Seperti Inikah Sang Idola

1.8K 69 0
                                    


Filza pov

  Harus ku akui,berat sekali untuk meninggalkan rumah,karna aku harus menekuni kewajibanku sebagai santri dan bye bye rumah

"Za,ke ndalem dulu,sekalian papa mau silaturahmi sama abah"

"Filza nggak ikut ya pa" tawarku pelan karna aku tak ingin jika harus bertemu dengan gus Afnan,rasanya masih malu banget kalau bertemu dengan beliau

"Kamu harus ikut za"

"Tapi ma"

"Sudahlah za,mari masuk memang apa susahnya hanya duduk diam di ndalem"

Mau tidak mau akhirnya akupun ke ndalem,dan yang ku fikir benar pria yang membukakan pintu adalah gus afnan,melihatnya wajahku pusat pasi dan ingin rasanya sembunyi di balik punggung papa

"Eh nak Afnan,abah ada nak" ucap papa pada gus Afnan,tapi kenapa terlihat begitu akrab ya padahal kan aku belum lama disini kayak udah pada kenal aja papa sama gus Afnan

"Ada om,silahkan masuk"
"Saya panggilin abah dulu" sambung gus afnan

"Hhh,,,yang lama deh kalau bisa gak usah kembali" kataku pelan

"Eh za,anterin mama ke kamar mandi sebentar"

"Enggk ma,filza gak mau sungkan lah"

"Udah deh ayo buruan"
"Nak, tante mau numpang kamar mandi boleh?" tanya mama saat gus Afnan sudah kembali dan malah ngobrol bersama papa

"Tentu tante,silahkan lurus aja lalu belok kanan"

"Iya,makasih"

Namun saat tanpa sengaja di perjalanan ke kamar mandi pandanganku mengedar tepat di sebuah ruang terbuka yang ternyata terdapat bingkai foto besar,remang remang aku mulai mengenalinya dan ternyata dia...dia..Gibran???

"Bukannya itu foto Gibran kenapa ada di situ?"ucapku membatin

Aku terus memikirkan,bagaimana bisa ada foto Gibran terpampang jelas di ruangan itu

Saat di ruang tamu,mama papa malah asik ngobrol sendiri sama abah dan bu nyai,aku heran begitu dekatkah mereka hingga bisa seakrab itu
"Afnan,bisa tolong kamu ambilkan air minum di belakang nak.." pinta abah pelan pada gus Afnan

"Iya bah,sebentar"

"Gak usah repot repot bah"tolak papaku

" ah tidak apa apa"
"Kalau gitu biar filza aja yang bantu nak Afnan" ucap abah yang sukses membuat kedua mataku membulat lebar

"Ya tuhan,menatapnya dari jauh saja,wajahku sudah memanas apalagi berdekatan" kataku dalam hati

"Oh tentu bisa,,ya kan filza?"
"I...iy.iya pa" jawabku sebelum akhirnya aku menyusul gus Afnan di dapur

Di dapur

"Permisi gus,saya di suruh abah buat bantu anda" ucapku gugup sambil terus nunduk

"Iya silahkan,kamu siapkan airnya saja" pinta gus Afnan padaku
Kesalahan fatal,saat mau mengangkatnya ke cangkir malah tanganku terkena percikan air mendidih,hal itu sukses membuatku memekik pelan dan tanpa aba aba gus Afnan langsung menoleh
"Ada apa za" tanyanya kaget,,,dan tadi dia memanggil namaku,ah pasti gara gara kejadian waktu itu jadi beliau tau namaku,,hh sangat memalukan

"Eng,, enggk gpp,,,saya gpp cuma ke percikan air sedikit"

"Astaughfirullah,kenapa gk hati hati,,mending kamu rendem di air dingin aja" kata gus Afnan sambil mengambil wadah yang berisi air dingin

"Gak usah gus gpp,ini hal kecil kok" ah bagaimana bisa aku mengelak walaupun hanya terkena sedikit tapi tetap saja terasa sangat perih

"Bagaimana bisa kamu bilang ini hal sepele,pasti terasa perih benarkan" katanya pelan sambil menyodorkan wadah berisi air tersebut

"Ya tuhan, makin gugup aja nih,aku sadar mengapa santri banyak yang mengidolakan nya,ternyata beliau sangat baik" kataku membatin sambil merendam tanganku

"Yaudah biar saya antar kedepan dulu air minumnya"katanya dan hendak pergi membawa nampan berisi air tersebut

" tunggu gus,,biar saya saja yang bawa kedepan "cegahku pada gus Afnan dan mengambil nampan yang di bawanya

Ternyata aku salah,
Tersadar aku bahwa di depan mata tidak selamanya nyata
Namun,
Kenyataan sebenarnya itulah yang terdapat pada balik mata

Maaf bisa baru update,lumayan sibuk jam sekolah jadi gk bisa sempetin buat bikin bab baru,bisa di maklumi namanya juga santri.😉
Jangan lupa tinggalkan jejak gaes
Butuh vote dan komentarnya oke
👇gak susah kok tinggal klik di pokok kanan


Assalamualaikum CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang