••• 11 •••

8 2 0
                                    

Tengah malam yang sunyi selalu dipenuhi dengan isakan tangis dari seorang gadis cantik. Hampir 1 jam suara itu tidak lekas berhenti. Ditambah lagi dengan suasana yang sunyi, sepi, sendu dan sendiri yang semakin membuatnya nyaman untuk bertahan lebih lama dalam tangisannya.

Tok... Tok.... Tokk...

Axel terlonjak kaget, ia berpikir Ezra yang mengetuk pintu. Ia tidak sempat membersihkan air mata diwajahnya, ia memilih menggunakan masker dan beralasan kalau dia sedang sakit.

Krieett....

"Haii"

"Aileen?!"

"Kau benar, ternyata kau lemah ya"

"Tutup mulutmu!"

"Ashh.. Sudahlah, aku mendengar semuanya. Kau sangat ingin bertemu ibumu yang mati itu kan!"

Bughh!!!!

Kepalan tangan menyambar pipi lembut Aileen hingga tubuhnya terjatuh.

"Jadi?" -Aileen

Brakk....

Aileen menarik tubuh Axel dan menghantamkannya ke tembok. Aileen sangat menunggu malam ini. Ia sengaja mengambil waktu tengah malam untuk menghajar Axel karena di waktu inilah ia menemukan titik kelemahan Axel.

Mereka saling memukul, menampar dan membanting tubuh satu sama lain. Tidak ada yang menghalangi mereka sekarang. Mereka bebas melakukan apapun yang mereka mau di sebuah bangunan yang letaknya tersembunyi dalam gang.

Axel yang mulai kelelahan sepertinya sudah tidak kuat lagi. Darah segar mengalir dari hidungnya. Matanya lebam, ia merasa tak sanggup lagi. Kepalanya sangat sakit, tulangnya patah menjadi bagian bagian kecil.

"Bagaimana? Aku ya yang menang?" -Aileen

Axel tidak dapat menjawab, ia masih berusaha mengatur napasnya yang terengah engah sambil memegang dadanya yang terasa sangat sakit sekali.

"Axel, aku tak berniat menyiksamu. Karena pengajaran klubku tidak seperti klubmu. Jadi, aku akan hentikan sampai disini dan teruslah berlatih"

Aileen mengelus kepala Axel dengan lembut.

"Aku pergi ya" -Aileen

Axel yang sudah tidak mampu berbicara lagi, rasanya ingin menutup mata sejenak. Kepalanya sakit, dadanya sakit, seluruh organ tubuhnya terasa patah. Ia menutup matanya dan air mata menetes deras di pipinya yang membiru.

"Ibuu.... Aku tidak menginginkan ini"

.........

Axel bangun pagi sekali dan cepat - cepat menghapus jejak perkelahiannya dengan Aileen tadi malam. Ezra tidak boleh tau soal ini. Ia tidak mau mendapat hukuman menyakitkan lagi dari Ezra.

Ia pun pergi ke sekolah dengan menggunakan masker untuk menutupi wajahnya yang lebam.

.........

Disekolah ia tidak melihat Aileen. Sejujurnya, dia terlihat sangat malu jika bertemu dengannya saat ini.

Saat jam pulang, hari ini Axel tidak langsung pulang. Ia masih ingin ke rooftop untuk menikmati pemandangan sore. Ia melepas maskernya dan menghirup udara sore sambil mendengar burung yang berlalu lalang dan berkicau.

Saat Axel baru memejamkan matanya, ada suara yang memecahkan ketenangan pikirannya. Namun, suara ini malah membuatnya semakin nyaman.

Ini adalah suara biola. Axel yang selalu berlangganan di rooftop tidak pernah mendengar suara ini sebelumnya.

Ia penasaran dan akhirnya menghampiri suara itu berasal. Suara merdu dan sejuk semakin jelas terngiang di telinga Axel yang membuat gadis ini menjadi terhipnotis untuk terus mencari sumber bunyinya.

Ia melihat dari balik kaca ruangan. Ada seorang lelaki bertubuh tinggi dan berambut coklat kehitaman agak keriting. Sayangnya, ia membelakangi Axel sekarang.

Tiba - tiba lelaki itu menghentikan alunannya, seakan ia mengerti bahwa ada orang yang memerhatikannya. Ia pun berbalik dan tersenyum pada Axel.

"Hai, aku anak baru disini"

Dia melangkah mendekati Axel. Axel hanya berdiri dan menunggu kalimat yang kekuar dari lelaki itu lagi.

"Perkenalkan, namaku Darren"

"Ohh, Axel"

Darren tersenyum manis sambil memandang gadis itu dengan matanya yang teduh.

"Masuklah, aku punya beberapa karangan lagu yang kubuat sendiri. Mmm... Sebenarnya tidak terlalu bagus, tapi aku ingin kau menilainya"

Axel pun memasuki ruangan tersebut dan duduk dibangku piano. Ruangan ini adalah ruangan untuk ekskul musik. Berbagai alat musik ada disana mulai dari drum, gitar, bass, biola dan teman temannya.

Darren pun memulai alunan musiknya dengan diawali nada yang lembut dan begitu seterusnya. Axel tersenyum melihat ekspresi Darren saat bermain biola, wajahnya terlihat sangat tenang, damai dan menghayati setiap gesekan pada senar biolanya.

"Bagaimana menurutnu?"

"Mm.. Lumayan"

"Terima kasih :)"

Darren selalu tersenyum saat berbicara pada siapapun. Dia terlihat sangat ramah, namun juga terlihat tenang.

Drrtt... Drrtt...

"Heii!!! Kemana saja kau, cepat pulang!" -Ezra

Suasana hati Axel langsung berubah begitu mendengar suara seseorang di telepon tadi. Tanpa menjawab ia langsung mematikan panggilannya.

Tuutt...

"Aku pergi dulu"

"Eh, baiklah hati - hati ya"

Axel berlari kecil dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

-WW 💖🙏

Accept Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang