3 : Terlambat

3.5K 359 20
                                    

Suara decitan ban yang bergesekan dengan aspal terdengar saat mobil itu berhenti. Sang pengendara terlihat geram melihat Sakura yang dengan seenak jidatnya berdiri ditengah jalan.

Pengendara itu pun keluar dari mobil dengan ekspresi kesal yang kentara di wajahnya.

"Kau mau mati ya!" Hardik pengendara itu setelah berhadapan dengan Sakura.

"Maaf, tuan. Tapi kumohon antar anak itu kerumah sakit. Kepalanya terluka. Kumohon tolong anak itu," pinta Sakura sarat akan permohonan.

Pria itu terdiam sebelum mengalihkan pandangannya ke arah yang dimaksud Sakura. Wanita di depannya ini benar, ada seorang anak kecil yang terkapar tak berdaya di dekat trotoar.

"Baiklah."

Sakura berbinar kala mendengar kalimat pria yang berdiri di hadapannya.

"Benarkah?" tanya Sakura senang.

Pria itu mengangguk. "Buka pintu mobilku. Aku akan mengambil anak itu," ucapnya sebelum berjalan kearah anak kecil itu berada.

Sakura segera menuruti perintah pria tersebut.

"Kau ikut denganku," titah pria itu setelah meletakkan anak kecil tadi di kursi belakang.

"Baiklah." Sakura memasuki mobil dan duduk di kursi belakang bersama anak kecil tadi. Dengan pelan, Sakura mengangkat kepala anak kecil itu keatas pangkuannya. Gadis itu tidak peduli dengan seberapa banyak darah yang kini mengotori pakaiannya.

"Apa kau ibu dari anak itu?" Tanya pria itu yang kini sibuk menyetir.

Sakura mengeleng kuat.

"Bukan, aku bukan ibunya. Aku hanya orang yang merasa kasihan dengan anak ini."

"Kenapa kau peduli dengan anak itu? Padahal kau tidak mengenalnya." Tanya pria itu lagi, heran.

"Sebagai manusia, kita harus saling menolong satu sama lain tanpa harus membedakan ras, suku, ataupun agama. Entah kita mengenalnya ataupun tidak, itu tidak menjadi tolak ukur untuk menolong seseorang. Selagi kita bisa dan mampu, kenapa tidak?" Jawab Sakura yang entah kenapa membuat kedua sudut bibir pria itu tertarik keatas.

"Ternyata masih ada orang sepertimu di Jepang ini." Pria itu berkata dengan senyum, "Siapa namamu?"

"Sakura."

"Baiklah Sakura, kau bisa memanggilku Naruto."

*****

At Tokyo Hospital

"Aku benar-benar berterima kasih. Berkat bantuanmu, anak itu bisa ditangani oleh pihak rumah sakit. Sekali lagi terima kasih banyak." Sakura membungkuk 90 derajat.

"Sudahlah, jangan berlebihan seperti itu. Aku hanya menjalankan kewajibanku terhadap sesama." Sahut Naruto seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kini mereka telah berada diluar area rumah sakit. Orang tua anak itu juga sudah dihubungi oleh pihak rumah sakit, mungkin sebentar lagi mereka akan sampai.

"Baiklah, sepertinya segala urusannya sudah beres. Aku harus berangkat ketempat kerjaku sekarang."

"Kerja?" Sakura membeo.

"Kenapa?" Tanya Naruto heran karena Sakura tampak tengah mengingat sesuatu.

"Astagfirullah. Aku lupa kalau sekarang hari pertamaku bekerja. Bagaimana ini?" Sakura panik begitu menyadari kebodohannya. Ia sama sekali tidak ingat bahwa ia harus pergi ke kantor. Pikirannya terlalu fokus pada keselamatan anak kecil tadi.

ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang