I Still Want You.

144 18 1
                                    

Canggung.

Satu kata yang cocok untuk menggambarkan keadaan di bangsal rumah sakit tersebut.

Jungkook menggaruk tengkuk nya main main, bibirnya kembali ia basahi dengan ludahnya sendiri.



"Ak—aku tidak tau kalian berada disini. Aku.. Aku akan pergi"

Tiffany diam. Tidak berniat mencegah. Toh Jungkook pasti masih ingin sendiri dulu.

Taehyung menatap kepergian Jungkook dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.


Ia masih merasa kecewa tentunya dengan si Jeon itu, namun disisi lain Jungkook adalah kawan nya sedari kecil. Yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Pun Tiffany. Hatinya merasakan sakit saat melihat sorot penuh luka dari Jungkook. Kakak mana yang tidak sedih ketika melihat adiknya teluka, karenanya. Namun Tiffany tidak bisa, sekalipun ia mampu.

Jungkook mencintainya. Itulah masalahnya.

Tiffany tidak bisa mengacuhkan perkara yang tidak sepele itu. Takutnya, Jungkook akan kembai khilaf  dan yeah.. Bertahun-tahun silam saja Jungkook telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.



Taehyung meraih jemari Tiffany. Ia kecup penuh perasaan. "Tiff.. "

Tiffany tersenyum kearah suaminya. Mendekat dan ia kecup rahang tegas Taehyung "ayo pulang. Jimin butuh istirahat yang cukup"



Tiffany berdiri, sedikit membungkuk. Mengecup kening Jimin lembut "tidur yang nyenyak Jim. Besok aku akan mampir kesini lagi"

Keduanya beranjak dari sana dengan tangan yang saling bertautan.



Mengabaikan sepasang mata yang baru saja terbuka dan menatap mereka sendu.


'Apa yang telah aku lewatkan, fany—ah? '


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


"Satu gelas lagi! "

Pemuda Jeon itu benar-benar mabuk parah.


Dentuman keras untuk di club itu tak sedikitpun mengganggu pikirannya yang seringkali menyukai keheningan.



Malam ini dirinya butuh pelampiasan. Dan disinilah tempatnya.


Hatinya sangat sakit mengingat kakkanya, Tiffany yang sama sekali tidak mau menatap nya. Meski sebentar.


Jungkook tau dosanya benar-benar tak terampuni di masa lalu, namun perasaan itu masih ada dan kian membesar.


Semakin ia coba lupakan semakin membludak pula perasaan Cinta terlarang nya kepada sang kakak. Hatinya terasa sangat sesak saking tidak mampu menahan perasaan cintanya sendirian.

Tak pelak, Jungkook butuh Tiffany. Hanya Tiffany, bukan yang lain.

Persetan dengan hubungan kakak adik sedarah.

Katakanlah Jungkook sudah gila, biarpun dikata obsesi, Jungkook lebih memilih menjadi gila ketimbang menahan perasaan nya sendiri.

Apalagi mengingat perkataan medusa itu tempo hari.

'' jadi apa yang ingin kau bicarakan dengan ku? Kuharap itu tidakkah hal yang sia sia "


Tempat pertemuan di lapangan memanah. Bukan hal yang buruk.

Irene terkekeh kecil . Mengarahkan busurnya kedepan. Bergumam pelan. "Tiffany "


Jungkook mengehentikan aktivitas mari memanahnya. Ia menurunkan tangannya, mengalihkan seluruh atensi nya kepada medusa i ini.

"Apa maksudmu? Aku tidak akan pernah menyakiti Tiffany "

"Aku tidak menyuruhmu begitu. Hanya saja aku ingin meminta tolong d engan kerja sama kita"

"Maksudmu? "

Irene menurunkan tangannya, menatap lurus Jungkook.

"Kau tau.. Taehyung adalah milikku, dan kau begitu menyukai Tiffany. Anggap saja kita sedang melakukan simbiosis mutualisme. Aku akan mendapatkan Taehyung dan kau bisa bersama dengan Tiffany mu itu"

Jungkook terhenyak. Menggeleng cepat "tidak. Itu sama saja aku menyakiti Tiffany "

Irene terkekeh "ayolah.. Kemana Jungkook yant akan mendapatkan apapun yang ia mampu. Aku sudah membantumu loh untuk melenyapkan beberapa penghalang mu"

Jungkook mematung "penghalang? "

"Kau tau kan.. Dokter sialan itu juga menginginkan Tiffany "

Jungkook melemlarkan busurnya ke tanah. Rahangnya menegang.

"Sialan! Jadi kau pelakunya?! "

Irene sedikit terkejut melihat reaksi Jungkook. Ia kira pria itu akan senang mendengar berita ini. Well dia tidak tau jika ternyata Jungkook dan Jimin memiliki hubungan yang cukup dekat dahulu.

Irene Buru Buru mengganti ekspresi wajahnya "jika kau tidak mau Tiffany berakhir seperti itu, bantulah aku. Maka semua beres"




"Ck! Jalang sialan"

Jungkook kembali menenggak minuman nya yang ke.. Empat. Toleransinya terhadap alkohol sangatlah rendah dan sudah bisa di pastikan Jungkook akan teler sebentar lagi.


Jungkook limbung ke samping dan tubuhnya hampir jatuh ke bawah jika saja sepasang tangan itu tidak menahan nya.









































"Astaga Jung—ie?! "



Tbc.

Btw kalo aku bikin ff baru enaknya bahasa nya baku atau non baku ya??

Sekian.

TIME MACHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang