••• 5 •••

21 5 0
                                    


Dengan posisi tetap, Ezra tetap mengusahakan diri untuk menjawabnya

"Aaa a asal kau tau, aku be e rusaha me lindungimu" -Ezra

----------------------------5----------------------------

Axel mulai melepaskan lilitannya dengan perlahan sambil berpikir ucapan yang barusan dikatakan Ezra.

'melindungimu?'

Ezra yang masih berusaha berdiri dan merapikan kondisinya sudah tidak sanggup lagi untuk mengatakan apapun pada Axel. Mungkin karena ia syok dengan perlakuan Axel secara tiba - tiba.

Axel memegang pundak Ezra, membalikkan badannya dan memegang kedua tangannya dengan erat dan menempatkan kakinya dipunggung Ezra dengan keras.

Bughh...

"Akkhh.. "

"Kau pikir aku lemah hehh!! Aku tak butuh perlindungan dari siapapun!"

Axel memperkuat dorongan kakinya dan melepaskan cekatannya pada tangan Ezra.

Brakk... Tubuh Ezra dibanting begitu saja. Gadis itu melenggang pergi dengan langlah kaki yang mulus tanpa hambatan.

"Perempuan gila!"

.........

"Akhh tubuhku terasa sakit semua! Bibii!! Obati aku!" -Ezra

"Ada apa denganmu Ezra, kurasa tidak ada yang luka" -Bibi

"Ini luka dalam dan rasanya sangat sakit bi" -Ezra

"Ooo baik biar saya pijat. Sebenarnya ada apa" -bibi

"Aku dihajar oleh perempuan gila" -Ezra

"hahh benarkah? Memangnya kenapa, bukankah kamu lelaki?" -bibi

"Aaaa bibi! Apa yang bibi bicarakan! Tentu saja aku lelaki. Bibi tidak tau dia perempuan seperti apa. Dia menjengkelkan, sifatnya sangat keras dan angkuh, dia mudah tersulut dengan hal sepele dia juga mempunyai hoby menghajar seseorang sampai mati" -Ezra

"Hmm.. Walaupun begitu wajahnya terlihat sangat teduh, meskipun hanya terlihat saat di balkon saja_- Aq sangat penasaran dengan masa lalunya bi" -Ezra

"Anak sepertinya pasti mempunyai cerita yang menarik di masa lalunya" -bibi

"Yapp, dan aku akan berusaha menjadi temannya dan akan menguak masa lalunya!"-Ezra

.........

"Axel! Aku minta maaf!" -Ezra

Langkah Axel yang hendak memasuki ruang kelasnya terhenti dengan suara yang sangat ia kenal.

Mereka diam untuk beberapa detik namun tidak ada satu diantara mereka yang memulai pembicaraan selanjutnya.

Axel pun dengan santainya berjalan meninggalkan Ezra yang masih berharap menunggu jawaban dari permintaan maafnya.

Sebenarnya Ezra angat tidak mengerti apa yang membuat mereka terlibat masalah, karena Ezra sendiri memiliki karakter yang cuek, dingin, dan gengsi untuk mengutarakan apa yang dirasakannya.

.........

"heiyo bro! Di kantin sendiri nih"

"Hmm"

"Kenapa nih, cerita dongg"

"Nggak, bisa diem gak"

"ooo sorry sorry aku akan diam tuan Ezra"

"alan, kamu pernah gak membuat kesalahan pada orang lain?"

"ya pernah lahh, kenapa emang"

"Nggak"

.........

"Hei, liat deh leen, kayaknya Ezra lagi murung, bukankah ini kesempatan emas haa?"

"Bener juga!"

Ezra yang terlihat murung dari tadi di kelas membuat Aileen salah satu dari hajaran Axel berusaha menjadi malaikat yang akan menyelamatkan Ezra dari kesedihannya.

"Zra, kamu kenapa?" -Aileen

"Pergi!" -Ezra

"Ahh baiklah" -Aileen

"Gagal maning" -Aileen

.........

Untuk menenangkan pikirannya, Axel selalu pergi ke sebuah taman yang sepi tidak jauh dari rumahnya.

Ia biasanya membeli es krim sambil duduk di ayunan. Bagaimanapun, Axel tetaplah  seorang  perempuan.

Di sore hari seperti ini taman biasanya sepi dan tidak ada seorang pun. Tetapi tidak untuk sore ini.

Ia melihat seorang lelaki menggunakan jaket putih sedang duduk membelakanginya. Jaraknya agak jauh, jadi dia tidak bisa melihat postur dan wajahnya dengan jelas.

Tiba - tiba Axel mendengar suara petikan gitar yang begitu merdu. Axel mengikuti irama gitar dengan menghentakan kakinya beberapa kali di tanah.

Ia merasa saat ini berada dalam posisi sangat tenang selama hidupnya. Besar keinginannya intuk menghampiri lelaki berjaket putih yang sedang memetik senar dengan jarinya yang panjang dan teliti.

Krekk...

Cone dari es krim yang dibawa Axel retak dan es krim menetes kemana mana. Ia membenci saat - saat ini, ketika ia berhasil mengatur perasaannya setenang mungkin lalu tiba - tiba ada sesuatu yang membuatnya langsung tersulut emosi.

'Aku tidak perlu marah melihatnya dengan wanita, siapa dia aku bahkan tidak melihat wajahnya'

-WW 💖🙏

Accept Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang