Part 12.5

310 48 0
                                    

.

.

.

"Kau boleh marah padaku. Kau boleh kesal padaku. Bahkan kau boleh memukulku. Aku akan menerima semuanya. Karena di sini aku yang salah. Karena aku sudah membuatmu menangis. Karena aku sudah membuatmu khawatir. Padahal aku sudah berjanji tidak akan pernah sekali pun membuatmu seperti itu. Aku minta maaf."

.

.

.

"Yerin-ah. Aku akan tetap pindah. Aku akan tetap pergi ke Amerika. Orang tuaku sudah menyiapkan semuanya. Visa, paspor, semuanya. Aku sedih? Tentu."

Yoojung mengalihkan pandangannya ke arah Namjoon yang duduk sedikit lebih jauh darinya. Ia kemudian melontarkan senyuman dan langsung dibalas anggukan oleh Namjoon.

"Bagaimana pun aku berusaha. Bagaimana pun aku mencoba. Aku pasti akan tetap pindah. Kau sudah paham bagaimana keluargaku, kan? Tidak ada kata penolakan yang bisa keluar dari mulutku jika sudah berhadapan dengan mereka. Tapi, untuk saat ini. Untuk kali ini. Aku sangat berterimakasih kepada Namjoon-oppa. Dia membantuku untuk bisa menunda kepindahanku."

"Kau pasti terkejut. Ternyata orang tuaku itu teman kerja orang tua Namjoon-oppa. Mereka berteman baik. Jadi, Namjoon-oppa meminta orang tuanya untuk membujuk orang tuaku agar tetap membiarkanku tinggal. Dan mereka menyetujinya. Mereka tetap membiarkanku tinggal. Yah, walaupun ada banyak syarat ini itu."

Wajah Yoojung tampak senang ketika bisa mengatakannya. Ketika ia bisa menjelaskan kepada sahabat kesayangannya itu. Sebuah senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya. Namun, senyuman itu hanya bertahan selama beberapa detik.

"Seperti yang sudah aku katakan. Aku hanya bisa menundanya. Jadi, aku hanya akan di sini, aku hanya akan bisa bersamamu, sampai akhir semester ini. Setelah itu, aku pasti akan pindah ke Amerika."

Suara Yoojung semakin lama semakin kecil. Ia seperti tidak tahan lagi untuk melanjutkan ceritanya. Untuk menjelaskan semuanya kepada Yerin. Tapi, ia harus menyelesaikannya sekarang juga. Ia ingin semuanya kembali seperti sebelumnya. Sebelum ia tahu akan kepindahannya.

"Masih ada beberapa minggu. Yerin-ah, kita masih punya waktu selama beberapa minggu. Kumohon jangan memikirkan soal aku yang akan ke Amerika. Kumohon jangan menyiksa dirimu. Jangan membuatku merasa terbebani. Jangan khawatir. Selama di Amerika nanti, aku akan selalu menghubungimu. Aku juga akan sering mengunjungimu saat liburan."

"Tapi, sebelum itu. Ayo kita nikmati hari-hari ini seperti biasa. Ayo kita nikmati semuanya seperti tidak ada masalah. Ayo kita--"

"Syukurlah."

Suara kecil dan lembut itu berhasil mencuri perhatian mereka semua, termasuk Yoojung dan Yoongi. Meskipun masih tidak ada pergerakan dari Yerin, entah kenapa dia masih betah berada di belakang Yoongi, akhirnya ia bisa mengeluarkan suaranya. Akhirnya ia merespon penjelasan panjang lebar Yoojung setelah sekian lama.

Namun, suasana mendadak hening. Yerin kembali diam seperti sebelumnya. Ia makin membenamkan wajahnya di balik punggung Yoongi. Sedetik kemudian, telinga mereka semua mendengar suara isakan kecil yang diyakini berasal dari balik punggung Yoongi. Yerin? Sepertinya dia menangis.

"Yerin-ah? Kau menangis?" tanya Yoojung khawatir.

"Diamlah. Jangan mengajakku bicara," kata Yerin dengan suara yang sangat pelan sampai-sampai sulit untuk didengar, "Oppa, bagaimana ini? Rasanya benar-benar aneh." lanjutnya yang mungkin hanya bisa didengar Yoongi.

Mendengar itu, semakin membuat Yoongi menghela napasnya panjang. Ia benar-benar menyerah setelah dari tadi terjebak di situasi yang menyebalkan. Baginya, Yerin maupun Yoojung, atau bahkan anak-anak bangtan, sama-sama menyusahkannya. Selalu membuatnya membuang-buang waktu dan tenaga.

WE and YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang