Chapter 9: Find you.
"Why you always came when everything is danger?"
________
Hanzel duduk termangu di sudut kedai kopi yang tak terlalu ramai. Pria itu belum menyeruput kopi arabika yang telah ia pesan lima menit yang lalu. Memperhatikan sekumpulan remaja yang akan memasuki usia dewasa yang tengah mengobrol sambil mengerjakan tugas kuliah. Kemudian pandangannya beralih melihat ornamen kedai yang tak berubah sejak dua puluh tahun yang lalu. Tetap sama hanya saja cat yang diperbarui. Seandainya kedai itu bisa berbicara, maka akan menyapa Hanzel dengan perasaan senang. Karena sudah dua puluh tahun ia tak mengunjungi kedai itu.
Pintu kedai terbuka dan seorang perempuan dua puluhan memasuki kedai dengan terburu-buru sambil menenteng kunci mobil berbandul ninja Hatori. Hanzel memperhatikan perempuan itu dan hatinya memanggil tiga kali nama perempuan itu. Hingga perempuan itu duduk bersama sekumpulan remaja menuju dewasa itu dengan menyeruput teh dari cangkir milik temanya dan mendapat sorakan dari temanya.
"Kebiasaan deh lo Zel," seru temanya yang kemungkinan pemilik secangkir teh itu.
"Maaf, gue buru-buru kabur ke sini tadi dan harus lari buat nyari ojek konvensional," jawab Hazel dengan melepas tas ransel dan meletakkannya di bawah kursi karena ukurannya yang agak besar.
"Lah terus kunci mobil kenapa lo bawah kalo ke sini naik ojek," tanya perempuan berambut pirang alami itu.
"Kayak lo gak tau hidup Hazel Ali aja," sahut perempuan berkacamata tanpa frame itu dan di ikuti suara tawa yang lainya.
"Niatnya kabur bawah mobil udah pegang kunci, eh entar takut ketahuan kalo bawah mobil, jadi naik ojek deh," tambah perempuan pirang itu dengan merebut kunci mobil Hazel lalu semuanya tertawa.
"Eh, gue pesenin kopi coklat hangat dong. Males banget kalo ketemu baristanya, entar dia pamer skill ke gue lagi," pinta Hazel pada teman-temanya dengan melongngokkan kepala untuk melihat barista pria yang sedang sibuk meracik kopi.
''Iya, gue pesenin buat nona Ali yang ribet sendiri hidupnya." Teman Hazel yang berambut dikepang dua itu berdiri untuk menuju meja barista.
Hanzel mendengar semua percakapan Hazel dengan teman-temannya itu karena meja mereka berdekatan, hanya saja Hazel tak menyadari kehadiran Hanzel di sana. Perempuan itu sibuk bercanda dengan teman-temanya. Melihat Hazel tertawa bebas bersama teman-temanya membuat hati Hanzel merasa lebih baik karena tandanya perempuan itu baik-baik saja.
Wajah cantik yang tak tertutup masker itu terlihat sangat bahagia karena bisa berkumpul bersama teman-temannya. Mempunyai teman terlihat sangat menyenangkan dan ia tak pernah merasakan hal seperti itu. Ia tak pernah mempunyai teman ketika di sekolah dulu karena ketika istirahat ia selalu menghabiskan waktu di lapangan basket seorang diri. Ia lebih suka membaca buku tentang intelijen di sana daripada di perpustakaan.
Hanya Dio dan Argo temanya dan itu pun teman satu profesi.
Ada pesan masuk dari rekanya jika seorang pengedar narkoba tengah melakukan transaksi di daerah kedai yang tengah ia kunjungi. Hanzel langsung berdiri karena ia harus membantu rekanya untuk menangkap pengedar yang lebih dari satu itu. Sebelum ia pergi dari kedai itu, ia menatap wajah Hazel dari samping. Wajah yang tengah tertawa karena lelucon dari temanya dan wajah itulah yang selama ini berada di otaknya.
"Hanzel," ucap Hazel ragu saat Hanzel melintas di meja tempat Hazel dan teman-temannya tapi pria itu tak menoleh. Karena ia ingin Hazel lupa akan dirinya serta semua kejadian yang ada di Batam.
"Sel, gue nitip ransel, ya." Hazel mengambil iPod yang ada di ranselnya. "Kunci mobil juga, entar gue ambil di rumah lo karena gue ada urusan penting sama cowok tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
PISTANTHROPHOBIA [TAMAT]
ActionWarrning 18+ {NO MATURE CONTENT} Hanzel Palmerah, seorang intelijen kepolisian yang menderita Pistantophobia karena masa lalu yang di alami oleh keluarganya. Ia bertemu dengan Hazel, seorang gadis misterius yang datang secara tiba-tiba. Gadis yang s...