Ezra bangun pagi - pagi sekali untuk menebus kesalahannya pada Axel dengan cara mengantar dan mengajaknya makan ketika pulang sekolah.Mungkin kali ini, ia tidak menghiraukan harga dirinya untuk sementara. Entah mengapa rasa bersalahnya terhadap Axel timbul sejak kemarin.
Sesampainya disana, Ezra bingung sejak kapan ada tulisan EXr didepan ruangannya.
EXr adalah nama ruangan Ezra, yang diciptakan oleh Axel. Karena ia bingung barus menyebut bangunan itu apa. Bangunan? Sangat jelek menurutnya. Rumah? Tidak ada struktur dari rumah didalamnya. Ruangan? Tidak juga.
Jadi ia memutuskan untuk memberi nama EXr hanya untuk mempermudah saja katanya. Gadis itu juga memberi kayu yang diukir dengan huruf EXr dan menempelkannya di depan pintu. Ia mengerjakan semua ini tanpa sepengetahuan Ezra.
Cklekk...
"Axel"
"Ezra, kenapa kau kemari?" -Axel
"Ini ruanganku apa aku tidak boleh kesini!" -Ezra
"Kau kesini pagi sekali tau!" -Axel
"Memang aku tau bodoh! Lagi, kenapa ada papan nama didepan ruanganku?" -Ezra
"Apa itu merugikan?" -Axel
"Tidak juga" -Ezra
"Yasudah" -Axel
"Ayo kita berangkat" -Ezra
"Kau ingin membantu pak Dadang membersihkan halaman sekolah hah?!" -Axel
"Kau ya! Ck!"
"Aaa aku berangkat dulu" Axel langsung terburu buru untuk keluar dari EXr dan berlari seakan ada sesuatu yang amat penting.
"Woii!!! Kau mau bantu pak Dadang?!!!" Ezra pun ikut berlari mengikuti Axel. Dan tiba - tiba ia berhenti di tengah gang. Ia melihat suatu pemandangan yang tidak ia harapkan. Darren
Brrrmmmm.....
Ezra hanya diam sambil melihat dua sejoli yang pergi bersama tepat didepan matanya. Tangannya menggenggam erat seperti menahan sesuatu yang ingin dilepaskan oleh tubuhnya. Axel lebih memilih pergi bersama Darren daripada dengannya?
Ia berbalik dan mengambil motor, ia mengunci pintunya dan ia melihat tulisan EXr yang dibuat oleh Axel. Ia terus memandangi tulisan itu seperti orang gila.
"Arggghh"
Blammm...Ezra membanting pintu dengan kasar hingga tulisan kayu tersebut jatuh. Ia tak menghiraukannya dan langsung pergi mengendarai motornya.
Ia mengendarai dengan kecepatan yang tidak biasa. Wajahnya sangat merah. Cengkeraman tangannya pada stir sangatlah erat. Jika stir itu hidup mungkin sekarang sudah mati karena kuatnya tekanan yang diberikan Ezra.
Sesampainya di sekolah, Ezra langsung pergi ke ruang kelas Axel.
Brakk.. Ia mendobrak pintu kelas seperti orang yang sedang kerasukan.
"Axel!!"
"Hei jaga sikapmu! Apa maksudmu seperti itu!!!"
"Aku mencari Axel"
Ketua kelas langsung pergi mendekati Ezra dan menarik kera bajunya
"Kau jangan lancang - lancang menerobos kelas! Murid mana kau hah!!!"
"Ok aku salah, lepas!"
Sebenarnya Ezra ingin sekali menghajarnya, tapi pikirannya sekarang sedang kacau, jika ia menuruti emosinya, ia bisa saja membunuh orang didepannya sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Accept Me!
Random"A a ada apa ini se benarn... " -Ezra "Ezra jawab aku! Kenapa aku selalu lengah saat dihadapanmu! Kau selalu menghalangiku untuk menghajar seseorang. Padahal tidak ada satupun orang yang berani menahanku?!. Dan bodohnya aku, aku malah tidak melawanm...