Eres tú #8

4.4K 506 78
                                    

Sejak kejadian di sekolah tadi punggung Jihoon masih terasa nyeri akibat tendangan yang diberikan oleh Haknyeon. Ia membaringkan tubuhnya dengan pelan setelah ia melakuka pekerjaan yang sudah diselesaikannya.

Jihoon menatap langit — langit atap kamarnya, ia memikirkan perkataan Woojin saat di ruang kesehatan. Satu hal yang Jihoon sadari bahwa Woojin sangat menyayangi kakak nya itu. Ketika Haknyeon memanggilnya dengan panggilan anak haram berkali — kali Woojin tidak menggubris sama sekali, tetapi saat itu Haknyeon mengejek Daniel dan Woojin dengan sigap memukul Haknyeon tanpa iba.

"Kau belum tidur? Apa yang kau pikirkan?"

Bibi Yoon datang menghampiri Jihoon yang sedang melamun. Beliau ikut berbaring di samping Jihoon kemudian menarik selimut yang berada di atas kasur tersebut.

"Bibi Yoon, apa benar Tuan Daniel memiliki teman khayalan saat ia masih kecil?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Jihoon menceritakan semua kejadian baik tentang Woojin maupun Daniel saat di sekolah tadi. Bibi Yoon hanya mengangguk mendengar ucapan kata per kata dari Jihoon.

"Aku sudah yakin bahwa Tuan Woojin tidak akan memulai jika orang itu tidak memancingnya. Dan aku sangat yakin bahwa Tuan Woojin sebenarnya anak yang sangat baik, ia sangat menyayangi keluarganya"

Jihoon merasa perkataan yang di lontarkan oleh Bibi Yoon benar, ia juga melihat dari sikap Woojin yang benar — benar tidak menerima atas ejekan Haknyeon kepada Daniel.

"Aku harap keluarga ini selalu dilindungi dari apapun"

"Aku harap pun begitu Bibi Yoon"

"Sudah, lebih baik kita tidur besok kau harus bangun pagi sebelum pergi ke sekolah"

"Aku akan ke dapur untuk mengambil segelas minum, entah kenapa saat berbicara panjang lebar dengamu aku merasa haus"

"Ckckck kau ini"

Jihoon membangunkan tubuhnya dan beranjak untuk ke dapur, ia mengambil sebuah gelas dan menuangkan air ke dalamnya. Sudah dua gelas ia habiskan, kini ia masih menuangkan air nya lagi ke dalam gelas itu.

"Jangan kebanyakan minum nanti kau bisa kembung"

Jihoon terlonjak kaget melihat Woojin yang berada dibelakangnya. Ia tidak menyadari kapan Woojin datang, seharusnya ia lebih berhati — hati. Jihoon membalikkan badannya dan melihat Woojin yang menatapnya datar.

"Tuan Woojin—ada yang bisa saya bantu?"

"Aku hanya ingin minum, tetapi air nya sudah di habiskan oleh mu"

"Ah—maaf, aku akan mengambil air di kulkas untuk mu. Sebentar Tuan"

"Tidak usah, aku bisa sendiri. Bagaiamana? Apa punggung mu masih sakit?"

Woojin reflek menyentuh punggung Jihoon dengan gaya yang hampir memeluknya. Jarak di antara mereka sangat dekat. Bahkan Jihoon kaget dengan sikap Woojin saat ini. Dengan hal yang tidak terduga, kedua mata mereka saling bertemu dan diam beberapa detik.

Saat itu juga Woojin maupun Jihoon mengalihkan pandangannya masing — masing. Woojin melepaskan sentuhan tangannya yang berada di punggung Jihoon.

"Maaf—aku tidak bermaksud seperti itu"

Woojin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sementara Jihoon tersenyum canggung. Rasanya Jihoon ingin pergi melarikan saat itu juga. Hatinya mulai berdegup kencang.

"Kalian berdua sedang apa?"

Daniel memecahkan keheningan diantara Woojin dan Jihoon. Ia berdiri tidak jauh dari mereka sembari mengerutkan keningnya.

Eres tú • 2PARK • WOOJIN x JIHOON • ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang