Part 12

13 2 0
                                    

Happy Reading guys ^_^

Keep enjoy ~

"berhenti bersikap sok tidak peduli kepadanya.." ucap Resti dengan mengacak pinggang serta menatap tajam Aldo yang memunggunginya.

"aku kira kamu akan canggung masuk kesini, heh ternyata kamu malah berkeliaran." jawab santai Aldo dan duduk didekat jendela.

" sampai kapan kamu akan menghindarinya, apa kamu tidak lihat tatapannya?"

"heh, aku mengerti maksudmu.."

"rubahlah sikapmu itu, aku tau sekarang kamu cemburu. Biarku tebak? Kamu melihatnya bermesraan dengan Rheiner atau sedang tertawa bahagia dengan cowok lain atau-..."

"cukup, jika kamu datang kesini hanya untuk itu lebih baik kamu pulang."

"oke, aku berhenti. Ingatkan aku nanti untuk tidak memperdulikanmu jika kamu merengek mendapati April sudah benar-benar melepasmu, karena aku sudah mengingatkanmu. Kamu selalu bersikap dingin dan diam saat cemburu sangat kekanak-kanakan. Berhentilah menghidar saat dia mendekatimu, apalagi yang kamu perlukan, kamu mengetahui dia masih menginginkanmu-.." Resti terhenti saat melihat Aldo berdiri dari tempat duduknya.  "aku sudah selesai dengan bicaraku, aku akan pergi. Bye.." ucap Resti cepat dan melangkah pergi, dia tau Aldo akan seperti itu. Dia tidak mengerti dengan jalan pikir juniornya itu, sudah jelas dia masih menyukai April tapi bersikeras membohongi diri sendiri.

Selalu saja ketika mendapati April jalan atau hanya sekedar mengobrol dengan laki-laki lain dia akan cemburu. Untuk apa dia cemburu jika dia tidak mengakui perasaannya sendiri, yang paling menyebalkan adalah tidak tau kondisi dan tempat dia akan menghubungi Resti dan merengek menceritakan hal itu.

terakhir kali saat Resti sedang persentasi dikelasnya Aldo menghubunginya dan berteriak-teriak seperti orang gila hanya karena cemburu melihat perhatian lebih April terhadap Rheiner, ingat saat acara sekolah di pertandingan basket April mendandani Rheiner di depan banyak orang dan memberikan sweternya untuk Rheiner. saat itu Aldo berada diseberang lapangan. sangat-sangat-sangat panas apalagi saat Rheiner mengerahkan pandangan April ke tempatnya, seolah-olah Rheiner sengaja menunjukkannya. Tanpa babibu Aldo pergi dari acara itu dan menghubungi Resti dengan gusar dan berteriak-teriak, Resti hanya bisa menggeleng-geleng kepala dengan perubahan mood laki-laki itu.

Aldo mengacak-acak rambutnya sendiri karena tertipu dengan Resti, dia kesini hanya mengejeknya yang berkelakuan gila beberapa hari yang lalu. Itu semua karena April, dia tidak bisa mengendalikan diri jika itu berhubungan dengan April, dan bodohnya dia selalu melakukan kesalahan yang sama dengan menghubungi Resti, selalu seperti ini. Resti tidak ada bedanya dengan teman-temannya yang selalu menggodanya, bukan membantu tapi malah menganggu.

Aldo sadar bagaimana gilanya dia saat melihat April dengan laki-laki lain, terutama dengan Rheiner. Rheiner selalu berani menyentuh, mengandeng, memeluk April didepannya. Oke, beruntung dia bisa bersikap dingin walau dalam dirinya sangat panas, yaa sedikit membantu menjaga egonya didepan April. Aldo kembali mengacak-acak rambutnya dan merebahkan diri di sofa dengan frustasi.

*

*

April tertunduk dan kembali menatap Mading lebih tepatnya menatap foto acara dari club volly. Matanya terus menelusuri dan kembali berhenti pada sudut paling ujung. Sebuah foto yang penuh kenangan, dia merindukan kebersamaan yang terpancar dari foto tersebut. Salah satu sudut matanya mulai berair membandingkan dulu dengan sekarang, yah sebuah foto tahun lalu saat masih junior, saat mereka satu kelas dan bersama-sama berjuang di pertandingan volly putri. Dia tersenyum tipis mengingat hal itu. Sebelah tangannya bergerak menyentuh foto tersebut dan otaknya flashback ke masa lalu pada hari itu.

Best Friend ForeverWhere stories live. Discover now