Epilog.
"Another face from him."
______
Hawa sejuk pedesaan yang jauh dari pusat kota membawa suasana baru bagi seorang Ramsyah. Sekeliling terlihat hijau dan asri serta nuansa seram yang menyelimuti seluruh pulau kecil tempat dimana desa itu berada. Pulau terpencil yang masih masuk dalam wilayah Thailand itu tak bisa di masuki oleh sembarang orang termasuk Ramsyah. Ia tak mudah untuk dapat izin masuk serta tinggal di sana jika bukan karena bantuan dari salah satu mafia narkoba yang bekerja sama dengan ayah dan pamannya.
Cinta yang terlalu besar itulah yang membuat Ramsyah lebih memilih untuk kabur dari Indonesia dan tinggal di pulau terpencil penghasil emas hitam. Ia tak sanggup bila harus menyaksikan keluarganya yang jatuh bangkrut dan beberapa keluarganya masuk penjara serta hidup keluarga yang lainya akan sengsara. Lebih baik ia pergi dan mencari uang yang lebih banyak agar masih bisa ia kirim kepada keluarga yang hidup bebas di luar penjara. Memperoleh pekerjaan di Indonesia tidak semudah dahulu karena semua masyarakat Indonesia sudah tau siapa dia dan keluarganya.
Jika semua memandang ia sama seperti ayahnya yang kejam serta tak punya hati nurani itu, maka orang telah salah menilainya. Ia adalah anak penurut serta mempunyai rasa sayang yang besar terhadap keluarganya. Bahkan ia mempunyai cinta yang tulus kepada seorang perempuan yang bernama Hazel Ali, perempuan yang tak pernah mencintainya.
Ramsyah tau konsekuensi dari apa yang ia lakukan saat ini. Jika ia berkhianat, maka tubuhnya akan penuh dengan lubang akibat peluru. Jika ia setia, maka taruhannya tetap nyawa karena ia melawan hukum pemerintah tapi ia akan mendapatkan materi serta fasilitas lebih dari boss mafia. Ia melakukan itu semua agar keluarganya yang di Indonesia tidak menjadi gelandangan serta menjadi bahan hujatan masyarakat.
Tanggung jawabannya sangat berat dan ia harus menjadi pria yang tangguh seperti ayahnya. Sejahat apa pun ayahnya kepada semua orang yang menghalangi jalanya untuk memperoleh kekayaan serta kekuasaan, ia tak pernah malu mengakui jika itu adalah ayah kandungnya. Karena ayahnya itulah ia bisa hidup dan merasakan banyak kebahagian terutama kesempatan untuk mengenal seorang Hazel Ali.
Ramsyah sangat rindu dengan perempuan cantik dan sedikit ketus itu. Ingin sekali memandang wajah cantik Hazel walau hanya melalui sebuah foto. Sayang ponselnya yang penuh akan foto Hazel itu telah hilang ketika ia berenang di sungai Menkong saat tiba-tiba ada operasi polisi Malaysia dan terpaksa ia menceburkan diri ke sungai.
"Boss ngasih ini buat lo biar bisa di hubungi kapan pun buat masalah pekerjaan." Seorang pria berkulit kuning langsat yang entah kapan datangnya, langsung memberikan ponsel baru kepada Ramsyah.
"Ok, thanks," ucap Ramsyah ketika selesai menerima ponsel baru pemberian boss.
"Lo mikir apa? Kelihatan kangen sama seseorang," tanya pria berkulit kuning langsat itu.
"Gue kangen lihat cewek yang gue cintai, namanya Hazel Ali. Lo pasti tau siapa dia, secara dia terkenal banget di Indonesia." Ramsyah berani mengatakan jika pria itu pasti tau Hazel karena pria itu orang Indonesia. Sama seperti dirinya hanya saja mereka berbeda kelas sosial serta kelas keturunan.
"Kemarin dia nikah sama Hanzel yang anggota polisi itu."
Ramsyah tak terkejut dan tersenyum getir karena ia sudah menebak itu semua ketika berbincang-bincang dengan mendiang Hardi Ali di balkon hotel malam itu.
Pria itu menunjukan foto pernikahan Hazel dan Hanzel yang tengah menjadi tranding di kalangan para kaum kelas atas dan menengah. Ramsyah melihat betapa cantiknya Hazel yang tengah mengenakan gaun pengantin warna putih tulang dengan aura wajah bahagia.
"Lo udah tau nomor ponsel gue yang baru boss kasih ini, kan?" Pria berkulit kuning langsat itu mengangguk. "Kirim semua foto pernikahan Hazel ke nomor gue nanti biar gue crop sendiri kalo ada foto Hazel sama suaminya itu," pinta Ramsyah dan langsung di laksanakan oleh pria berkulit kuning langsat itu.
Ramsyah baru ingat jika pria yang berdiri di sampingnya itu adalah sahabat dari Ramiro Angkasa dan Ramiro adalah sepupu Hazel. Jadi ia bisa meminta bantuan kepada pria di sampingnya itu.
"Lo besok pulang ke Jakarta," tanya Ramsyah dengan nada basa-basi.
"Ya, gue kangen sama adik gue. Udah tiga bulan gak pulang nemuin dia," jawab pria itu dengan suara dalam, mungkin karena sangat merindukan adiknya.
"Gue nitip ini buat Hazel dan jangan bilang ke dia kalo ini dari gue. Entar dia gak mau nerima. Bilang aja dari fans berat dia dan kalo dia tanya lebih detail, lo karang aja sendiri." Ramsyah memberikan kalung perak yang berbandul mawar merah itu pada pria yang berkulit kuning langsat itu.
"Ok dan lo baik-baik di sini." Pria itu menerima kalung perak itu kemudian menepuk pundak Ramsyah pelan setelah itu ia pergi meninggalkan Ramsyah sendiri dalam murung.
THE END.
Finally end and sorry if this epilog not 'bout Hazel and Hanzel.
See you on another story.
I give you a clue for spin off
Ramiro story dan mungkin ada Hazel dan Hanzel juga, hanya saja kisah fokus di Ramiro.
Harirda story and ya stay tune
Insyaallah segera saya tulis jika proyek yang lain selesai.
Ternyata saya gak bisa nulis cerita action lagi. Padahal kisah Ramiro dan Harirda sudah ok. Outline sudah ada. Semoga saya bisa menulis cerita action lagi tapi seperti sudah. (2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
PISTANTHROPHOBIA [TAMAT]
ActionWarrning 18+ {NO MATURE CONTENT} Hanzel Palmerah, seorang intelijen kepolisian yang menderita Pistantophobia karena masa lalu yang di alami oleh keluarganya. Ia bertemu dengan Hazel, seorang gadis misterius yang datang secara tiba-tiba. Gadis yang s...