"Ezra! Kenapa kau selalu menahanku?!"
-Axel"Kenapa kau selalu menghajar seseorang, apa kau belum puas kuhajar jika kau menghajar seseorang!?" -Ezra
"Ezraa... Aku hanya menerapkan ajaran guru dan ayahku" -Axel
"Mereka salah! Apa kau tidak bisa membedakan ajaran mana yang seharusnya kau terapkan!" -Ezra
------------------------------3---------------------------
Setelah kenyang dengan nasihat dan hajaran dari Ezra. Axel selalu menuju balkon sekolah. Balkon ini terletak di lantai paling atas dan tidak ada tembok yang membatasinya. Ia selalu merasa tenang jika berada disini.
Berdiri tegak tanpa ada pergerakan 1 cm itu yang dilakukan Axel saat ini.
Ia tidak sedang merenungkan kesalahannya, tetapi ia sedang berusaha meredam amarah yang sedang berkobar dihatinya saat ini. Gadis sepertinya tidak akan pernah memikirkan apa yang telah ia perbuat dan akibat dari perbuatannya.'Hmm... Ezra, kenapa aku selalu tunduk padanya. Kenapa aku selalu terlihat lemah dihadapannya, kenapa aku betah mendengar ocehannya, padahal dia bukan siapa - siapa!'
Amarahnya semakin membara saat mengingat setiap perlakuan Ezra padanya. Ia tak terima karena ia merasa rendah setiap kali berada dihadapan Ezra.
'Ia hanya satu satunya lelaki yang lebih kuat dan berani melawanku. Kuakui dia adalah lelaki terkuat yang pernah aku temui. Bahkan teman lelaki diklub beladiriku tidak ada yang memiliki tenaga sepertinya. Dia adalah lawan terberatku'
.........
"Tolong kalian jangan ganggu Axel lagi, mengerti!"
"Ba-ba-baik, maafkan kami"
Ezra pergi ke balkon untuk melihat keadaan Axel.
"Bersihkan lukamu dengan ini, cepat!" -Ezra
Axel tetap diam dan seolah tidak mendengar apapun.
"Dasar tuli!"
Ezra melempar kotak obat ke tanah dengan kasar, pada detik itu juga tekanan darah Axel sudah naik 20 mmHg, ia berusaha tetap menahan dengan cara mengepalkan tangannya dengan sangat erat.
Ezra yang biasa melihat itu langsung pergi meninggalkan gadis yang sedang dikelilingi kobaran api.
.........
Setelah pulang sekolah Axel selalu dijemput oleh mobil dan diantar ke klub yang selama ini ia anggap sebagai pelampiasan dari berbagai peristiwa yang telah ia lalui selama 1 hari.
Axel mempunyai ruang pribadi karena telah menjadi senior di klub ini. Axel menjadikan ruangannya senyaman mungkin, bahkan ia lebih memilih untuk tidur disini daripada dirumah.
Samsak, adalah tempatnya melampiaskan seluruh amarahnya, dengan sifatnya yang keras, kuat dan kasar, samsak adalah satu satunya teman sejati yang dapat menenangkan dirinya. Ia menghantamkan tangannya beberapa kali sampai seluruh keringat membanjiri tubuhnya, dari situlah ia merasa telah melampiaskan perasaannya.
Di klub ini ia memiliki banyak teman, bahkan ia sangat populer karena ia telah memecahkan rekor menang 10 kali berturut turut dalam berbagai pertandingan beladiri.
.........
Saat ia memijakkan kaki di rumahnya, ia selalu merasa tertekan, sedih, jengkel. Bukan tidak ada alasan dia merasakan perasaan seperti itu.
Ia selalu pulang larut malam dengan disambut oleh seorang perempuan tua yang berpakaian lusuh yang tidak sedap untuk dilihat.
Axel langsung menuju kamarnya dan berusaha memejamkan mata. Ia berharap ia akan langsung bisa tertidur. Namun kenyataannya selalu tidak, ia ingin sekali membuang foto yang ada didepannya saat ini.
"Kenapa kau selalu membuatku susah untuk tidur. Apa yang kau inginkan, apa kau ingin agar aku selalu mengingatmu. Jawab aku!!!!"
Pranggg!!!
Bingkai foto itu pun pecah dan ia langsung menangis dan tubuhnya bergetar dengan hebat. Bibinya yang hafal dengan tingkah laku Axel pada situasi saat ini sebaiknya membiarkannya untuk sendiri.
Setelah tangisannya mulai reda, ia mengambil foto yang masih utuh didalamnya.
"Maafkan Axel, Ibu. Maaf"-WW 💖🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Accept Me!
Random"A a ada apa ini se benarn... " -Ezra "Ezra jawab aku! Kenapa aku selalu lengah saat dihadapanmu! Kau selalu menghalangiku untuk menghajar seseorang. Padahal tidak ada satupun orang yang berani menahanku?!. Dan bodohnya aku, aku malah tidak melawanm...