Part 15

285 44 0
                                    


"Jelaskan padaku."

Yoojung meletakkan ponselnya kasar di atas meja. Hingga membuat dua orang yang tengah duduk bersimpuh di depannya itu kaget. Ya, Yerin dan Taehyung, dua orang yang dimaksud, hanya bisa diam menundukkan kepala. Tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulut mereka untuk saat ini. Jika sudah begini, Yoojung menjadi benar-benar sangat menakutkan.

"Kenapa tidak ada yang bilang kalau kalian berdua keluar?" tanya Jungkook yang kala itu juga berada di sana.

Diam. Taehyung dan Yerin lagi-lagi hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Masih tidak ada keberanian bagi mereka untuk menjawab.

"Tidak ada yang mau kalian berdua katakan?" kini giliran Yoojung yang bertanya, "Yerin-ah? Taehyung-oppa?" lanjutnya sembari memperhatikan orang yang namanya disebut secara bergantian.

"Itu--"

"Apa salahnya kalau jalan-jalan?" sahut Taehyung memotong ucapan Yerin.

Yoojung yang dari awal sudah merasa kesal, tapi tetap berusaha untuk menahannya, langsung memukul kepala Taehyung yang notabennya adalah seniornya di sekolah. Ia tidak lagi memikirkan soal status atau derajat atau apapun itu. Pukulan keras itu sontak membuat Taehyung meringis kesakitan. Jimin, Jungkook, dan bahkan Yerin pun hanya bisa menatap kasihan ke arah korban kekerasan Yoojung tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Argh! Aku ini lelah. Banyak tugas dewan yang harus kuselesaikan. Persiapan untuk acara besok juga banyak yang belum tuntas," teriak Yoojung penuh rasa kesal, "kalian berdua jangan menambah beban pikiranku!"

"Oi, Yoojung-ah. Pelankan suaramu." kata Jimin sembari menepuk pundak Yoojung untuk setidaknya meredakan sedikit rasa kesalnya.

"Yerin-ah. Kenapa kau tidak bilang kalau mau keluar? Kenapa seenaknya sendiri begitu? Siapa yang menyuruhmu? Kenapa tidak menghubungiku?" tanya Yoojung panjang lebar tanpa ada jeda sedikit pun.

"Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu? Kau pergi terlalu jauh dari asrama. Kau membuatku khawatir. Kau membuatku melanggar janji yang kubuat dengan orang tuamu." lanjutnya.

Yerin yang mendengar itu semakin menundukkan kepalanya dan meremas ujung roknya kuat-kuat. Air matanya tanpa sadar sudah meluncur bebas dari kedua mata indahnya.

"Aku tidak masalah kau mau keluar kemana. Aku tidak masalah kau mau keluar dengan siapa. Tapi, setidaknya beritahu aku. Kabari aku kau sedang ada di mana. Jangan membuatku bingung karena kau tidak ada di kamar. Jangan membuatku panik."

Tanpa diduga setitik air mata pun keluar dari ujung mata Yoojung. Namun, dengan cepat ia mengusap air matanya itu sebelum ada yang menyadarinya.

"Kau lihat sekarang jam berapa?" tanya Yoojung sembari jongkok di depan Yerin dan mengusap kepala sahabatnya itu pelan, "dari tiga jam yang lalu aku bingung mencarimu kemana. Kau mematikan ponselmu lagi yaa?"

Pertanyaan ini langsung mendapat anggukan dari Yerin. Namun, melihat itu malah membuat senyuman yang sempat singgah di bibir Yoojung tiba-tiba menghilang. Digantikan dengan raut wajah yang entah bagaimana artinya.

"Bukannya sudah sering kukatakan untuk tidak mematikan ponselmu!!!"

Lagi, Yerin hanya bisa menundukkan kepalanya ketika Yoojung tiba-tiba meninggikan suaranya. Taehyung yang kala itu duduk di samping Yerin spontan menariknya menjauh. Menjauh beberapa senti dari tempatnya sebelumnya. Ia merangkul pundak gadis itu kuat-kuat setelah melihat tubuhnya bergetar antara menahan tangis dan takut.

"Kau tidak perlu membentaknya begitu." kata Jimin, juga melakukan hal yang serupa dengan Taehyung, menarik Yoojung untuk menjauh dari Yerin.

"Yerin-ah. Tolong masuk ke kamarmu sekarang." kata Yoojung sembari memijat keningnya karena rasa penat yang terus-terusan menghampirinya.

WE and YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang