"Aku bilang tidak ya tidak!"
Gadis berambut pirang itu hanya bisa menatap jengkel pria yang malah sibuk membolak-balikkan map berisikan beberapa dokumen penting di atas meja.
"Waktu itu kau bilang akan menerimanya!"
"Itu karena kau tidak bilang kalau orang yang akan bekerja padaku itu berpenampilan seperti itu."
"Apa maksudmu dengan seperti itu?!" Sahut sang gadis tak mau kalah.
Sasuke menghela napas, "Dengar Ino, aku tidak mungkin menerimanya sebagai sekretaris ku. Klien-klien ku sungguh tidak menyukai orang-orang seperti dia. Aku tidak mau menanggung rugi nantinya."
"Sasuke, Tuhan telah menentukan jodoh, rizki, dan kematian seseorang sejak dia masih berada didalam kandungan ibunya. Kau lebih mementingkan klien-klien mu yang hanya menghasilkan pundi-pundi uang yang tidak seberapa besarnya dibandingkan dengan semua harta kekayaanmu, ketimbang kau harus menolong satu orang. Hanya satu orang yang sedang mengalami kesusahan." Ucap Ino dengan tegas.
Sejenak Sasuke tertegun mendengar kalimat yang terlontar dari sepupunya itu. Ia tidak habis fikir, bagaimana bisa orang seperti Ino mengatakan hal semanusiawi itu? Padahal Sasuke tau persis gadis itu termasuk tipe orang yang tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya.
"Sakura itu sahabat terbaikku. Meskipun kami berbeda keyakinan, entah kenapa kami sudah seperti saudara. Sakura juga tidak seperti teman-temanku yang dulu." Ino menunduk, gadis pirang itu berusaha menahan desakan airmata yang menggenang dipelupuk matanya. Mengingat teman-temannya yang dulu selalu berhasil membuat rasa sakit itu datang kembali. Rasa sakit akan pengkhianatan, karena teman-temannya itu hanya memanfaatkan status sosialnya saja.
'Puk'
Ino mendongak saat seseorang menepuk puncak kepalanya.
"Sudahlah, kau tidak perlu mengingat hal-hal yang membuat hatimu terluka. Lupakan mereka yang telah menyakitimu, tapi sebelum kau melupakan mereka, maafkan lah terlebih dahulu kesalahan mereka dan jagalah orang yang menyayangimu dengan setulus hati." Ucap Sasuke yang kini sudah berdiri di depan sepupu pirangnya itu.
"Baiklah, temanmu bisa bekerja disini."
Seketika Ino menatap Sasuke saat kalimat sakral itu meluncur dari bibir sepupunya tersebut, "Benarkah?" Tanyanya senang.
Sasuke mengangguk, "Tapi ingat! Jika kerjanya tidak bagus, aku tidak akan ragu untuk segera memecatnya."
Ino menganggukkan kepalanya cepat, tak lupa dengan senyum cerah yang kini menghiasi bibir gadis pirang itu.
"Terimakasih, Sasuke."
*****
Sakura meremas tangannya gugup saat sayup-sayup suara nyaring Ino tertangkap indra pendengarnya. Apa sepupu temannya itu tidak bisa menerimanya bekerja disini? Jika itu benar, Sakura tidak apa-apa. Ia bisa mencari pekerjaan ditempat lain. Bagaimana Pun juga, Sakura merasa tidak enak jika karena dirinya Ino bertengkar dengan sepupu gadis itu.'Ceklek'
Sakura mendongak saat pintu besar itu terbuka. Disana ia melihat Ino keluar dengan raut bahagia menghiasi wajah gadis itu.
Sakura segera bangkit dan melangkah menghampiri temannya tersebut. "Bagaimana?" Tanyanya cemas.
Ino tersenyum lebar, kemudian gadis itu menarik tangan Sakura untuk mengikutinya. "Ikut aku."
"Kemana?" Tanya Sakura heran. Gadis berniqab itu mengernyit saat Ino berjalan kearah ruangan yang sama. Bukankah temannya ini baru saja keluar dari sana? Lantas kenapa kembali lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]
FanfictionSebaik-baik rasa cinta adalah yang dibangun dengan mencintai karena Allah. Tapi bagaimana jika jatuh cinta pada orang yang tidak tepat? Pada orang yang kau sendiri tau tidak akan mungkin bisa bersamanya. "Tak sepantasnya aku memiliki perasaan sepert...