••• 16 •••

5 1 0
                                    


Bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan menuju tempat peristirahatannya masing masing :v

Axel pergi ke rooftop sekolah untuk menemui sang penenang hatinya.
Namun kali ini ia tidak mendengar suara alunan musik apapun. Dia memasuki ruangan bermusik dan melihat segerombolan anak seperti sedang berunding.

"Apa kalian tau dimana Darren?" -Axel

"Dia sedang kursus memasak"

Axel pun pergi ke lantai 2 menuju ruangan kursus memasak. Ia melihat Darren yang lagi - lagi selalu sendirian.

"Darren, kau ikut memasak juga?" -Axel

"Ahhh kau.... iya" -Darren

"Mengapa sendirian?" -Axel

"Karena bukan jam memasak dan aku lebih suka berlatih saat tidak ada orang"
"Kau tau, akan kutunjukkan beberapa teknik silat dalam memasak"

"Silat?"

Darren pun menunjukkan beberapa gaya dalam memasak yang seperti dilakukan koki profesional. Ia melempar pisau, mengangkat panci sampai api menyala besar, memotong dengan kecepatan melebihi rata - rata dan menaburkan bumbu dengan gayanya.

Axel tertawa melihat semua itu. Ia merasa teknik tersebut keren sekaligus lucu. Ia tidak bisa menahan tawanya saat ini.

Ezra melihat kejadian ini dari luar ruangan, ia menatap mereka dengan tajam. Berbulan bulan Axel tinggal bersama Ezra tidak pernah melihatnya tertawa sampai seperti ini. Tiba - tiba ia merasa bukanlah teman yang baik. Ia merasa hanya seperti ibu kos yang menyewakan rumahnya atau lebih tepatnya meminjamkan rumahnya?.

Ezra meninggalkan mereka dengan menundukkan kepalanya seakan telah gagal melakukan sesuatu.

"Cobalah ini nona" -Darren

Darren menghidangkan masakan yg baru saja dibuatnya. Ia ingin Axel mencobanya.

"Mmm.... Ini enakk!!! Aku suka" -Axel

Mereka berdua tersenyum manis dan saling menatap. Axel pun mengalihkan pandangannya dengan terus menyantap makanannya tanpa jeda.

Darren yang melihat ini tersenyum bahagia dan merasa dirinya telah berhasil.

"Apa kau lupa chef sedang ada didepanmu loh" -Darren

"Ahh iya maaf hehe, ini terlalu enak kau mau coba?" -Axel

"Tentu" Ezra menyantap sesendok masakannya dan mengunyahnya dengan perlahan seperti yg dilakukan para juri memasak pada umumnya.

"besok aku ada pertunjukkan biola di museum nasional. Jika kau tidak keberatan kau bisa hadir" -Darren

"Wahh benarkah? Tentu aku akan hadir!" -Axel

........

Dirumah Ezra

"Ibuku datang besok, kau akan kubawa kerumahku" -Ezra

"Huhh.. Mengapa harus diperkenalkan?" -Axel

"Kau gila ya! Jika orang tuaku sampai tau ada gadis yang tinggal di ruanganku, kau akan diusir!" -Ezra

"Iya iya"

..........

Saat malam hari, Ezra baru ingat jika tasnya tertinggal di ruangannya. Ia pun keluar dan pergi untuk mengambilnya.

Saat Ezra membuka pintu ia dikejutkan oleh baju yang tiba - tiba melayang di mukanya.

"Heeiii bodoh! Kau mengotori ruanganku!" -Ezra

"Aaaa kena kau ya. Kenapa kau kemari malam malam begini?" -Axel

"Tasku tertinggal. Kalau kurang kerjaan, lebih baik kau berolahraga pakai alat - alatku itu daripada membuat rusuh di ruanganku" -Ezra

Axel tidak menghiraukan ucapan Ezra, ia tetap sibuk memilah baju - bajunya. Ia mengeluarkan semua dan sepertinya dia sedang memilih baju untuk dipakai?

Dia mengambil beberapa baju yang terlihat agak feminim dan menunjukkannya pada Ezra.

"Ezra! Apa ini cocok?" -Axel

"Tidak"

"Kalau ini?"

"Jelek"

"Ini?"

"Suram!"

"Lalu yang mana!"

"Kenapa kau tanya aku, mana kutahu!. Mmm... Ternyata kau punya baju perempuan, apa tidak ketahuan ayahmu?" -Ezra

"Aku menyimpannya dibawah kasur" -Axel

"Hiiii pasti sangat bau. Wekkk.... " -Ezra

"Kurasa kau lebih cocok berpakaian tomboy" -Ezra

"Karena memang aku laki! Makanya aku cocok berpakaian laki!" -Axel

Ezra langsung merasa bersalah atas ucapannya. Ia takut melukai hati Axel saat ini. Tingkahnya sangat gugup ingin minta maaf tapi dia mementingkan harga dirinya. Ia pun memilih nengalihkan pembicaraan.

"Kau mau kemana sampai memilih baju segala" -Ezra

"Besok aku ada acara penting dan kau tidak perlu tau" Axel mengucapkan itu dengan nada bahagia. Ezra yg melihat ini ikut tersenyum karena moment langka ini sangat sulit didapatkan. Sampai ia lupa bahwa ada yang dirahasiakan Axel padanya

"Ehhh tunggu, tapi besok bisa kan bertemu orang tuaku?" -Ezra

"Mmmm.... Entahlah acaranya dimulai jam 10 dan selesai jam 3, tapi mungkin aku akan pulang jam 6" -Axel

"Apa apaan kau ini, 3 jam itu kau mau apa? Atau jangan - jangan kau bekerja sebagai tata rias di acara tersebut?" -Ezra

Axel memelototkan matanya lalu menghampiri Ezra dan membenamkan kepala Ezra ke lantai sampai hampir terantuk.

"A a aa ampun iyaa tidak" -Ezra

"Aku bukan perempuan yang suka tata rias kau tau!" -Axel

Axel memumukuli punggung Ezra sambil menahan kepala Ezra ke lantai.

"Sudahlah hentikan kumohon" -Ezra

Axel yang tidak tega melihat Ezra memohon seperti anak kecil akhirnya melepaskannya. Axel tertawa bahagia seakan ia telah berhasil menjatuhkan satu tingkat harga diri Ezra.

"Hahahahahahaha rasakan" -Axel

"Heiii kau tau, tadi aku hanya pura pura saja. Coba aku menggunakan tenagaku, kau pasti akan langsung terpental!" -Ezra

"Ohh gitu ya, oke coba gunakan tenaganu sekarang, kita lihat apa aku terpental?" -Axel

Axel menantang Ezra dengan senyuman miring dan kedua tangan melipat didepan dada.

"Baik! Bersiaplah kau. Ciaaattt....... "

Ezra berlari mendekati Axel dan menubrukkan badannya lalu Axel pun langsung terjatuh. Axel yang terjatuh diatas lantai tengah kesakitan. Ezra tersenyum mengejek.

Belum puas Ezra menghajar Axel, tiba - tiba akal jahilnya muncul. Ia menggelitiki perut Axel dengan tertawa bahagia. Axel yang seharusnya marah seakan tidak bisa karena merasakan geli di perutnya.

Terpaksa Axel juga harus tertawa dan berusaha melepaskan tangan Ezra namun sangat susah baginya.

"Hahahahahha Ezra hentikan"

"Rasakan! Hahahahha"

Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Mereka tertidur pulas diatas lantai dengan pakaian Axel yang masih berserakan.

-WW

Accept Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang