Part 3

13.8K 1K 46
                                    

"Aku sangat merindukanmu,"

Seketika setelah Naruto memasuki apartemennya, seseorang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. Naruto cukup terkejut pada awalnya, namun, otaknya akan langsung mengetahui siapa dibalik punggungnya itu.

Naruto berbalik, "Aku tahu.. Aku juga merindukanmu, Hinata-chan," pelukan Hinata makin kuat, dengan sebuah dorongan agar Naruto bisa menjadi lebih dekat lagi.

"Aku terus mencoba menghubungimu beberapa hari ini, tapi tidak menjawab pesanku satupun," cicit Hinata.

Naruto mendengus, memorinya berputar kembali pada pagi hari ketika ia melihat ponselnya dengan banyak notifikasi dari tunangannya itu, terbesit sedikit rasa bersalah dihatinya, namun, semuanya kemarin tidak berjalan baik-baik saja, pikiran dan perasaannya agak kacau, sehingga ia harus menenangkan dirinya sendiri.

"Maafkan aku, perusahaanku mengalami penurunan penjualan, banyak yang harus kuurus, sayang,"

Ia, Hinata, melepas pelukannya, dan menatap manik biru Naturo dengan tatapan nanar. "Kau lelah?" tanya Hinata, ia lalu mengelus pipi Naruto dengan lembut, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan sekilas mengecup pipinya. "Kau ingin makan malam apa, Naruto-kun?" tanyanya lagi.

Suara merdu dan lembut Hinata memang bisa membuatnya bergetar, ia tidak pernah menyentuh Hinata, walaupun notabenenya mereka kadang tinggal satu apartemen. Hinata adalah gadis yang baik, juga berasal dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi kehormatan, sehingga Naruto tidak akan mau menyentuhnya hingga Hinata benar-benar menjadi istrinya.

'Tidak usah, Hinata, kau sepertinya lelah, aku sudab makan tadi," Naruto merapikan anak rambut Hinata, lalu mengecup kening Hinata dengan lama dan lembut.

"Kau sudah makan malam?" bukan Naruto sekali rasanya makan malam yang tidak dilakukan dirumah, Naruto sangat pemilih dalam urusan makanan, sehingga ia lebih suka makan masakan Hinata. Tapi sekarang, Naruto sudah makan diluar, mungkin ia mencoba merasakan hal baru?

"Iya, aku sudah makan malam dengan client ku, ia orang yang sangat baik, sehingga aku cukup segan untum menolakknya,"

"......"

"Tidurlah, Hinata,"

"Baiklah, Naruto-kun..."

*********

"Sakura!" Sai datang dengan terburu-buru. Ia membawa beberapa berkas yang cukup banyak di pelukkannya. Sakura yang saat itu sedang berhias di ruangannya terkejut hingga lipstik yang ia kenakan mencoret bagian pipinya.

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan!?" Sakura bangkit dari kursinya.

Sai melongo, hampir saja ia terbahak karena melihat pipi Sakura yang tergores lipstik cukup panjang. "Maafkan aku, sayangku, tapi ada berita penting yang harus aku sampaikan,"

"Berita macam apa yang membuatmu membanting pintu sepertu itu,?" Sakura tahu, Sai adalah orang yang tenang, dan bukan orang akan mendobrak pinti seperti itu hanya karena sebuah berita.

Sai mengamit salah satu berkas dan memperlihatkannya pada Sakura.

"Kau sepertinya harus meminta Uchiha Sasuke untuk benar-benar menjadi pengacaramu,"

Sakura menyipit, ia lalu menyimpan lipstiknya, dan mengambil berkas yang disodorkan oleh Sai dengan kasar. Matanya dengan cepat mengikuti arah bacaan, kata per kata ia baca dengan seksama, memperhatikan setiap berita tentang dirinya. Semakin Sakura membacanya hingga baris akhir, semakin jarinya menggenggam kuat berkas itu dan matanya membulat.

My Lovely LawyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang