25

16.7K 1K 94
                                    

Malam yang indah, dengan langit-langit yang di penuhi bintang ataupun bulan. Terlihat sosok dua wanita yang sedang berdiri, sembari melihati air yang sangat tenang.

Saat ini Jennie sudah berdiri di pinggir Sungai Han, ia membawa Lisa ketempat tersebut. Karena tempat itu lah harapan Jennie bahwa Lisa akan ingat kembali.

"Jennie-ah?" Panggil Lisa yang sudah mengahadap kearah Jennie.

Jennie langsung menoleh, "Wae?"

"Kenapa kau membawaku kemari?"

Jennie menghelakan nafasnya, "Apa kau masih tidak ingat tempat ini?"

Lisa pun mengalihkan pandangannya, ia kembali menatapi Sungai Han. "Aku tidak ingat apapun."

"Lisa-ah... Aku mencintaimu, maukah kau menjadi tunanganku dan menikah bersamaku" Teriak Jennie.

Sontak Lisa langsung menoleh, "Kenapa kau berteriak? Apa kau tidak malu?, semua orang akan melihatimu"

Jennie tidak menghiraukannya, ia mendekat kearah Lisa dan mengenggam tangan Lisa. Ia pun menundukan kepalanya. "Itulah kata-kata yang kau ucapakan dulu kepadaku. Tempat inilah, disini, dimana kita sama-sama mengucapakan cinta kita sambil teriak, dimana awal cinta kita dimulai." Tak terasa air mata Jennie kini sudah membasahi pipinya.

Jennie mengangkat kepalanya menghadap ke wajah Lisa. "Apa kau masih tidak ingat? Mian, kau boleh pulang ke Thailand, karena aku tidak berhasil membuat ingatan mu kembali."

Dengan spontan Lisa langsung memeluk tubuh Jennie. "Aku tidak akan menyerah"

Lisa pun memejamkan matanya berusaha untuk mengingat tempat ini.

Setelah cukup lama mereka berpelukan, tiba-tiba Lisa memegang kepalanya, Jennie yang merasa Lisa memegangi kepalanya, langsung saja ia melepaskan pelukannya dan menatap wajah Lisa.

"Kau kenapa? Apa kepalamu merasa sakit?" Tanya Jennie yang sudah panik.

Tidak ada jawaban dari Lisa, kini badan Lisa pun sudah lemas. Dengan cepat Jennie langsung menggandeng Lisa dan membawanya masuk kedalam mobil.

Lajuan mobil yang cepat, dengan rasa cemas dan panik, Jennie pun tambah panik saat melihat Lisa sudah kesakitan sembari memegangi kepalanya itu.

Ia tidak menghiraukan lampu merah, ataupun pengendara mobil lainnya. Tancapan gas yang sangat cepat, dengan tidak sadarnya ia tidak melihat bahwa lampu merah sudah menyala dan mobil besar pun akan lewat menyebranginya. Dengan rasa cemas ia langsung menekan remnya.

Rem yang tidak cukup untuk menahan lajuan mobil itu, dengan spontan pula Jennie langsung memeluk tubuh Lisa dan mendekapnya dipelukannya.

"Mainhae, aku tidak sanggup jika kau terluka lagi karena ulahku ini." Batin Jennie.

Degarr...

Suara dentuman yang sangat kuat, mobil Jennie pun sudah menabrak mobil besar tersebut. Dengan kaca depan yang sudah pecah, mobil yang sudah terbalik.

Darah sudah mengalir di belakang tubuh Jennie, karena kaca depan mengenai tubuh belakangnya. Ia tersenyum karena melihat Lisa tidak mengeluarkan darah sedikit pun, hanya saja ia meneteskan air matanya itu, bukan karena sakit melainkan ia menangis karena Lisa memejamkan matanya.

Jennie menyentuh wajah Lisa dengan tangannya yang sudah berdarah. "Bangunlah, ku mohon. Aku berdoa kepada Tuhan untuk mengambil nyawa ku sehari sebelum nyawamu di ambil" Suara tangisan yang sangat sesak.

Perlahan demi perlahan mata Jennie pun terpejam, telinganya pun masih bisa mendengar suara ambulan, suara orang-orang yang berusaha membantunya. Mata, dan telinganya pun tidak berfungsi lagi, ia pun tidak bisa mendengar suara ambulan, tangannya yang sudah jatuh dan tidak lagi menyentuh wajah Lisa.

Awal Perjodohan . Jenlisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang