Chapter 18: Our future.

63 6 0
                                    

Chapter 18: Our future.

"This our first love and this our first romantic scene."

_______

Hazel menunggu kedatangan Hanzel dengan iringan deburan ombak sore di tepi pantai salah satu pulau kecil yang berada di kepulauan seribu. Sebentar lagi matahari akan terbenam dan Hanzel belum juga datang padahal dalam rencana yang Hanzel buat sendiri. Mereka akan menikah ketika matahari hampir tenggelam kemudian akan berdansa dengan latar belakang matahari terbenam.

Seharusnya Hazel tak percaya pada semua perkataan Hanzel serta janji dari pria itu karena pria itu telah ingkar janji padanya. Seharusnya ia sudah pulang tiga hari sebelum hari pernikahan tapi hingga hari yang telah di tentukan, pria itu belum juga datang atau pun pulang. Kedua sahabat dari pria itu sudah pulang tiga hari yang lalu dan mereka berkata jika Hanzel harus menyelesaikan tugas yang belum selesai.

Tinggal setengah jam lagi matahari akan terbenam dan pria itu tak kunjung datang. Saking kesalnya seorang Hazel, ia tak menyebut Hanzel dengan nama melainkan pria itu, sama seperti dulu.

Haxel menghampiri adik perempuannya yang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin warna putih tulang karya disain ternama Indonesia. "Percaya, dia pasti akan menepati janjinya."

Hazel tak bergeming, perempuan yang masih berusia dua puluh tahun itu merasa sangat malu pada tamu yang telah hadir karena calon pengantin pria belum datang. "Untuk apa Hazel percaya sama pria yang gak bisa percaya sama Hazel?" Setelah sekian menit, Hazel baru bersuara untuk menanggapi ucapan kakak laki-lakinya.

"Lihat kakak," Haxel membalikan badan Hazel untuk menghadap ke arahnya. "Kalo dia gak percaya sama kamu, gak mungkin dia mau menjadikan kamu istrinya." Haxel harus menenangkan hati Hazel yang melankolis itu.

Hazel ingin sekali meneteskan air mata karena ia ragu akan kedatangan Hanzel. "Jangan menangis karena sebentar lagi dia pasti datang. Karena tidak ada yang bisa mengalahkan tarikan magnet perasaan kalian." Haxel memeluk tubuh adiknya agar merasa lebih tenang dan sabar.

Samar-samar terlihat sebuah speed boat yang tengah menuju ke arah pulau tempat pernikahan Hanzel dan Hazel akan di selenggarakan. Haxel melihat pria yang tengah mengendarai speed boat itu dengan menyipitkan kedua matanya karena terlihat buram oleh cahaya senja.

"Lihat, pangeran speed boat menuju kemari," bisik Haxel di telinga Hazel.

Hazel menoleh dan melihat sosok pria yang ia nantikan kedatangannya tengah mengendarai speed boat. Senyum mengembang di kedua sudut bibir Hazel karena pria yang telah meluluhkan hatinya itu benar-benar datang walau terlambat.

Hanzel melihat Hazel dan Haxel tengah berdiri di tepi pantai dan ia sangat yakin jika Hazel takut bila ia tidak menepati janjinya untuk menikahinya. Ia merasa sangat bersalah karena tidak menepati janji untuk pulang dalam tiga hari sebelum hari pernikahan mereka. Itu semua karena ia harus menghadiri persidangan serta menyelesaikan semua dendamnya sebelum membuka kehidupan baru bersama Hazel tanpa ada bayangan dendam terhadap kisah masa lalunya.

Speed boat telah sampai di dermaga kayu dan Hanzel langsung turun dari speed boat setelah memastikan mesin speed boat benar-benar mati. Ia berjalan di atas dermaga kayu dengan pakaian pengantin yang setengah basah karena cipratan air laut yang asin.

"Hazel, maafin aku atas semua kesalahanku karena baru kembali," ucap Hanzel ketika berjalan menghampiri Hazel yang berdiri mematung.

"Aku tidak mengenal kamu, siapa kamu?" Hazel mudur satu langkah ketika Hanzel mendekatinya.

Hanzel mengerti maksud dari Hazel. "Aku potong rambut biar terlihat rapi dan biar gak kamu ledek. Pria berambut boy band."

Haxel tertawa tanpa suara ketika mendengar Hanzel mengatakan kata barusan. Ia tak menyangka jika Hanzel adalah pria bucin karena Hazel sebenarnya tidak menyukai gaya rambut Hanzel yang dulu.

PISTANTHROPHOBIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang