27

16.8K 1.1K 29
                                    

Semenjak dari kemarin Lisa selalu berada disamping Jennie, ia tidak memikirkan kesehatannya, meski Jennie selalu memperingatinya untuk beristirahat tapi Lisa selalu mengabaikannya.

Jennie yang masih sangat lemas dan cuma bisa terbaring saja diatas ranjangnya, tapi saat ini keadaanya semakin membaik, ia pun tidak perlu lagi menggunakan bantuan oksigen.

Lisa yang sangat sibuk menyiapkan makan siang untuk Jennie, sampai-sampai ia pun tidak sadar bahwa dia juga seorang pasien saat ini.

Dengan semangat Lisa membawakan sup dan bubur untuk Jennie, "Ini, makanlah" Lisa memberi supnya kepada Jennie.

"Anniya, kamu harus makan juga" Bicara Jennie tidak menerima sup yang di beri Lisa.

"Tapi--"

Belum selesai bicara, Jennie langsung menarik tangan Lisa untuk duduk disampingnya. "Kamu makan, setelah itu kamu suapin aku. Jangan lupa bahwa kamu juga pasien disini"

"Hehe.. Baiklah"

Lisa pun memakan supnya, setelah itu ia menyuapkannya untuk Jennie, sesekali tidak memasukkan supnya di dalam mulut Jennie.

Jennie mendengus kesal. "Jahil nya tidak hilang"

Lisa pun tersenyum manja. "Mian, ini makanlah yang banyak dan cepatlah sembuh"

Di sela-sela keseruhan mereka, Lisa pun bertanya kepada Jennie. "Jennie, aku ingin tahu bagaimana saat aku tidak mengingatmu? Ceritakan, aku ingin mengetahuinya" Pinta Lisa dengan aegyo nya.

"Tidak, aku tidak ingin mencertikannya. Karena kamu jahat, tidak mengenaliku" Jennie pun mengalihkan pandangannya.

"Emm.. namanya juga hilang ingatan"

Jennie menoleh kearah Lisa. "Baiklah akan aku ceritakan"

Jennie pun menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Setelah selesai, respon Lisa hanya tersenyum setelah itu tertawa.

"Kenapa kamu tertawa?" Tanya Jennie heran.

"Tidak, aku tidak membayangkannya saat kamu menangisi ku dan berusaha membuatku mengingat semuanya kembali. Apa kamu sungguh mencintaiku?" Tanya Lisa terkekeh.

"Tidak, ini tidak lucu."

Tawa Lisa pun terhenti, ia menaruh mangkuk supnya itu diatas meja, setelah itupun ia mendekati Jennie. "Mianhae, aku hanya bercanda"

Jennie tidak menjawabnya, saat Lisa yang akan memegang bahu Jennie, tiba-tiba suara pintu pun terbuka. Lisa ataupun Jennie sontak langsung menoleh.

"Wohh.. Apa kita datang di saat yang tidak tepat? Baiklah, ayok sayang kita keluar lagi" Bicara seseorang tersebut yang membuka pintu tadi.

"Ehh.. anniya, Rose, Jisoo unnie kemarilah" Panggil Jennie.

Jisoo dan Rose pun menghampiri Jennie. "Apa keadaanmu membaik saat ini?" Tanya Rose.

"Hemm sangat baik, dan Rose-ah terimakasih sudah menolongku, aku tidak akan pernah melupakanmu" Kini tangan Jennie mengenggam tangan Rose.

Deg..

Jantung Rose seakan-akan berdegup sangat kencang, rasa gugup pun sudah ia miliki.

"Bagaimana ini? Tidak mungkin aku gugup seperti ini. Rose kau harus melawan cinta halu mu ini" Batin Rose berusaha menenangkan dirinya.

"Hehe.. bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Rose berusaha untuk tenang.

"Lisa memberi tahuku semuanya" Tangan Jennie pun masih mengenggam tangan Rose dan membuat Rose sudah meluarkan air keringat.

"Hehe.. cepatlah sembuh" Rose pun berusaha untuk melepaskan genggamannya.

"Ehemm.." Suara Lisa yang sudah menyambar.

Rose pun langsung melepaskannya, ia pun berjalan mendekati Jisoo yang sedang berdiri disamping Lisa.

Mereka pun berbincang-bincang, tiba-tiba sosok wanita pun datang mengampiri mereka.

"Annyeoung" Ucapnya menunduk.

"Sana, kau kemari? Terimakasih banyak sudah menjagaku dan membuat kakiku bisa berjalan lagi" Ucap Lisa yang sudah berjalan mendekati Sana.

Sana hanya tersenyum, ia pun melangkahkan kakinya itu menuju arah Jennie. "Jennie? Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanyanya.

"Aku membaik" Jennie pun tersenyum kembali.

Sana memutar tubunya menghadap kearah Lisa. "Lisa-ah, aku kemari untuk memberi tahumu bahwa hari ini aku akan pulang ke Jepang"

"Kau akan pulang? Kenapa?"

"Masalah pekerjaan ayahku, dan aku akan bekerja di Jepang untuk menerusi perusahaan Ayahku"

"Sampaikan salamku untuk Ayah dan Ibumu, dan berhati-hatilah. Aku akan sangat merindukanmu, sekali lagi terimakasih sudah merawatku"

Sana pun kembali menghadap Jennie. "Jennie-ah. Mian tidak bisa datang diacara pernikahanmu nanti bersama Liaa, aku hanya berdoa jika kalian akan bahagia selalu"

Jennie tersenyum bahagia. "Terimkasih sana"

"Semuanya, aku pergi dulu" Ucap Sana menunduk, ia pun melangkahkan kakinya keluar.

Setelah beberapa menit Sana keluar, tiba-tiba Rose dan Jisoo pun sudah berpamitan untuk pulang.

Kini hanya ada Lisa dan Jennie saja. "Lisa-ah!" Panggil Jennie.

"Wae?"

"Kemarilah". Ucapnya sambil menepuk-nepuk kasur yang berada disampingnya itu.

Lisa hanya mengerutkan alisnya.  "Ada apa?"

"Tidurlah disampingku, kamu pasti lelah"

Lisa pun langsung melangkahkan kakinya itu mendekati Jennie. "Baiklah"

Karena kamar Jennie VIP, karena itulah ranjang Jennie sangat lebar, dan muat jika dua orang yang menidurinya.

Lisa pun sudah terbaring disamping Jennie. Jennie yang langsung menarik tangan kiri Lisa untuk menjadi bantalnya. "Bagaimana jika Dokter ataupun suster akan kemari?" Tanya Lisa.

"Kita tidur saja" Ucapnya yang sudah memejamkan matanya itu.

Tangan kiri Lisa menjadi bantal Jennie, dan Jennie pun dengan enaknya memeluk tubuh Lisa. Kepalanya yang dibawah Leher Lisa, ia pun bisa mencium aroma Lisa.

"Tidurlah dengan nyenyak, dan cepatlah sembuh" Tangan kanan Lisa pun memeluk tubuh Jennie dengan sangat erat.

Begitu pula Jennie memeluk tubuh Lisa dengan sangat erat, sesekali Lisa mencium rambut indah Jennie, Jennie pun jahil, sesekali juga ia menciumi leher jenjang Lisa.

"Kamu lagi sakit aja udah bisa" Ucap Lisa yang sudah merasa geli.

"Diamlah dan tetaplah seperti ini saat aku bangun nanti" Kini mata Jennie pun sudah terpejam, dengan cepat ia memeluk tubuh Lisa.

Lisa menatapi wajah Jennie, setelah itu ia tersenyum dan matanya pun kini sudah ikut terpejam.

-----
Tbc..
Next?

Awal Perjodohan . Jenlisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang