The Side You Don't Know.

139 24 18
                                    

"arrgghh!!! Akhh!! Sial!!"

Tangannya mencoba meraih botol kecil di atas nakas, tangan satunya menopang tubuhnya dengan pinggiran ranjang.

BRUKK!!

Pria itu terjatuh setelah menemukan wadah pil nya, mengambil beberapa dan langsung ia telan tanpa air.

Dadanya sesak.

"AKHH!!!"

BRAK!!

"OPPA!"

Gadis cantik itu berlari terbirit birit menuju kakaknya yang sedang meringkuk di lantai dengan posisi bersender ranjang.

"ayo kubantu"

"Jennie - ah, k-kau terbangun ya? Maafkan Oppa"

Jennie menangis sesenggukan, ia memilih diam tak menjawab. Membantu kakaknya kembali berbaring di atas ranjang.

Tangannya meraih segelas air minum, di berikan kepada sang kakak.

"J-jangan menangis, kau ter-lihat b-buruk"

Kakaknya mengusap pipi nya yang banjir air mata itu.

Jennie meraih tangan sang kakak, meremas nya lembut.

"kenapa.. Hiks.. Kenapa kau memilih tersiksa begini Oppa? Kenapa? Hiks.. Hiks.. Ak-aku tak sanggup melihatmu begini"

Taehyung, sang kakak memeluk tubuh Jennie.

"hei hei, tenang lah. Besok acara pernikahan mu. Aku tidak mau melihat adikku yang bandel ini mempunyai mata bengkak di hari bahagianya, jadi berhenti lah menangis, hm?"

Tangisan Jennie makin kencang, ia meremas piyama kakaknya "ap-apa perlu aku hiks.. Aku ingin memban-tu Oppa, aku.. Hiks.. Aku dan Hanbin Oppa bisa membantu mu. Jangan tersiksa sendiri"

Taehyung terkekeh, melepas pelukannya. Tangan besarnya menangkup pipi adiknya, mengusap pipi serta mata Jennie.

"katakan, apa aku terlihat menyedihkan? Hm? Aku Kim Taehyung. Aku kuat, aku tidak akan mati hanya karena rasa sakit ini. Kau tau aku, ya kan?"

Jennie mengangguk kencang, tangisnya sudah berhenti

"jadi, kai percaya pada Oppa mu ini kan?"

"ya, kau kuat dan aku percaya!"

Taehyung terkekeh "sekarang tidur lah. Aku baik-baik saja. Oke?"

Jennie mengangguk, ia kecup sebentar pipi kakaknya. Berdiri

"awas ya kau Kim Taehyung, jika kau tidak sembuh. Aku yang akan membunuh mu!"

Jennie pergi setelah mendengar kekehan menyebalkan kakaknya.

Tawa Taehyung berhenti, meringis kesakitan.

Dadanya sangat nyeri, sungguh!

Nafas nya pendek pendek, berusaha menghirup oksigen yang entah kenapa ia rasa udara di kamarnya menipis.

Peluhnya bercucuran, namun ia tahan suaranya agar adiknya tidak mendengar nya.

"a.. Hh.. Hh... Ahh.. Sial! Hh.." Taehyung memekik tertahan.

Sedetik kemudian ia tertawa di sela sela kesakitan nya. mentertawai kelemahannya.

"lemah sekali kau Kim!! Pria penyakitan s-sepertimu.. T-tidak pantas hidup, b-bukan?"

Dan tanpa ia ketahui, adiknya belum benar-benar pergi.

Ia bersembunyi di balik pintu kamarnya. Menahan isakan nya agar tidak lolos.

'hiks.. Oppa... Hiks..'

.....................




Hari ini, Taehyung datang terlambat.

Semua karyawan membungkuk hormat pada kolega tampan Presdir mereka.

Taehyung tersenyum denagn wajah datar nya.

Tak perduli bisikan orang orang, ia melangkah menuju ruangan nya.

Sekilas ia melirik pintu ruangan Tiffany, jendelanya tertutup rapat,biasanya wanita nya itu akan membuka sedikit gorden berupa  celah di jendelanya.

(paham gak maksud aing? Yang kayak ventilasi noh. Tapi author gak tau namanya.. 😄)

Taehyung mendesah panjang, hatinya resah.

Ia merindukan wanita nya. Tiffany nya.

Dengan perasaan sedih , ia berbalik memasuki ruangan nya.


~~~~~~




Tiffany mondar mandir di ruangan nya.

'kemana dia? Tumben terlambat'

Well, sudah kah kalian tau bahwa Tiffany itu selalu memperhatikan pintu cokelat di seberang ruangan nya?

Se benci apapun Tiffany padanya, tapi entah kenapa hatinya selalu menanyakan dimana keberadaan pria itu?

matanya selalu menelisik, mengintip ke arah seberang. Sudahkah dia berangkat?

Telinganya selalu tajam saat suara nya berujar tegas ketika rapat. Jujur, Tiffany rindu suara itu.

Hatinya juga bisa gelisah, mengkhawatirkan si bajingan itu tatkala pria itu tidak muncul seperti saat ini.

Padahal ia sudah berusaha menyibukkan diri dengan berkas berkas nya. Tapi ego nya selalu kalah, jauh di hati Tiffany, secuil  rasa cinta yang ia miliki untuk pria itu selalu kembali menuntun Tiffany untuk sekedar melihat apakah pria itu baik-baik saja?

Jamgan salahkan Tiffany, jangan salahkan juga cinta nya. Salahkan lah kepada 'siapa dia mencintai sebegini dalamnya'  atau 'dimana dia melabuhkan hatinya'

Tiffany duduk kembali, lehernya memanjang, melongok.

Apakah dia sudah datang?

Sudahkah dia makan?

Tiffany berdiri, berjalan perlahan menuju jendelanya. sedikit mengintip lewat celah.

Jantung nya berdebar lebih kencang.

Pria itu sudah datang, baru saja ia melihat dia memasuki ruangan nya.

Dan poor uri pany.

Dia tidak melihat dua detik sebelum ' pria itu' masuk ruangan nya.

Tiffany tidak pernah tau, jika pria itu juga teramat sangat merindukan nya.

Poor uri TaeTae juga.

TIME MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang