Jihoon menggerakan tubuhnya yang berbaring di atas kasur, ia tidak bisa tidur sama sekali setelah mendengar perkataan Woojin ketika dirinya mengigau saat terlelap. lebih tepatnya ia takut untuk tidur dan akan mengigau. Jihoon melihat Woojin yang sudah tertidur pulas dengan membelakanginya.
'Mengapa Woojin harus mengatakan hal itu didepannya?'
Jihoon mencoba untuk memejamkan matanya serta membolak balikan badannya, ia terpejam untuk beberapa saat. Namun hasilnya nihil, saat ini mata nya tidak ingin bekerja sama dengan dirinya. Ia membuka matanya, dengan tiba — tiba kini tubuh Woojin sudah berhadapan dengan Jihoon.
"Kau tidak bisa tidur?"
"Eh—
Jihoon mengangguk, jarak mereka begitu dekat bahkan nafas yang dikeluarkan oleh Woojin sangat terasa.
"Apa aku menganggumu tuan? Maaf"
"Apa kau tidak bisa tidur karena perkataan ku saat itu?"
Jihoon dengan cepat menggeleng, ia sedikit berbohong kepada Woojin karena ia tidak ingin malu dihadapan Woojin, bisa — bisa tuannya itu akan menertawainya. Namun hal yang tidak diduga datang begitu saja, Woojin semakin mendekatkan dirinya pada Jihoon, bahkan ia memeluk Jihoon. dan kini kepala Jihoon pun sudah berada didalam dada bidangnya Woojin.
"Perkataan ku semua tidar benar, kau tidak pernah mengigau atau pun mengeluarkan suara yang keras, aku melakukan itu karena aku ingin tidur bersamamu"
"Tuan—
Jihoon ingin melepaskan pelukannya namun ditahan oleh Woojin. Mau tak mau ia mengalah. Dan menurutnya juga posisi seperti sangat nyaman.
"Tetaplah seperti ini, aku ingin memelukmu hingga pagi"
Jihoon menurutinya, bahkan Woojin mencium puncak kepalanya. Entah mengapa rasa nyaman dan takut kini terletak berdampingan didalam hatinya. Ia sangat nyaman berada disisi Woojin sekaligus merasa takut bila menelusuri hatinya yang terlalu dalam.
Esok paginya, Ibu nya menyuruh Jihoon pergi ke pasar terdekat untuk membeli beberapa sayuran dan ikan segar. Jihoon sudah bersiap — siap untuk berangkat, namun satu hal mengagetkan dirinya.
"Ayo!"
Jihoon terlonjak kaget ketika melihat Woojin yang menarik tangannya, ia pikir Woojin masih tertidur lenyap di kamarnya.
"Tuan—kau sudah bangun?"
"Hm—ayo cepat kita akan ke siangan"
Mereka memilih berjalan kaki menuju pasar, memang tidak jauh dari tempat tinggal Jihoon. Woojin berjalan sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celananya sedangan Jihoon membawa sebuah tas belanjaan.
Lagi — lagi jantungnya berdegup tidak karuan, Jihoon tidak pernah membayangkan bahwa ia akan sedekat ini dengan Woojin. Bahkan saat pertama kali bertemu ia sangat membenci Woojin karena sifatnya. Memang karma itu selalu ada. Kini dia mencintainya.
"Apakah Masan setiap pagi selalu indah seperti ini?"
Woojin membuka pembicaraan diantara keduanya. Jihoon menoleh ke arah Woojin dan menganggukkan kepalanya. Ia melihat wajah Woojin terlihat lebih cerah karena efek siraman sinar matahari.
'Manis'
"Pantas saja, kau dan Masan adalah hal yang sama."
Sesampainya di pasar sudah terlihat banyak pembeli yang berdatangan bahkan untuk kaum lansia pun masih bisa terlihat disana. Jihoon mengerluarkan catatan belanja yang di tulis oleh Ibunya. Mereka satu persatu menghampiri penjual yang berada dipasar tersebut, sesekali juga Jihoon terlihat ahli ketika menawar harga kepada penjual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eres tú • 2PARK • WOOJIN x JIHOON • END
Fanfic"Jika kau ingin berbisik, katakanlah cinta kepadaku jangan yang lain" - - - Cast: Park Woojin-Park Jihoon Bxb area!