Tampak seorang wanita yang berjalan tanpa arah tujuan, langkahan kakinya terus berjalan dengan sangat pelan. Tetesan demi tetesan air mata yang membasahi pipinya, ia tak menghiraukan jika semua orang memperhatikannya.
"Yah!! Jennie?" Kakinya pun terhenti saat suara seorang wanita yang tidak asing lagi memanggil namanya.
Ia berhenti sejenak, dan melangkahkan kakinya kembali tanpa menghiraukannya.
"YAH..!! Jennie. Aku memanggil mu, berhentilah sejenak dan berhentilah untuk menangis!" Kini wanita yang memanggilnya itu pun berlarian mengejar Jennie.
Kaki Jennie terhenti saat dia memegang bahunya, dan ia pun menoleh kearahnya. "Mwonya?"
"Bukankah sudah ku bilang? Berhenti untuk menangis seperti ini, kau tahu? Saat ini kau seperti orang yang tidak ada tujuan"
Belum selesai bicara, Jennie pun memotongnya. "Nde, aku tidak ada tujuan! Bahkan aku tidak tahu harus melakukan apa"
Wanita itu memegang bahu Jennie, "Janganlah seperti ini, ini bukan sepenuhnya kesalahan mu. Jadi ku mohon ikutlah bersama ku untuk bertemu dengan Lisa"
"Aku tidak sanggup Rose-ah..!" Kini ia menangis di pelukan Rose.
Suara tangisan yang sangat sesak saat ini terdengar di telinga Rose. Rose memeluk tubuh Jennie dengan erat, sambil mengelus rambut panjang Jennie dan memejamkan matanya.
"Apa kau tahu? Saat ini, keadaan seperti ini lah yang aku sukai. Apa kau tahu Jennie? Bahwa aku masih mencintaimu?, dan perasaan ini tidak pernah hilang meski aku sudah dimiliki oleh Jisoo. Sakit! Saat mendengar sahabatku ingin bertunangan dengan wanita yang bernama Jennie. Aku harus apa?"
Air mata Rose kini pun tak sanggup ia tahan, Jennie yang mendengar suara tangisan yang sangat kecil, ia langsung menoleh kearah Rose. "Wae? Kau menangis?"
Sambil melepaskan pelukannya dan membuka matanya. "Ah.. aku hanya sedih saat melihat sahabatku seperti ini"
"Rose, trimakasih sudah menemaniku, saat ini aku hanya ingin pulang kerumah ku saja"
"Apa kau bilang? Kau itu tunangannya Lisa, dan bagaimana kau bisa melupakan bahwa Lisa saat ini sedang sakit. Dan kau membiarkan orang lain menjaganya?"
Jennie menatap mata Rose dengan senduh, ia tak menghiraukan perkataan Rose. Tanpa satu kata yang ia lontarkan, kini kakinya pun berjalan meninggalkan Rose yang masih berdiri sambil menatapi setiap langkahan kaki Jennie.
"Apa kau tahu Jennie-ah? Saat aku melihatmu bersama Jaebum yang bukan lain adalah cinta pertama mu, rasanya aku ingin marah. Tapi, untuk siapa aku marah? Bukan hanya Lisa yang merasakan sakit! Aku pun ikut merasakannya. Aku harap cinta gila ku ini akan berakhir!!.
"Apa saat ini aku harus bahagia dan sedih?"
-----
Kamar yang sangat gelap, walau saat ini sudah pagi, bahkan menjelang siang, dengan tatapan yang kosong.
Sudah satu hari Jennie mengurung dirinya di dalam kamar, heandphone nya pun ia matikan agar seseorang tidak menelfonnya. Dengan matanya yang sangat sembab karena terus menerus menangis.
Tok..tok..
Suara ketukan pintu, tapi Jennie tidak menghiraukannya, ia pun tidak berniat untuk membukanya.
"Jennie-ah, Mama mohon keluarlah, kamu belum makan apa pun sejak kemarin, Mama tahu jika kamu saat ini tertekan. Apa kamu tidak ingin berusaha untuk membuat Lisa mengingat mu lagi? Bukan kah kamu mencintai Lisa? Jika benar, pergilah dan temui Lisa."
Tidak ada jawaban, Ibunya hanya mendenguskan nafasnya. "Mama akan pergi untuk menjenguk Lisa, jika kamu ingin ikut bersiaplah"
Ibu Jennie pun melangkahkan kakinya turun ke bawah, Ayah Jennie yang sedang berdiri sambil menatapi jendela dan berkata.
"Apa saat ini Jennie tidak ingin keluar?"
"Anniya, dan sepertinya dia tidak ingin ikut bersama kita"
Kim Yugyeoum pun memutar tubunya, "Apa pertunangan ini akan batal?. Bersiaplah kita akan pergi kerumah sakit untuk bertemu dengan keluarga Manoban"
Sudah beberapa menit, Jennie yang masih mengurung dirinya dan tidak keluar sama sekali.
Kini Orang tua Jennie pun berjalan keluar. "Tunggu" Suara seseorang dan berhasil membuat kedua orang itu mengehentikan langkahan kakinya.
"Aku akan ikut"
Ibu Jennie berlarian menghampiri anaknya yang berdiri dengan sangat Lemas. "Sayang, kamu sangat pucat. Jika seperti ini, kita tidak jadi saja perginya."
"Ah..gwenchana, kajja kita pergi" Jennie tidak menghiraukannya, ia pun berjalan keluar dan masuk kedalam mobil orang tuanya.
Orang tuan Jennie pun menyusulnya dan masuk kedalam mobil.
"Apa kamu yakin akan ikut dengan kondisi kamu seperti ini?" Tanya sang Ibu.
"Ini tidak apa-apa ma, bukan kah Mama tadi bicara bahwa Jennie harus memperjuangkan Lisa?"
Ibu Jennie diam, ia tak tahu harus berkata apa. "Kamu benar, Mama percaya kepadamu?"
Sampailah keluarga Kim di salah satu rumah sakit yang saat ini tempat dimana Lisa di rawat.
Jennie hanya menundukan kepalanya dengan wajah yang pucat, ia tak sanggup lagi saat bertemu dengan Lisa yang tak mengenali dirinya.
Kaki Jennie terhenti saat melihat Sana yang sedang melatih Lisa untuk berjalan, Orang tua Lisa pun tersenyum bahagia saat melihat anaknya berusaha untuk berjalan.
Jennie sangat merasa bersalah, karena dia Lisa seperti ini. Dan saat kondisi seperti ini ia tidak menemani tunangnnya. Ingin sekali rasanya ia memutarkan tubunya dan berlari meninggalkan rumah sakit tersebut.
"Jennie-ah?" Panggil seseorang.
"Ah wae?" Jawab Jennie berusaha untuk kuat.
Ia pun mendekati Jennie sambil membawa Lisa dengan alat bantu kursi roda. "Apa kau tahu? Saat ini Lisa sudah membaik dan dia sudah mulai bisa berjalan. Kau dari mana saja? Aku berusaha untuk mengubungi mu tapi nomor mu tidak aktif"
Jennie memandangi wajah Lisa, walau Lisa tidak melirik kearah nya. "Mian Sana, aku rasa jika Lisa dirawat oleh mu maka kesehatannya akan segera memulih"
"Apa yang kau bicarakan ini?"
Tak selesai bicara, tiba-tiba Lisa memotongnya. "Bawa aku pergi sekarang!"
Jennie pun menatap mata Sana dan tersenyum. "Bawalah dia pergi, mungkin dia tidak ingin melihat wajahku ini"
"Mianhae Jennie"
"Anniya tidak perlu meminta maaf"
Sana pun membawa Lisa menuju kamarnya, saat Jennie melangkahkan kakinya untuk bertemu dengan orang tuanya maupun orang tua Lisa. Tak sengaja ia mendengar percakapan antara dua keluarga itu.
"Jika Lisa sampai saat ini tidak ingat sama sekali, maka kami akan membawanya pulang ke Thailand agar dia mengingat segalanya disana, karena aku rasa disini hanya beberapa persen saja untuk membuat Lisa mengingat segalanya." Bicara Bambam Manoban ke Kim Yugyeoum.
Jennie yang mendengar bahwa Lisa akan dibawa pulang ke Thailand, langsung saja ia melangkahkan kakinya mendekati mereka.
"Annyeoung, Mian karena Jennie tadi mendengar bahwa Lisa akan pulang ke Thailand, apa itu benar?" Ucap Jennie menundukan kepalanya.
"Benar, jika Lisa sampai saat ini tidak mengingat sama sekali, maka om akan membawanya pulang"
Jennie pun menatap wajah ayah Lisa, "Mianhae, Jennie mohon jangan bawa Lisa pulang, Jennie berjanji akan membuat memori ingatannya kembali"
"Baiklah, om akan kasih waktu dua minggu untuk kamu membuat Lisa mengingatmu kembali"
Jennie pun tersenyum, dan memeluk tubuh Ibunya yang berada disampingya. Rasanya ingin sekali ia menangis di pelukan Ibunya dan berkata bahwa dia sangat bingung dengan masalah ini.
------
Tbc..
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Awal Perjodohan . Jenlisa
FanficKenapa harus dijodohkan ? bahkan aku saja tidak pernah mengenalnya ! ~Lalisa Manoban [ GXG ] [ Selesai , 30 Chapter ] ✔