AU! No magic, No Voldemort.
Silahkan nyalakan musik yang sudah disediakan ketika melihat tanda ***
Britania Raya, 1952
Siapa yang tak mengenalnya? Ia bagaikan pangeran yang menjadi nyata. Tampan –obviously- dengan mata keabuan, wajah lancip, tulang pipi tinggi, hidung mancung sempurna, bibir kemerahan, rambut blonde platina, dan cara menatapnya yang akan membuat orang-orang tunduk padanya.
Ia kaya raya, pasti. Ia memiliki banyak saham bank di seluruh Britania Raya, memiliki saham pada perusahan pertambangan yang tersebar di beberapa titik daratan Timur Tengah serta perusahaan otomotif yang sangat maju di Inggris. Dengan harta yang ditinggalkan keluarganya serta harta atas kerja kerasnya menjadikan ia salah satu yang paling kaya dan paling berpengaruh di Inggris.
Ia terkenal cerdas, cakap dan licik. Tidak akan ada yang bisa membaca isi kepala tampannya.
Orang-orang memanggilnya The Living Prince. Meski ia tak terlalu sempurna seperti di cerita anak-anak. Ia terkenal dengan sikap dingin dan tegas. Banyak perusahaan menengah yang mengajaknya untuk bekerja sama, namun ia menolak karena keangkuhan yang ditinggalkan di dalam darahnya. Khas seorang bangsawan. Ia hanya mau bergaul dengan orang seperti dirinya atau harus lebih tinggi.
Draco Malfoy. Namanya sudah sangat dikenal oleh seluruh Inggris bahkan terdengar hingga ke dalam kerajaan Inggris. Bukan hanya kekayaannya, namun tragedi di malam Sabtu setelah jamuan makan malam di sebuah hotel yang menewaskan mereka.
Ketika dirinya yang saat itu berumur 10 tahun pergi bersama kedua orangtuanya untuk menghadiri jamuan serta peresmian hotel Black dari kerabat ibunya yang sangat besar kala itu di Inggris, mereka mati dibunuh ketika perjalanan pulang. Mobil mereka dengan brutal di tabrak oleh sebuah mobil angkutan yang menewaskan kedua orangtua Draco dan supir mereka. Hanya Draco yang selamat namun dengan kondisi yang sangat kritis.
Dan saat itulah, ia di ambil oleh keluarga Black dengan status keluarga jauh ibunya yang juga terkenal dalam usaha perhotelan Inggris. Mereka mendidik dan merawat Draco hingga akhirnya legal secara hukum untuk mengambil alih seluruh harta kekayaan ayahnya dan mengembangkannya. Hingga akhirnya ia menjadi sangat powerful dan taka da yang bisa mengalahkannya.
Tapi di balik semua, ada harga mahal yang harus di bayar. Draco trauma akan kehilangan namun tak ingin memiliki atau dimiliki. Setiap malam, mimpi kejadian yang lalu menghantuinya dan terus membuatnya stress. Ia lebih suka menyendiri. Harga mahal itu pun termasuk dengan rasa stress dan tak mau berjalan di daerah yang sama tempat orangtuanya tewas seketika.
The Lonely Wolf adalah julukan teman dekat Draco untuknya.
.
.
.
Pagi itu Malfoy Manor nampak tenang. Di ruang makannya yang luas dan mewah, Draco duduk bak raja yang menggenggam dunia di tangannya. Ia duduk disana dan memperhatikan pada maid yang mempersiapkan sarapannya. Setelah selesai, ia mulai menikmati sarapan dengan sangat elegan. Tak ada suara kunyahan, tak ada suara berisik ketika makan. Ia makan dengan sangat tenang.
Seorang buttler mendekatinya.
"Maafkan saya, Tuan. Tapi Tuan Blaise Zabini datang berkunjung untuk membicarakan bisnis." Ia menunduk sedikit.
"Katakan dengannya untuk menunggu di perpustakaan." Titahnya dan kemudian melanjutkan sarapannya. Sang Buttler hanya menunduk dan segera berjalan.
"Apa yang diinginkan Zabini itu." Desisnya di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auction
FanfictionDraco Malfoy tidak pernah percaya dengan cinta dan kehangatan ketika mendapat trauma dimasa kecilnya. Ia dipertemukan secara tidak sengaja oleh remaja bernama Harry Potter yang mengubah seluruh hidupnya di pelelangan. Alternate Universe! DrarRy! Boy...