Chapter 16: Time to fall.
"I'll make everything is clear for our future."
_________
"Zel, pernikahan di dunia nyata itu gak kayak pernikahan di dunia dongeng."
Perempuan berambut pirang itu mondar-mandir di depan ranjang Hazel dengan sesekali mengibaskan rambut pirangnya yang di kuncir kuda seperti Ariana Grande. Ia adalah Selena Morgan, sahabat Hazel sejak SD dan mereka juga satu SMP, SMA dan kampus. Sebagai seorang sahabat, ia sudah tau betul seperti apa seorang Hazel Ali, jadi ia takut karena rasa sedih atas meninggalnya sang ayah membuat Hazel mau menikah di usia muda.
"Gue tau Sel dan ini saatnya gue berubah jadi perempuan dewasa karena gue yakin, Hanzel itu pria yang tepat buat bimbing dan jagain gue." Hazel tak pernah merasa seyakin itu pada sesuatu namun, masalah Hanzel ia sangat yakin dan tak ada sebuah keraguan sama sekali.
Tapi, Hanzel belum bisa mempercayainya seutuhnya, seperti ia mempercayai Hanzel. Bagaimana caranya ia menyembuhkan Hanzel dari phobia itu.
"Gue tau, mendiang om Hardi merestui Hanzel buat nikahin lo tapi ini bukan masalah kayak kita SMP dan SMA dulu," lanjut Selena yang beralih duduk di atas meja rias. "Atas kebijakan dan uang papa gue dan ayah lo, kita bisa satu kelas padahal menurut hasil tes, kita beda kelas. Masalah pernikahan lo sama Hanzel itu bukan kayak masalah kita dulu, Zel."
Hazel ingat dengan hal itu, demi agar dirinya dan Selena bisa terus bersama. Mereka berdua minta bantuan kepada kedua ayah mereka agar bisa satu kelas dan dengan mudanya mereka bisa satu kelas. Walau menurut hasil tes, ia dan Selena berbeda kelas.
"Gue tau lo khawatir sama gue, tapi percaya sama gue kalo hati gue gak salah pilih calon suami." Hazel meyakinkan Selena agar perempuan berambut pirang itu tidak khawatir lagi padanya.
"Gue tau Hanzel pria baik tapi pekerjaan dia itu yang penuh risiko dan gue takut lo dapat teror dari musuh Hanzel di luar sana." Sebenarnya, Selena senang Hazel akan menikah dengan Hanzel karena dia pria yang baik tapi pekerjaan Hanzel yang seorang polisi itulah yang membuat Selena khawatir pada Hazel.
"Gue selalu di pertemukan sama Hanzel ketika dia sedang bertugas dan dia bisa jagain gue dengan baik. Itu sebuah tanda dari Allah kalo gue sama Hanzel memang jodoh. Seperti kata Danif malam itu." Hazel mengatakan itu semua karena teringat dengan kalimat Danif yang bilang kalo dia dan Hanzel berjodoh.
"Danif bilang gitu," yakin Selena tak percaya karena menurut Selena, sahabatnya yang bernama Danif itu bukanlah manusia bijak yang hobi menalar setiap kejadian kehidupan manusia selain kasus kecelakaan lalu lintas.
"Iya, dia nasehatin gue gitu." Hazel heran melihat wajah Selena yang tidak percaya jika Danif berkata demikian.
"Suatu keajaiban," gumam Selena dengan pandangan menatap lurus Hazel tak percaya.
*.*.*.*
Undangan sudah di cetak dan esok hari akan disebarkan. Pernikahan mereka hanya mengundang orang-orang terdekat dan relasi bisnis mendiang Hardi Ali. Sebenarnya, Haxel memberi saran agar semua karyawan dan infotainment turut di undang tapi kedua calon pengantin menolak karena mereka berdua sama-sama tertutup dan tak ingin di ekspos.
Karena saran yang Haxel lontarkan itulah Hazel menyuruh agar kakak laki-lakinya itu menikah. Tapi seperti biasa Haxel hanya diam dan berlalu pergi.
Hazel sedikit kecewa dengan Hanzel karena satu minggu lagi mereka akan menikah tapi Hanzel belum mengambil cuti dan malah sekarang pergi dinas ke Papua. Untuk menyelesaikan tugasnya sebelum mengambil cuti. Itu adalah sebuah risiko yang harus Hazel terima walau ia merasa sangat cemas. Namun dalam setiap ia melangkah, ia selalu mendo'akan keselamatan Hanzel dan berharap agar semua kasus yang Hanzel tangani segera selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PISTANTHROPHOBIA [TAMAT]
ActionWarrning 18+ {NO MATURE CONTENT} Hanzel Palmerah, seorang intelijen kepolisian yang menderita Pistantophobia karena masa lalu yang di alami oleh keluarganya. Ia bertemu dengan Hazel, seorang gadis misterius yang datang secara tiba-tiba. Gadis yang s...