Bab 12-B

10 1 0
                                    

Saat April sedang berkecamuk dengan pikirannya tiba-tiba....... 'ahh sial'
 
Bruuuukkkk

di set berikutnya, cobalah menghindar dari Ririn, dia selalu mencari kesempatan untuk memukul bola mengenaimu'. perkataan Rheiner terngiang ditelinga April saat dia merasakan panas dipipi.

"April!!!" serempak teman-teman April menghampirinya yang terduduk di lapangan. April bangkit berdiri dengan memegang pipinya yang memanas.

April menatap kesal Ririn yang berdiri angkuh dengan senyum puasnya. Tidak ada alasan untuk tidak menuduh Ririn, dia pasti sengaja melempar bola mengenai muka April. Dan sialnya April tidak sempat menghindari hal itu.

Penonton terlonjak mendapati kejadian tersebut, namun tidak berlangsung lama keadaan kembali normal. Resiko kecelakan dalam sebuah pertandingan olahraga itu selalu ada, sehingga semua orang tidak terlalu mempermaslahkan kejadian tersebut. Tapi, tidak bagi mereka yang mengetahui kecelakaan tersebut disengaja. Dara, Aya, Rheiner dan teman-teman satu kelas lainnya, serta Aldo dan teman-temannya memiliki ekspresi yang berbeda-beda merespon kejadian tersebut.

"kamu tidak apa-apa,? Oh tidak, pipi mu memar". ucap Rizka khawatir dan di ikuti teman-temannya.

"tak masalah, ayo kita lanjutkan!" ucap April santai dan melangkah ke depan net berhadapan dengan Ririn yang masih memasang senyum puasnya.

"kau pikir bisa mengalahkanku," desis Ririn dengan menatap April tajam. “sekali pengecut akan tetap pengecut, kau dan teman-temanmu yang tidak berguna itu, hanya beruntung berdiri disini." sambung Ririn lagi membuat April berada dipuncak amarahnya.

Berulang kali April menarik napas menenangkan dirinya namun makhluk didepannya ini tak henti membuat dirinya panas. April beranjak dari tempatnya ke posisi lain namun belum beberapa langkah April berjalan Santi leader dari tim senior sekaligus CS Ririn membuat kesabaran April habis.
“ yaakk, ini bola kalian tangkap!!" teriak Santi dan bola tersebut mendarat dengan sempura di kepala April.

Buuughhhh

"Aaahhhhhhh"  terdengar jeritan penonton dan teman-teman April saat bola tepat mengenai kepala April. Namun yang terdengar di telinga April hanya suara tawa dari lawannya.

Rizka dan yang lainnya ingin menghampiri April namun terhenti saat April memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja.

April menggingit bibir bawahnya kesal dan berbalik menghadap para lawannya yang masih cekikikan walau mereka telah mendapat teguran dari wasit. Ini sudah berlebihan, kemarahan April pun sudah tidak terbendung. Dengan kesal April melepas ikat rambutnya dan membuangnya sembarang.
Tatapan marah April tak pernah teralih dari Ririn yang di balas Ririn dengan ejekan pura-pura takut. April merapikan rambutnya yang tergerai padahal tangannya ingin mengacak-acak rambut saking kesalnya.

"apa kamu masih bisa melanjutkan permainan ?" tanya wasit kepada April.

"lanjutkan!" sahut April dengan tenang tanpa mengalihkan tatapannya pada Ririn.

Sekali lagi April merapikan rambutnya yang tergerai sambil menyeringai, kemudian dia menaikkan sebelah celana olahraga hingga lututnya. Tak hanya itu april membenarkan sarung kecil yang ada dipergelangan tangannya dengan memutar-mutar perlahan, padahal tidak ada yang salah dengan posisi sarung lengan itu.

Rizka yang melihat gelagat April tersenyum puas, dan memandang ke arah kedua temannya yang sedang saling berpandangan, Dara dan Aya.

Dara dan Aya sejenak saling bertukar pandang seperti takut akan sesuatu, kemudian mereka mengalihkan pandangan ke Rhainer yang ternyata dia juga memandang kearah Dara dan Aya. Rheiner hanya tersenyum dan mengangkat bahu kemudian mengalihkan pandangan ke lapangan pertandingan. April siap dengan posisinya yang sedikit menunduk dan memfokuskan segalanya ke arah bola.

Best Friend ForeverWhere stories live. Discover now