••• 10 •••

10 2 0
                                    

"Kau merepotkan ya" -Ezra

Axel yang sedang sibuk mengemasi barang - barangnya tidak menghiraukan ocehan Ezra sejak tadi.

"Kau tahu, ayahmu ke luar negeri 1 tahun dan kau setenang ini? Apalagi kau baru diberitahu. Jika aku jadi dirimu, aku akan pergi ke bandara dan mengucapkan salam perpisahan padanya. Tapi kauu... Malah... Hmmm" -Ezra

Axel yang sudah kehabisan kesabarannya mendengar omelan Ezra yang membuat telinganya panas, beranjak dan berdiri tepat dihadapan Ezra.

"Kau tidak akan pernah mengerti!" -Axel

"Hehh aku bukan peramal yang dapat tahu semuanya" -Ezra

"Apa kau bisa membedakan antara tahu dan mengerti?" -Axel

Axel berbalik badan dan kembali melanjutkan mengemasi barangnya.

"Hanya ada satu kasur disini. Malam ini aku akan tidur di rumah orang tuaku dan kau disini sendiri. Aku akan mencari pekerjaan untukmu, kita akan membuat bangunan ini menjadi rumah sederhana dari hasil kerja kita" -Ezra

Axel tercengang dengan kalimat cepat dan runtut yang dikatakan Ezra. Ia tidak menyangka bahwa Ezra setegas ini.

"Aku akan bekerja dan membeli barang yang aku perlukan" -Axel

"Terserah" -Ezra

.........

Ezra sengaja bangun pagi - pagi hari ini untuk segera melihat keadaan Axel yang ditinggalkan sendiri di .

"Hahh,,, rajin sekali anak ini" -Ezra

Ezra melihat kasur yang sudah kosong dan berantakan, sepertinya Axel sudah  berangkat ke sekolah lebih awal. Ezra menghela nafas kasar dan segera merapikannya.

"Kenapa bantalku basah!? Ck menjijikkan!" -Ezra

.........

"Aileen kapan kau akan menantangnya" -Meisie

"Aku tahu kapan dan dimana aku akan menghajarnya nanti" -Aileen

"Waahh sepertinya rencanamu matang, kawan! Lanjutkanlah!" -Meisie

"Kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun keadaannya tidak akan mengubah kemampuanku! Mungkin kau yang butuh persiapan untuk ini" -Axel

Aileen menghanpiri Axel dengan berjalan santai dan perlahan. Sikapnya sangatlah tenang dan tidak gegabah, tidak seperti Axel yang mengutamakan egonya diatas segalanya.

"Tenang Axel, aku siap jika kita lakukan sekarang. Tapi..... Ini sangat tidak berkelasss. Aku tidak mau di cap sebagai murid yang menjadi penerusmu!"-Aileen

Aileen meninggalkan Axel dengan langkah yang anggun. Axel berusaha menahan amarahnya, ia tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk saat ini.

Ezra yang kebetulan lewat, sedang melihat Axel yang berdiri terdiam di lorong sekolah.

"Woii! Kau berliur dibantalku! Kau harus mencucinya!" -Ezra

"Apa yang kau katakan" -Axel

"Bantalku basah dan itu pasti air liurmu atau keringatmu" -Ezra

"Baik, aku akan mencucinya" -Axel

Axel pergi meninggalkan Ezra

"Ehh... Ada apa dengan anak itu" -Ezra

.........

"Axel, aku menemukan sebuah pekerjaan yang tidak cocok denganmu. Sangat susah mencari pekerjaan di dekat sini. Apa kau sudah dijuruskan oleh sekolah?" -Ezra

"Aku baru magang 2 hari sebagai administrasi di manufaktor. Upahnya lumayan, tapi waktu kerjanya hanya 3 hari dalam seminggu" -Axel

"Wahh baguslah... Bagaimana menurutmu apa kau masih butuh pekerjaan sampingan?" -Ezra

"Kurasa aku masih butuh, memangnya apa pekerjaan yang kau temukan?" -Axel

"Mmm... Kurasa ini sangat konyol, aku tidak yakin kau bisa. Ehem, koki" -Ezra

Axel tidak menjawab dan ia menghela nafasnya pelan.

Axel berpikir Ezra sangatlah terlihat dewasa saat menghadapi masalah. Walaupun terlihat sangat kasar, saat ia menanggapi suatu kejadian dia akan berubah menjadi sangat lenbut dan penuh dengan perhatian.

Axel mulai percaya dengan sikap sesungguhnya yang dimiliki Ezra. Ia tampaknya bersedia untuk menjadikan Ezra sebagai teman pertamanya.

-WW 💖🙏

Accept Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang