••• 13 •••

7 2 0
                                    

"Bagaimana? Apa aku kau anggap teman? " -Ezra

"Tidak! Bukan berarti aku menceritakan semua padamu dengan mudahnya aku menganggapmu sebagai teman" -Axel

"Hufftt... Baiklah aku tahu" -Ezra

Axel pergi tidur setelah banyak cerita kepada Ezra.

"Gadis yang malang" -Ezra

Flashback on

"Sebenarnya ayahku sangat membenciku. Aku tidak tahu alasan yang jelas mengapa ia membenciku" -Axel

"Kulihat dia sangat perhatian padamu. Dia selalu meneleponmu setiap saat untuk memastikan keadaanmu" -Ezra

"Itu tidak seperti yang kau bayangkan. Dia mengawasiku agar aku tetap mempertahankan ajaran dan kebiasaan yang diberikan padaku" -Axel

"Benarkah? Ajaran apa itu?" -Ezra

"Dia mengajarkan cara bicara, nada bicara, pakaian, kebiasaan, sifat, tenaga yang dimiliki seorang lelaki!"

Brakkk....

Ia memukul pintu dengan sangat keras untuk melampiaskan amarahnya.

"Mengapa bisa begitu?" -Ezra

"Dia tidak ingin mempunyai anak perempuan yang lemah, tidak berguna dan menjijikkan sepertiku!" -Axel

Ia berada dipuncak amarahnya sekarang. Dia berjalan menuju hiasan kaca yang berada diatas meja.

Prangg...

Hiasan itu ia lempar dengan keras tepat di samping Ezra.

"Axel hentikan!" -Ezra

Ezra menyeret Axel untuk pergi dari bangunan. Ia menggunakan sekuat tenaganya untuk membawa gadis itu dilorong gang.

Ia menggenggam erat pergelangan gadis itu hingga meringis kesakitan. Ia semakin mempererat genggamannya tanpa ada rasa kasihan baginya.

"Tenangkan dirimu" -Ezra

Axel yang mulai tidak kuat lagi akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke tanah sambil melihat Ezra dengan mata sayu.

Ezra yang sudah tidak tega menyakiti Axel, langsung melepaskan genggaman mematikannya.

Kepala Axel sekarang terantuk di pundak lebar Ezra. Ia sangat kelelahan, setelah amarahnya reda Axel selalu terbaring lemah dan Ezra sudah sangat tahu kebiasaan ini.

Cara cepat menghentikan Axel menurut Ezra adalah menyakitinya dan menghajarnya sampai ia benar - benar kelelahan. Jika ia sudah merasa lelah tubuhnya akan lemah dan tidak bisa melakukan perlawanan.

Ditambah lagi kekuatan Ezra yang extra yang dapat membuat gadis itu lemah dalam sekejap walaupun hanya sebuah genggaman.

Ezra menggendong Axel masuk ke bangunanya dan menidurkannya.

"Kau selalu memaksakan" -Ezra

Axel menatap dalam mata Ezra. Jam sudah menunjukkan tengah malam dan biasanya inilah waktu Axel meneteskan air matanya. Namun, kali ini masih ada Ezra. Usaha untuk menahan keluarnya air mata pun gagal.

Setetes air akhirnya berhasil lolos dari mata indah Axel. Ezra yang melihatnya hanya tersenyum.

"Ka kau! Jangan lihat aku!" -Axel

"Baiklah" -Ezra

Ezra membalikkan tubuhnya sambil menunggu aba - aba dari Axel jika ia selesai menangis.

Tetapi tiba - tiba ada sesuatu yang menempel pada punggung Ezra. Ezra menoleh dan ternyata Axel sedang bersandar membelakangi Ezra sambil mengeluarkan air mata yang begitu deras.

Walau bagaimanapun Axel hanya butuh tempat untuk bersandar. Dia masih gengsi untuk memperlihatkan wajahnya pada saat seperti ini. Ia hanya bersandar sambil menempelkan punggungnya dengan punggung Ezra yang ia rasa sangat nyaman.

Flasback off

'Jadi seperti itu ya' gumam Ezra sambil melihat Axel yang tertidur pulas dengan wajah sembabnya.

.........

Hari ini Axel tidak diizinkan masuk sekolah oleh Ezra. Karena ia masih butuh pemulihan.

Saat pulang sekolah Ezra menggantikan posisi Axel di rooftop sekarang.

"Kau siapa sampai dapat membuat Axel betah berlama lama disini setiap sepulang sekolah? Kau tau? kau penyebab Axel tidak ikut latihan dan dia dimarahi ayahnya"
-Ezra

"Tidak ada yang kulakukan. Dia yang menghampiriku. Lagipula saat melihat gadis yang sendirian termenung, semua pria pasti menghampirinya kan?" -Darren

"Setidaknya suruhlah dia pulang jika sudah sore" -Ezra

"Aku tidak tau kalau dia ada latihan setiap sore" -Darren

"Memangnya apa yang kau bicarakan dengannya?" -Ezra

"Kita hanya berbicara soal hobi. Aku memperkenalkan seni padanya dan sepertinya dia tertarik. Dan dia memperlihatkan padaku teknik - teknik beladiri yang dia pelajari. Dia sangat hebat" -Darren

"Tunggu tunggu, kau siapanya Axel?" -Darren

"Aku temannya, kami tinggal bersama dan ceritanya panjang, jangan menyuruhku untuk bercerita mengapa aku bisa tinggal dengannya" -Ezra

"Tidak. Mmm... Apakah aku boleh mengantarnya latihan setiap sore?" -Darren

"Aku masih belum percaya padamu" -Ezra

"Baiklah... Kutunggu sampai kau percaya padaku. Aku pergi dulu" -Darren

Darren menepuk pundak Ezra sebagai tanda perpisahan. Ia berjalan sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celananya.

Ezra yang melihat dari belakang tengah mempertimbangkan permintaan Darren soal mengantar Axel latihan.

"Baiklah. Kau boleh mengantarnya" -Ezra

"Benarkah? Terima kasih" -Darren

Darren melontarkan senyuman tipis andalannya dan kembali meneruskan langkah kakinya untuk pergi.

-WW
Terima kasih 💖😊
Mohon maaf 🙏😀

Accept Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang