Saat ini Lisa hanya bisa terbaring diatas ranjang, ia tidak bisa melakukan apapun, dan ia pun hanya bisa menunggu ayahnya datang dan memberikan kabar baik tentang Jennie.
Sedari tadi ia tidak memakan apapun, Ibunya selalu memberikan sup ataupun buah-buahan, tapi Lisa selalu menolaknya.
Kini suara pintu yang terbuka, sontak Lisa langsung berdiri dan menatap seseorang yang membuka pintu tersebut.
Lisa menatap heran, ia mengerutkan alisnya itu. "Bagaimana keadaan Jennie?"
Tidak ada jawaban, Lisa pun berusaha berdiri dan melangkahkan kakinya itu untuk keluar.
"Lisa-ah" Lisa tidak menghiraukannya jika namanya disebut.
"Jennie kekurangan darah, ia harus segera mendapatkan donor darah" Langkahan kaki Lisa terhenti saat mendengar ucapan orang tersebut.
Lisa yang ingin membuka pintu tiba-tiba terhenti, ia memutar tubuhnya. "Apakah Papa bercanda?"
Orang yang disebut Papa oleh Lisa pun melangkahkan kakinya mendekati Lisa. "Rumah sakit saat ini tidak memiliki donor darah yang sama dengan Jennie, nyonya Tzuyu saja tidak cukup untuk mendonorkan darahnya"
"Lisa bisa mendonorkan darah Lisa untuk Jennie"
Ayahnya tersenyum sedih. "Golongan darahmu tidak lah sama dengan Jennie"
"Apakah golongan darah Jennie?"
"Golongan darahnya AB"
Lisa terdiam sejenak, "Dimana hendphone Papa?"
Ayahnya pun memberikan hendphone nya itu. "Untuk apa?"
Lisa tidak menghiraukannya, ia pun melangkahkan kakinya keluar. Langkahan kaki yang sangat pelan, sembari mengenggam hendphone itu berusah untuk menelfon seseorang.
Drttt.. drtt
"Youbseo?"
"Rose-ah"
"Ada apa Om?"
"Ini aku Lisa, Rose! Aku membutuhkan mu"
"Lisa? Kau sudah ingat?, kenapa suara mu seperti orang yang sedang panik?"
"Datanglah kerumah sakit dimana aku dulu dirawat, Jennie membutuhkan donor darahmu, karena darah mu lah yang sama dengan Jennie saat ini, ku mohon kemarilah"
"Apa yang terjadi? Jennie kenapa?"
"Cepatlah kemari"
Tutt.. tuutt..
Panggilan pun berakhir, Lisa melangkahkan kakinya itu menuju ruang UGD, dimana Jennie sedang di operasi.
Sedangkan Rose yang mendapatkan kabar bahwa Jennie sangat membutuhkan darahnya, langsung saja ia bergegas menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Rose langsung bertanya kepada suster, setelah tahu, ia pun berlarian mencari ruang UGD.
Ia melihat keluarga Jennie yang sedang berdiri dengan tegang, matanya pun melihat sosok Lisa yang sedang duduk sembari meluarkan air mata, dengan cepat ia pun langsung menghampiri mereka.
"Lisa-ah!" Panggilnya.
Lisa langsung menoleh, ia pun berdiri dan menghampiri Rose. "Maukah kau mendonorkan darahmu untuk Jennie?"
Rose pun heran, ia menjadi beku seketika. "Apa yang terjadi? Bukankah kau sudah ingat, dan kenapa dengan Jennie?"
"Aku tidak tahu apa apa yang terjadi, yang terpenting keselamatan Jennie saat ini"
"Baiklah" Rose pun sudah bersedia untuk mendonorkan darahnya, ia pun sudah masuk di dalam ruangan yang akan mengambil darahnya.
"Jangankan darahku, nyawaku jika Jennie membutuhkannya pun akan aku berikan, kenapa saat-saat seperti ini aku dibutuhkan? Saat ini Lisa sudah mengingat semuanya kembali, akan kah aku merasakan sakit lagi saat melihat mu bersama Lisa?" Batin Rose, ia pun tidak sadar bahwa darahnya sudah diambil.
----
Beberapa jam kemudian..
Lampu hijau pun sudah menyala, mendandakan bahwa operasinya sudah selesai, kini Dokter yang menangani Jennie pun sudah keluar.
Orang tua Jennie, Rose, terutama Lisa sudah mendekati dokter tersebut.
"Apa yang terjadi?" Tanya Lisa.
"Operasinya berhasil, tekanan darahnya pun sudah stabil, tapi saat ini ia masih belum sadarkan diri. Tapi tenang saja itu karena pengaruh obat, jika diantara kalian yang ingin melihatnya silakan saja, tapi hanya satu orang saja, dan kami sudah memindahkan pasien ke kamar sebelah" Penjelasan sang Dokter.
"Lisa, biar kamu saja yang menemani Jennie saat ini" Ucap Ayah Jennie.
Lisa memutar tubuhnya, dan menghampiri Rose. "Tidak, biarkan Rose saja yang mememani Jennie, karena dialah yang sudah membuat Jennie terselamatkan."
Rose tersenyum, "Kenapa kau menyuruhku? Jennie tunanganmu, kau yang harus bersama nya saat ini"
"Anniya, ini semua karena mu"
"Jennie membutuhkan mu saat ini, masuklah dan temani dia, dan lagian aku ingin menghubungi pacarku Jisoo, karena aku belum mengabarinya." Rose pun mendorong tubuh Lisa masuk kedalam.
Lisa tersenyum, "Terimakasih, kau benar-benar sahabatku"
Rose pun tersenyum, Lisa yang sudah berada di dalam dan melangkahkan kakinya itu mendekati Jennie. Perlahan demi perlahan ia mendekati Jennie.
Lisa pun sudah berada disamping Jennie, ia mengenggam tangan Jennie, dan duduk disampingnya. "Jennie-ah? Kapan kah matamu itu terbuka? Aku sangat merindukan mu, aku ingin dengar cerita darimu selama aku tidak mengingatmu"
Kini air mata Lisa mengalir, dan membasahi tangan Jennie. "Ku mohon bangunlah, apakah benar bahwa aku tidak mengingatmu? Bagaimanakah sikap ku kepadamu? Aku ingin mendengarnya darimu"
Tak terasa bahwa tangan Jennie sudah bergerak dan tangan kanannya pun menyentuh tangan Lisa, sontak Lisa langsung menoleh kearah Jennie. Perlahan demi perlahan mata Jennie pun terbuka, dengan nafas yang belum teratur dan masih dibantu oleh alat oksigen.
Kini mata Jennie pun terbuka dengan sangat lebar, Jennie tersenyum kecil, Lisa yang melihat Jennie sudah sadar langsung saja ia berdiri dan menatapi wajah indah Jennie.
"Apa kau sudah sadar? Aku tidak bermimpi? Jennie-ah, aku merindukanmu" Suara yang terdengar sangat bahagia.
Kini air mata Jennie pun sudah keluar, dengan cepat Lisa langsung menghapusnya. "Apa kau sudah ingat kepadaku?" Suara Jennie yang sangat lembut.
"Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu"
Jennie tersenyum, "Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja"
Lisa mengenggam tangan Jennie dengan sangat erat. "Sekarang, yang aku inginkan kau. Aku akan selalu disampingmu"
Jennie hanya tersenyum saja, sedangkan Lisa masih mengenggam tangan Jennie dan menciuminya.
-------
Tbc..
Next?Tuh, si Jennie aku selamatkan! 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal Perjodohan . Jenlisa
FanfictionKenapa harus dijodohkan ? bahkan aku saja tidak pernah mengenalnya ! ~Lalisa Manoban [ GXG ] [ Selesai , 30 Chapter ] ✔