••• 14 •••

3 1 0
                                    


"Axel, ayo kita pergi sekarang" -Darren

"Hahh? Pergi kemana?" -Axel

"Aku akan mengantarmu ke klub, kau harus latihan" -Darren

Mereka pun pergi bersama ke klub beladiri. Sesampainya disana, Darren mengikuti dibelakang Axel masuk kedalam ruangannya.

"Kenapa kau ikut?" -Axel

"Aku hanya ingin saja" -Darren

Axel menghela nafas dan membiarkan Darren melakukan apa yang ia inginkan. Darren adalah anak teraneh menurutnya. Walaupun kata - katanya tidak berkesan memaksa, dengan melihat tingkah laku dan wajahnya saja orang tidak akan bisa menolak keinginannya.

Sekarang mereka sedang ada dalam ruangan yang sama. Darren yang sedari tadi melihat Axel melakukan berbagai macam pemanasan untuk segera latihan mulai merasa bosan.

Ia pun akhirnya beranjak pergi dari ruangan. Axel yang melihat tingkah anehnya memilih tak acuh.

Beberapa menit berlalu, Axel merasa tidak tenang. Ia pun beranjak untuk mencari keberadaan Darren saat ini.

Ia mendengar suara Darren di salah satu ruangan sedang berbicara dengan seseorang.

"Ya, aku teman Axel" -Darren

"Untuk apa kau kemari?"

"Sebaiknya anda mengajarkan murid anda dengan baik" -Darren

"Apa maksudmu!"

Axel yang mendengar suara gurunya yang mulai meninggi langsung meraih tangan Darren dan menariknya keluar.

"Darren! Apa yang kau lakukan, kau tidak boleh seperti itu. Dia guruku!" -Axel

"Ooo... Maaf" -Darren

"Huffttt.... Lebih baik kau sekarang pulang" -Axel

"Kau tidak mau kuantar pulang sekaligus?"-Darren

"Tidak"

Darren mengidikkan bahunya sambil mengangkat sebelah bibirnya. Dia akhirnya pergi meninggalkan klub Axel.

........

Tok.. Tok... Tokk

Tidak biasanya Ezra mengunci ruangannya. Axel terus mengetok pintu barangkali Ezra ada didalam. Namun, sudah 3 menit tidak ada pertanda adanya orang didalam.

"Woiii!!!!"

"Ezra darimana kau? Kenapa kau mengunci ruanganmu? Kau tau aku lama sekali menunggumu!" -Axel

"Hehh asal kau tau, aku menjemputmu dan kau tidak ada!" -Ezra

"Sejak kapan kau peduli padaku? Aku bisa pulang sendiri" -Axel

Ezra melewati gadis itu sambil menabrakkan badannya sedikit pada tubuh Axel. Ezra pun membuka rumah pribadinya itu dan setelah itu ia pergi keluar dari gang.

"Kemana lagi?" -Axel

"Ke rumahku" -Ezra

Ezra pun pergi meninggalkan Axel yang masih menatap kepergiannya dari lorong gang. Axel masuk ke rumah yang jadi tempat tinggal barunya sekarang dan merapikan semua barang barangnya. Ia beranjak tidur. Pada saat inilah ia merasa sangat kesepian.

'Mengapa dia selalu membiarkanku sendirian?'

.......

"Ezra, kau sudah pulang" -Bibi

'Mungkin aku harus mengatakan yang sebenarnya pada keluargaku' batin Ezra.

"Bi, aku ingin bicara padamu" -Ezra

"Sebenarnya sudah 3 minggu ini ada gadis yang tinggal di ruanganku yang ada dalam gang, apa bibi ingat?" -Ezra

"Oooo ruangan itu, ingat ingat. Siapa gadis itu? Apa dia baik?" -Bibi

"Gadis yang dulu pernah kuceritakan padamu bi, yang menghajarku itu" -Ezra

"Oooo dia, kapan kapan bawa dia kesini, bibi ingin lihat dia" -Bibi

"Baik. Menurut bibi, aku bilang pada ayah dan ibu tidak ya" -Ezra

"Bawa dia kesini saat ayah dan ibumu ada dirumah. Alangkah baiknya jika mereka melihatnya langsung" -Bibi

........

Axel hendak pergi sekolah, ia sudah selesai bersiap. Saat membuka pintu ia dikejutkan dengan sosok pria dengan senyuman manisnya berdiri di ambang pintu.

"Darren? Kenapa kau disini? Kau tau darimana tempat terpencil ini?" -Axel

"Aku tahu. Aku menjemputmu apa tidak boleh?" -Darren

"B b boleh"

Mereka pun pergi ke sekolah bersama dengan menaiki mobilnya. Darren memang dari keluarga berkecukupan mungkin bukan maksudnya untuk sombong, namun pakaian, kendaraan dan peralatannya dapat meyakinkan seseorang dalam sekali lihat bahwa dia dari keluarga yang kaya.

Berbeda dengan Ezra. Dia memang berkecukupan, orang tuanya sama sama bekerja tetapi mereka mendidiknya dengan baik. Ezra dididik sejak kecil untuk tetap rendah hati dalam segala hal. Ia selalu mengenakan barang barang yang sederhana.

Dia juga tipe anak yang sangat hemat. Dia selalu memperhitungkan pengeluaran setiap harinya dengan cermat walaupun uang tidak berhenti mengalir dari tangan orang tuanya.

.......

Saat disekolah Ezra menemui Axel.

"Axel, nanti kau kubawa kerumahku untuk kukenalkan orang tuaku" -Ezra

"Kenapa harus dikenalkan? Aku tidak mau!" -Axel

"Hm ya sudah pergilah dari sini" -Ezra

"Ooo jadi begitu, baiklah" -Axel

Saat sedang mengobrol, tiba - tiba ada musuh bebuyutan Axel saat ini lewat dan menengahi mereka. Dia menghadap Axel sambil melipat tangannya.

"Kutunggu kau nanti malam Axeleria Agatha!" Aileen memberi penekanan pada setiap kata yang ia ucapkan.

Axel masih seperti dulu ia sudah tidak tahan dan langsung meluncurkan pukulan pada pipi gadis itu.

Bugh...

"Wahhh.... Kau mau sekarang ya" -Aileen

Tanpa banyak bicara Axel mulai menyerang gadis itu tanpa ada cela. Aileen pun mengimbangi gerakan Axel dengan agak kesusahan. Sebenarnya ilmu beladiri Axel 2 tingkat lebih tinggi dari Aileen.

Mereka bertarung seperti 2 orang lelaki yang tersulut emosi. Semua siswa melihat mereka yang sedang beraksi. Ezra yang melihat itu masih tetap diam menunggu waktu yang tepat untuk mencari cela agar bisa memisahkan mereka. Ezra sekarang tengah berpikir untuk segera menyudahi perkelahian ini.

Tidak ada satu murid pun yang melapor pada guru. Mereka tidak berani karena takut diancam oleh Axel. Dan lebih tepatnya lagi, para guru sedang melaksanakan rapat di aula sehingga suara ramai tidak sampai terdengar oleh mereka.

-WW

TERIMA KASIH 😊
MOHON MAAF 💖🙏

Accept Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang