Chapter 11: I stand by you.
"I'll save you in my arms."
_____
"Terjadi kecelakaan tunggal di jalan Lingkar Luar pada pukul satu dini hari. Kecelakaan yang menimpah pengusaha Hardi Ali dan putrinya Narima Siska----"
Mendengar berita yang diucapkan oleh penyiar berita malam itu membuat Hanzel yang tiduran di atas kasur langsung beranjak dan memasuki kamar mandi untuk menganti pakaian. Sambil berganti pakaian, ia terus mendengarkan penyiar itu yang terus berbicara mengenai kecelakaan dan ia langsung teringat dengan Hazel.
Hanzel sampai di lokasi kecelakaan dengan mengenakan masker hitam seperti biasanya, ia hanya melihat rekanya yang sedang bertugas menyelidiki penyebab kecelakaan sedangkan jasad Hardi Ali dan putrinya telah dibawah oleh ambulan menuju rumah sakit.
"Mobil melaju dengan kecepatan normal dan tiba-tiba oleng sehingga menabrak pembatas jalan dan saat itu mobil langsung berhenti secara mendadak karena di rem." Terang anggota penyidik dengan mencatat apa yang telah ia selidiki tapi itu terasa sangat janggal bagi Hanzel.
Hanzel mendekati mobil dan melihat kondisi dalam mobil yang tetap utuh. Pandangannya jatuh pada pengharum ruangan yang menggantung pada kaca mobil. "Noval, kemari dan lihat ini," panggil Hanzel keras kepada seorang polisi yang akan pergi ke rumah sakit dengan mengendarai motor.
Noval menghampiri Hanzel dan ia melihat pengharum ruangan yang ditunjuk oleh Hanzel serta mencium aroma yang sedikit aneh. "Sepertinya ada dua aroma yang berasal dari pengharum ruangan itu," ujar Noval dengan mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil.
"Maaf, saya baru datang." Seorang pria berambut basah yang hanya mengenakan celana pendek serta kaos putih yang tertutup jaket hitam kulit. "Saya akan melihat kondisi dalam mobil." Pria itu mengenakan masker terlebih dahulu, setelah itu ia mengenakan sarung tangan dan masuk ke dalam mobil.
Pria itu keluar dari dalam mobil dengan membawa pengharum ruangan dan semua yang ada di sana melihatnya dengan penuh tanya. "Hanzel dan Noval, kalian masih ingat dengan benda ini," tanya pria berambut basah itu pada Hanzel dan Noval.
"Pengharum ruangan ini mengeluarkan dua aroma yang berbeda. Bunga matahari dan aroma bahan kimia," jawab Noval dengan melihat pengharum ruangan itu sekali lagi.
Pria itu memutar bola mata. "Ini adalah racun yang pernah digunakan untuk membunuh Dimas di Labuan Bajo tiga tahun lalu. Sama persis." Pria berambut basah itu memasukan pengharum ruangan yang ternyata racun itu ke dalam plastik bening.
"Racun ini menyerang saluran pernapasan secara perlahan, kemudian merusak paru-paru dan langsung mematikan syaraf pembuluh darah. Akibatnya pingsan mendadak dan satu menit kemudian meninggal." Terang pria berambut basah itu dengan menatap bergantian rekanya. "Hardi Ali dan putrinya pingsan, kemudian mobil oleng dan akhirnya menabrak pembatas jalan. Untung mobil melaju dengan kecepatan normal sehingga langsung berhenti, jika kecepatan tinggi bisa terus melaju walau telah menabrak pembatas jalan."
"Tunggu Bara, jadi ini adalah kasus pembunuhan?"
"Iya dan kita harus menyelidiki kasus ini karena mempunyai kemiripan dengan pembunuhan Dimas Adinegara tiga tahun silam."
Mereka teman satu tim basket ketika SMA dulu dan mereka dipersatukan kembali ketika sama-sama menjadi seorang intelijen kepolisian. Bara menceritakan tentang pembunuhan Dimas Adinegara itu pada Hanzel dan Noval ketika mereka tak sengaja bertemu dalam acara amal yang diadakan oleh SMA mereka satu tahun yang lalu.
Pembunuhan Dimas Adinegara tak banyak di sorot oleh media dan publik karena Dimas bukanlah orang yang tersohor. Ia hanya seorang karyawan biasa di sebuah bank swasta dan ia meninggalkan karena racun pengharum ruangan. Dimas di bunuh karena dijadikan sebagai kelinci percobaan oleh si pembuat racun yang sampai sekarang belum diketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
PISTANTHROPHOBIA [TAMAT]
ActionWarrning 18+ {NO MATURE CONTENT} Hanzel Palmerah, seorang intelijen kepolisian yang menderita Pistantophobia karena masa lalu yang di alami oleh keluarganya. Ia bertemu dengan Hazel, seorang gadis misterius yang datang secara tiba-tiba. Gadis yang s...