park Jihoon! Hentikan tangisan ini. Kau harus fokus untuk bekerja! Jangan lagi memikirkan Woojin. Ayo Park Jihoon!"

Seongwoo memberikn sebuah sapu tangan berwarna biru kepada Jihoon, ya ia memperhatikan Jihoon sejak tadi dan berniat menenangkan Jihoon dengan memberikan sapu tangan itu.

"Terima kasih Seongwoo Hyung"

Jihoon merasa tidak enak kepadanya, seharusnya ia tidak seperti ini. Seharusnya permasalahan dirinya tidak dibawa ke dalam pekerjaan.

"Jika kau merasa dirimu kurang sehat, lebih baik pulang. Jangan memaksakannya"

"Tidak—Hyung. Aku baik — baik saja. Maaf sudah membuatmu kecewa, aku berjanji akan lebih fokus lagi"




Woojin berjalan menuju kamarnya. Rumahnya semakin sepi, tidak ada lagi yang membuatnya betah. Bahkan rasanya sekarang keluarganya seperti benar — benar jauh. Ia membuka pintu kamarnya dan melihat ibunya yang duduk termenung di atas kasurnya.

"Ibu?"

Ibu nya menoleh ke arah Woojin, ia menangis. Woojin dengan cepat mendekatinya. Ia menangkup pipi ibunya dengan kedua tangannya. "Ibu? Apa yang terjadi?"

Ibunya tidak menjawab, justru tangisannya semakin keras. Ia segera memeluk anaknya dengan erat. Mengusap punggung Woojin, mencium kepala Woojin dengan kasih sayang.

"Maafkan ibu nak, maafkan ibu yang tidak bisa membuatmu bahagia, maafkan ibu......

"Tidak, ibu tidak salah, ibu tidak perlu minta maaf. Justru aku yang harusnya minta maaf karena telah membuatmu bersedih. Aku berjanji akan membuat ibu bahagia. Kita mulai semua dari awal"

Woojin tersenyum, ia benar — benar menyembunyikan rasa sakitnya. Ia tidak ingin melihat ibunya terus menerus bersedih karena dirinya. Ia memandang ibunya yang tersenyum sembari mengusap pipinya.

"Daniel?"

Daniel sengaja mengunjungi kamar Woojin, ia berniat untuk meminjam sesuatu kepada adiknya itu, namun ia melihat Ibu tirinya menangis dan mendengar pembicaraan mereka. Jujur, ia sangat merasa bersalah.

Eres tú • 2PARK • WOOJIN x JIHOON • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang