First Impression

209 30 3
                                    

Tap.. Tap.. Tap..

'astaga, aku terlambat'

Tiffany berlari kecil menuju ruang rapat yang diadakan tiba-tiba bersama pimpinan baru mereka.

Katanya aih, hanya perkenalan saja.

Tiffany belum melihat wajahnya, tapi katanya dia sangat tampan.

Entahlah, Tiffany tak terlalu memikirkan nya.

Tiffany menghela napas panjang 'tenang Tiff, tak apa.. Kau tinggal bilang bahwa ada sedikit kecelakaan'

Pasalnya, ini pertama kalinya ia terlambat. Dan buruknya, Tiffany sudah memberikan kesan buruk di depan Presdir baru itu.

Cklek

"maaf saya terlambat"

Tiffany membungkuk dalam dalam.

Hening.

"eng.. Manager, anda tak perlu cemas.. Kita hany.."

"ya, kau terlambat. Bisakah kau menjelaskan perihal keterlambatan mu ini?"

Tiffany mendongak

'ommo, bukankah dia bocah yang kemarin ku tabrak?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'ommo, bukankah dia bocah yang kemarin ku tabrak?'

Tiffany melongo

"ah, maafkan aku.. Aku mengalami kecelakaan kecil tadi pagi"

Cowok itu menghela napas"tsk.. Tsk.. Sangat tidak disiplin. kau terlambat, setelah ini datanglah ke ruangan ku."katanya sambil menatap tajam tepat di mata Tiffany

" Baik semua, terima kasih atas partisipasi kalian. Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik. Kalau begitu aku permisi "

Lelaki pongah itu berjalan melewati Tiffany, berbisik

" kau sangat tidak sopan pada pimpinan mu kemarin. sepertinya kita harus berkenalan secara pribadi, masalah kita belum selesai. nona Manager "

Tiffany membulatkan matanya, apakah dia Presdir baru itu? Cowok itu? Bocah yamg kemarin ia tabrak?

Oh, sial!

.
.
.

" hmm,, jadi namamu.. Tiffany Hwang, Wanita cantik (di miring kan karena nada nya yang terdengar seperti mengejek) berusia 24 tahun.. Cukup muda untuk bisa menjabat sebagai Manajer "

'hell, bukankah kau lebih muda untuk bisa menjadi seorang Presdir?'

"yah, kurasa cukup perkenalan nya"

Tiffany tersenyum sopan

"jadi.. Bisakah aku kembali?"

"siapa bilang? Duduk lah lebih lama lagi" katanya santai.

Tiffany menghela napas panjang

"ehey, barusan kau menghela napas, tepat di depan ku? Dimana sopan santun mu? Manager Hwang?"

Tiffany membungkuk "maafkan kesalahan ku, aku tak akan mengulangi nya lagi"

"ya memang sebaiknya seperti itu" katanya acuh, kembali sibuk dengan berkas dan laptop nya.
'astaga.. Aku ingin keluar'

Tiffany duduk dalam diam, tangannya saling bertautan. Ia heran, kenapa ia disuruh duduk tanpa melakukan apa-apa

"jadi, apa yang bisa kubantu, Presdir?"

Presdir pongah itu mengangkat tangannya, menyuruh Tiffany untuk diam, matanya masih fokus pada beberapa berkas si tangannya.

Tiffany mengulum bibirnya kedalam, kesal.

Lima menit Tiffany bertahan disana.

"baiklah, kau boleh pergi"

'hanya itu? Hanya itu saja?? Yang benar saja.'

Tiffany berdiri, membungkuk. Menyembunyikan raut kesal nya, untuk apa dia buang buang waktu disini?

Presdir nya itu... Benar-benar menyebalkan.

"kenapa? Kau mengharap aku melakukan lebih? Kau tak lihat ada cctv disini?"

Tiffany berbalik dalam keadaan tangannya masih menempel di gangang pintu

"maaf?"

"well.. Kurasa aku tak perlu heran, kenapa kau memikirkan hal hal yang dipikirkan orang dewasa pada umumnya. Maksudku itu wajar. Kurasa jika tak ada cctv, Imajinasi kotor mu akan segera terwujud"

Tiffany mengerutkan dahinya.

'hal hal yang dipikir kan orang  dewasa? Cctv? Imajinasi kot.. Astaga!'

Tiffany memilih pergi keluar, dengan langkah yang di hentakan.

Sekali lagi Tiffany tau satu hal.

Laki-laki semua brengsek!

.
.
.

TIME MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang