Part 4

492 74 1
                                    


Sudah hampir tiga puluh menit mereka habiskan dalam diam. Yerin masih setia dengan kesedihannya yang sama sekali tidak dimengerti Jungkook. Sedangkan Jungkook juga masih setia memperhatikan gadis yang tertunduk lesu di sebelahnya.

Dalam hati Jungkook benar-benar ingin menghapus kesedihan yang jujur sampai sekarang tidak dimengertinya. Hanya saja gara-gara permintaan Yerin untuk tidak mengatakan atau melakukan apapun, Jungkook memilih untuk menurutinya.

Sebagai seorang laki-laki, sakit memang rasanya melihat seorang gadis menangis dan kita malah tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, sebagai seorang laki-lai, Jungkook, juga harus memposisikan dirinya di tempat dan situasi yang tepat. Menurutnya, diam adalah pilihan yang mungkin baik untuk saat ini.

Hingga beberapa saat kemudian. Yerin tiba-tiba melepas genggaman eratnya. Masih setia dalam diamnya, Jungkook segera menarik tangannya dari pangkuan Yerin. Sekilas Jungkook juga dapat melihat jelas kalau Yerin mengusap matanya, walau masih dengan menundukkan kepala. Bibirnya masih tidak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata.

"Terimakasih." kata Yerin lirih masih dengan menyembunyikan wajah dibalik rambut panjangnya.

Jungkook tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Lagi-lagi, diam adalah pilihannya saat ini. Sedetik kemudian, Yerin perlahan mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah Jungkook. Meskipun matanya merah dan bengkak, senyuman yang terukir di wajahnya itu tetap terlihat tulus.

Jungkook benar-benar tidak tahu harus bagaimana di situasi seperti ini. Meskipun Yerin sudah tersenyum padanya, tapi otaknya masih tidak membiarkan organ yang lain berjalan dengan semestinya.

"Terimakasih sudah menemaniku, dan maaf kalau mengganggu waktumu." kata Yerin tetap dengan senyuman terukir jelas di wajahnya.

Jungkook yang kala itu duduk menghadap ke arah Yerin, memutar tubuhnya ke arah depan sehingga Yerin sekarang hanya bisa melihatnya dari samping. Merasa sedikit lebih lega, Jungkook menyandarkan tubuhya ke senderan bangku taman dan sedikit meregangkan otot-otot tangannya.

"Bisa aku bicara sekarang?" tanya Jungkook

Yerin sedikit menganggukkan kepalanya.

"Aku benar-benar terkejut saat kau tiba-tiba menelepon." kata Jungkook setelah ia merasa lebih tenang.

"Maaf." kata Yerin yang ikut memposisikan dirinya sejajar dengan Jungkook.

"Ada apa sebenarnya? Apa ini ada hubungannya dengan Yoojung?" Jungkook bertanya langsung ke intinya, tanpa basa-basi.

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Kau tidak pernah meneleponku sebelumnya. Dan aku tahu kalau ada apa-apa pasti Yoojung adalah orang pertama yang kau cari. Tapi sekarang, kau malah mencariku. Berarti ini ada hubungannya dengan Yoojung."

"Wah, ternyata kau keren juga bisa tahu sebelum aku mengatakannya." Yerin menengadahkan wajahnya ke atas mencari bintang di langit yang jelas-jelas tidak ada karena mendung.

"Aku sudah tahu kalau aku itu keren," Jungkook sedikit menyombongkan dirinya, dan hanya dibalas senyuman oleh Yerin. "jadi benar karena Yoojung? Memangnya ada apa?"

Yerin tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Jungkook. Ia sedikit ragu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada temannya itu.

"Apa yang akan kau lakukan kalau aku menangis lagi?" tanya Yerin tiba-tiba sembari menatap lamat-lamat ke dalam mata Jungkook.

Jungkook mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti. Sorot matanya yang tajam mengisyaratkan dengan jelas kalau Jungkook mengatakan, 'apa maksudnya?'. Walau dengan mulut yang tertutup rapat.

"Yoojung akan pindah ke Amerika." kata Yerin memalingkan wajahnya kembali ke arah depan.

"Hah?! Kenapa?" Jungkook sama terkejutnya seperti yang dilakukan Yerin sebelumnya. Kini Jungkook kembali memutar tubuhnya menghadap Yerin.

"Aku tidak tahu," Yerin tampak mengusap matanya yang mulai mengeluarkan air mata, "Yoojung bilang dia akan meminta orang tuanya untuk membiarkannya tetap tinggal di sini. Tapi, aku sudah mengenal keluarga Yoojung dari lama. Aku sudah tahu bagaimana sifat mereka. Apapun yang dilakukan Yoojung, orang tuanya tidak akan pernah mengizinkannya."

Refleks tangan Jungkook mengusap lembut punggung Yerin untuk menenangkannya. Jungkook sadar kalau Yerin berusaha menahan air matanya kali ini. Mungkin inilah alasan kenapa Yerin sebelumnya bertanya bagaimana kalau dia menangis, lagi, pikir Jungkook. Kini mata Yerin sudah terlalu lelah untuk menangis lebih lama lagi. Tapi, sayangnya hati dan otaknya tidak bisa berbohong.

"Aku berusaha untuk memercayai semua ucapan Yoojung. Dia akan kembali besok. Dia tidak akan pergi kemana-mana. Dia tidak akan pernah meninggalkanku. Tapi, aku sudah tahu kalau semua itu tidak mungkin terjadi. Yoojung akan tetap pergi meninggalkanku. Aku akan sendirian lagi."

"Aku ada di sini." sahut Jungkook tiba-tiba.

Spontan Yerin memutar kepalanya dan matanya menatap tajam ke dalam mata milik Jungkook. Hingga beberapa detik tidak ada salah satu dari mereka berdua yang bisa mengeluarkan suaranya. Yerin terlalu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Sedangkan Jungkook, ya seperti itulah.

"Apa maksudmu? Jangan bercanda." kata Yerin kembali memalingkan wajahnya.

"Hei, aku serius. Kau tidak akan sendirian. Aku ada di sini. Kau bisa cerita padaku kalau ada apa-apa. Kau bisa meminta bantuanku." kata Jungkook berusaha meyakinkan.

"Kau tidak akan bisa sebaik Yoojung." Kini ucapan Yerin banyak diselingi dengan tawa kecil.

"Kau ini, aku sudah baik tahu mau menawarkan diriku." Jungkook sedikit kesal karena sepertinya Yerin sedang menggodanya.

"Kau tidak ikhlas ya menawarkannya?"

"Aish. Kau tidak akan bisa menemukan teman yang baik, keren, dan tampan sepertiku. Hanya aku satu-satunya di dunia ini. Jadi, jangan banyak komentar."

"Hei, kenapa kau sombong sekali? Yoojung tidak pernah menyombongkan dirinya saat menyemangatiku."

"Aku punya cara tersendiri. Jangan samakan aku dengan yang lain."

"Araseo," Yerin tersenyum manis ke arah Jungkook yang tampak sedikit kesal, "terimakasih, untuk semuanya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kau tidak di sini."

Jungkook membalas senyuman Yerin dan tangannya secara alami mengelus lembut pucuk kepala teman gadisnya itu. Yerin sempat terkejut dengan perlakuan Jungkook. Namun, bibirnya tidak bisa membohonginya. Senyuman lebar tergambar jelas di wajahnya yang kini kedua sisi pipinya sedikit merona.

"Kau mau tetap di sini atau pindah ke cafe depan?" tanya Jungkook dengan menunjukan senyum gigi kelincinya.

"Kau mau mentraktirku? Kalau begitu ayo kita ke cafe." Yerin tampak bersemangat dan kedua mata yang awalnya tampak sedih berubah menjadi berbinar-binar.

"Hei, kau menjadi semakin kurang ajar sekarang."

Pertemuan mereka kali ini diakhiri dengan tawa ceria tanpa beban. Meskipun di dalam hati Yerin masih belum bisa menerima kenyataan bahwa teman satu-satunya miliknya akan pergi jauh meninggalkannya. Tapi, melupakannya walaupun hanya untuk sesaat adalah pilihan yang bijak saat ini.

Jungkook yang menawarkan dirinya untuk menghabiskan siswa waktu hari ini bersama Yerin, berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat air mata menetes dari mata indah milik Yerin, lagi.

***

.

.

.

.


.

To be Continue

Sorry for typo 😁

[By : Scarlet Fernandez]

WE and YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang