Chapter 15: Deep heart.

46 7 0
                                    

Chapter 15: Deep heart.

"My deep heart is full of you right now."

______

"She's like fairytale."

Dua kali Hanzel menggumam tiga kata tersebut dalam perjalanan menuju Jakarta dengan helikopter. Ia mendapat kabar dari Haxel jika pertunangannya dengan Hazel di adakan malam ini dan ia hampir lupa jika hari ini pertunangannya dengan Hazel. Untung saja calon kakak iparnya itu menginginkannya akan hal penting dan istimewa itu.

Gradasi langit senja mengelilingi helikopter yang ia tumpangi, membuat Hanzel teringat tentang masa dimana ia bersama Hazel di pantai Viovio. Perempuan itu sangat menyukai senja dan akan memotret keindahan senja yang selalu di pandang biasa oleh orang pada umumnya tapi tidak bagi Hazel. Ingatan itu membuat Hanzel tersenyum dan memotret keindahan senja menggunakan ponsel pintarnya.

"Kamu seperti putri yang ada di dalam dongeng, Hazel Ali."

Hanzel membatin ketika awan berwarna oranye karena sinar matahari terbenam seolah bergambar wajah Hazel yang tengah tersenyum ketika mengenakan gaun pengantin yang ia pilihkan untuk Hazel satu bulan yang lalu. Ah, rasanya baru kemarin ia bertemu dengan Hazel di trotoar jalan Palmerah dan sekarang ia akan melamar perempuan itu. Waktu dunia berjalan begitu cepat, walau usia bumi sudah sangat tua.

"Dio, hari ini aku tunangan dan aku harap kamu hadir dalam acara pertunangan ku." Hanzel memberitahu Dio ketika mereka baru turun dari helikopter.

Dio memeriksa kedua telinganya dan masih utuh, kemudian ia menghadang jalan Hanzel yang sangat cepat bak berlari. "Apa gue gak salah denger? Maksud gue, lo punya pacar aja enggak dan ta'aruf aja enggak. Masa sekarang mau lamaran." Dio harap Hanzel tidak sedang mengajaknya untuk bercanda.

"Aku emang gak pernah pacaran dan ta'aruf dengannya dan aku langsung melamarnya malam ini. Kemudian kita akan menikah beberapa bulan lagi," jelas Hanzel dengan meminggirkan Dio ke samping agar ia bisa berjalan kembali.

"Gue benar-benar gak paham Hanz," keluh Dio dengan mengejar Hanzel lalu mereka berjalan saling bersisian.

Hanzel memutar bola mata karena ia harus bercerita mulai dari awal kepada Dio agar sahabatnya itu tidak banyak bertanya lagi. Tapi kisahnya sangat panjang, jadi Hanzel meringkas kisahnya agar tak terlalu panjang karena ia sangat malas berbicara panjang lebar. Apalagi bercerita mulai dari prolog sampai klimaks.

"Jadi, Hazel Ali yang cantik bak putri negri dongeng itu, calon istri lo," yakin Dio ketika ia telah mendengar semua cerita yang Hanzel katakan. Ia sangat tidak percaya jika sahabatnya yang super dingin dan tak pernah dekat dengan perempuan mana pun itu berhasil mendapatkan hati seorang Hazel Ali yang terkenal dermawan dan anggun.

"Kita tidak pernah tau, kemana takdir akan membawah kita." Hanzel juga awalnya tak menyangka kenapa takdir Tuhan menuntunnya menuju Hazel padahal itu semua tak pernah terbayang sebelumnya.

"Takdir gue jadi seorang polisi, padahal dulu gue pengen jadi arsitek dan karena biaya, gue gak bisa jadi arsitek dan Tuhan mentakdirkan gue buat jadi seorang polisi." Dio baru menyadari bahwa dalam setiap kesulitan hidup, Tuhan sedang merencanakan kenaikan derajat kita jika kita berhasil melalui ujian kesabaran dan terus bersyukur.

Hanzel sampai di rumah Hazel bersama Dio dan kedua orang tuanya serta adiknya. Anak kandung dari orang tua yang mengadopsi Hanzel. Tantenya sudah berada di rumah Hazel, hanya saja wanita itu tidak menampakan diri di hadapan semua orang, lebih memilih di dalam dapur.

PISTANTHROPHOBIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang