Setelah memikirkannya semalaman, Sasuke bertekad untuk berkata jujur kepada kedua orang tuanya. Resiko sebesar apapun siap ia hadapi demi menjadi seorang Muslim.
Akhirnya tekad itu pun bulat. Esok paginya, Sasuke berpamitan pada Itachi untuk pulang ke rumah agar ia bisa mengatakan niatnya kepada orangtua mereka. Awalnya Itachi juga terkejut saat Sasuke mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim. Namun tidak bisa di pungkiri, ada rasa bahagia yang di rasakan Itachi mendengar penuturan adiknya tersebut.
Karena hanya umat Islam, yang bertauhid kepada Allah, yang akan memperoleh keselamatan akhirat. Sementara orang kafir sebanyak apapun amal kebaikan mereka akan tetap masuk neraka. Maka, beruntunglah orang yang telah bersyahadat dan celaka dan merugilah orang yang murtad. Semua ini adalah keyakinan yang pasti dan tidak ada lagi keraguan padanya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS. Al-Bayyinah 98:6)
Dari Abu Dzar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa mengucapkan, 'Laa ilaaha illallaah,' kemudian meninggal, maka pasti masuk surga."
Oleh karena itu, karena pentingnya syahadat ini, para Nabi dan orang-orang saleh dari zaman dulu hingga sekarang, di akhir hayatnya, selalu mewasiatkan anak-anaknya untuk berpegang teguh pada Islam hingga akhir hayat.
Akhirnya, Itachi ikut bersama Sasuke untuk mengatakan niat sang adik pada kedua orang tuanya. Itachi memilih untuk mengabaikan perkataan Ayahnya yang dulu pernah berkata untuk jangan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah mereka. Ia hanya ingin menemani Sasuke, karena entah kenapa Itachi merasa kejadian yang dulu menimpanya akan terjadi pada adiknya juga.
*****
Sesampainya di rumah, Sasuke langsung berjalan ke arah ruang keluarga saat sayup-sayup telinganya mendengar suara Ayah dan Ibunya. Itachi terus mengikutinya dari belakang.
Mikoto yang pertama kali menyadari kehadiran putra bungsunya tersebut. Sedangkan Fugaku, pria paruh baya itu hanya melirik Sasuke sekilas sebelum kembali pada koran di tangannya.
Saat hendak memanggil nama Sasuke, onyx Mikoto membulat begitu menangkap siluet seseorang yang berjalan di belakang putra bungsunya itu.
"Itachi-kun..." gumaman lirih Mikoto rupanya di dengar oleh sang kepala keluarga. Karena saat itu juga Fugaku langsung mengangkat kepalanya.
"Ada apa ini?" Tanya Fugaku dingin. Pria paruh baya itu menatap tajam dua orang yang berdiri di depannya. Terlebih pada pria yang berdiri di belakang Sasuke, yang tidak lain adalah putra sulungnya yang telah membuatnya kecewa.
"Ada yang ingin aku katakan pada Ayah dan Ibu." Ucap Sasuke tenang. Berbeda dengan Itachi yang tampak gelisah di belakangnya.
"Jika kau ingin membahas tentang perjodohanmu, Ayah tidak ak-..."
"Bukan itu yang ingin aku bicarakan." Potong Sasuke. Onyx pria menatap Ayahnya tegas sebelum mengeluarkan kalimat yang sukses membuat Ayah dan Ibunya terbelalak.
"Aku ingin menjadi seorang Muslim."
Mendengar perkataan Sasuke, Fugaku sangat murka pada putra bungsunya tersebut.
Beberapa pukulan dan tamparan di layangkan Fugaku pada Sasuke. Mikoto menjerit dengan derai airmata yang membasahi wajahnya. Sedangkan Itachi, pria itu berusaha membantu Sasuke yang jatuh tersungkur karena di hajar oleh Ayahnya sendiri.
"Ini balasanmu atas apa yang selama ini aku lakukan untukmu?!" Bentak Fugaku marah. Onyx tajam pria paruh baya itu beralih pada Itachi yang tengah membantu Sasuke untuk berdiri. "Kau pasti sudah meracuni pikiran adikmu untuk mengikuti jejakmu itu kan?!"
"Sudah cukup, Fugaku-kun..." Mikoto semakin terisak melihat wajah Sasuke yang babak belur. "Jika memang itu pilihan Sasuke, kita harus menghormatinya"
"Menghormati?" Fugaku mendengus keras. Onyx pria paruh baya itu masih menatap tajam kedua putranya.
"Baiklah. Aku akan memberimu pilihan, Sasuke." Semua pasang mata yang ada disana sontak menatap sang kepala keluarga. "Kau tetap pada keyakinan lamamu, dan aku akan membatalkan perjodohanmu serta memberikan semua harta kekayaanku untukmu. Tapi..."
Tatapan Fugaku semakin menajam kearah putra bungsunya tersebut. "Tapi jika kau tetap pada pendirianmu, silahkan angkat kaki dari rumah ini."
Sasuke dan Itachi tidak terkejut dengan kalimat yang terlontar dari Ayahnya tersebut, namun tidak dengan sang Ibu. Mikoto terus memohon pada Fugaku untuk jangan mengusir Sasuke. Dulu ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Fugaku mengusir Itachi, namun kali ini Mikoto berharap bisa meluluhkan hati suaminya yang keras itu.
Sasuke dan Itachi menatap sedih sang Ibu, namun karena kecintaan Sasuke kepada Islam sudah terlampau besar, pria itu lebih memilih untuk pergi dari rumah dengan tangan kosong.
.
.Selama di perjalanan, Sasuke hanya diam dengan kepala tertunduk. Membuat Itachi berpikir bahwa mungkin Sasuke akan meragu dengan keputusannya setelah apa yang sang Ayah lakukan pada Sasuke.
"Sasuke, kau baik-baik saja?" Itachi menatap cemas Sasuke yang sejak tadi terdiam di sampingnya. "Apa kau yakin dengan-..."
"Aku punya keyakinan dalam hati bahwa Islam adalah jalan yang benar. Aku sudah tidak perlu mempertimbangkannya kembali." Sasuke berkata seolah tau kekhawatiran yang dirasakan Itachi. "Kau tahu dimana aku bisa masuk Islam dan dibuatkan sertifikat?"
Mendengar pertanyaan Sasuke, Itachi mengatakan bahwa di Masjid yang kemarin mereka kunjungi, Sasuke bisa masuk Islam dan mendapatkan sertifikat yang membuktikan bahwa ia adalah seorang yang beragama Islam.
Sasuke mengangguk dalam diam, kemudian Itachi menyetop taksi yang akan mengantar mereka ke Masjid tersebut.
.
.Sesampainya di Masjid, keduanya mengutarakan maksud dari kedatangan mereka kemari.
Imam yang kemarin Sasuke temui adalah orang yang akan membantunya untuk menjadi seorang Muslim. Sang Imam hanya tersenyum saat mendengar niat mulia pemuda di depannya. Ternyata penilaiannya tentang pemuda itu tidaklah salah.
"Yakinilah akan satu hal. Ujian seperti itu, selama kau bersabar, tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang Allah cintai. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., "Sesungguhnya balasan yang besar ada dalam ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha dengan ujian itu, maka mereka akan mendapatkan keridhaan Allah. Barangsiapa yang murka atau tidak senang dengan ujian itu maka mereka akan mendapatkan murka-Nya."(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)" tutur sang Imam setelah mendengar penjelasan Sasuke mengenai lebam yang terdapat di wajahnya.
"Saya teringat dengan kisah-kisah yang hampir sama dengan kisah yang kau alami. Seperti kisah seorang sahabat Nabi bernama Mushab bin Umar. Dia mempunyai ibu yang sangat menyayanginya. Sang ibu memberinya banyak kemewahan. Kemudian Islam datang memutuskannya karena Mushab memutuskan memeluk Islam. Sang ibu marah bukan kepalang dan mengusirnya dari rumah berikut kemewahan yang ia sandang. Sang ibu yang dulu menyayanginya kini membencinya. Sang anak jatuh miskin. Dulu berpakaian mewah, kini berpakaian layaknya orang miskin. Meskipun demikian, Mushab tetap berpegang teguh pada Islam dan tak ada sedetikpun dia membenci sang ibu yang telah melahirkannya selama keburukan ibunya itu bukan berkaitan dengan agama. Dia tetap mendoakan sang ibu masuk Islam walaupun pada akhirnya sang ibu tetap pada keyakinannya." Sang Imam tersenyum dengan tangan yang terangkat menepuk pundak Sasuke. "Apa yang telah kau lakukan sudah tepat, nak. Demi menyelamatkan imanmu, kau menjauhi keluargamu sendiri. Yang paling utama dari semua itu adalah bersabar dan mendoakan mereka. Percayalah, derajatmu lebih tinggi daripada derajat orangtua mu meskipun mereka menghinamu dengan hinaan yang merendahkan."
Sasuke tersenyum haru, begitu pula Itachi.
Bak telaga di tengah padang tandus, Sasuke pun mengucap syahadat. Sasuke tidak akan pernah menyesal telah memeluk agama Islam. Di tengah cobaan yang ia temui, Sasuke selalu berpikir bahwa Allah tidak pernah memberi cobaan yang melampaui kekuatan hamba-NYA.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]
FanfictionSebaik-baik rasa cinta adalah yang dibangun dengan mencintai karena Allah. Tapi bagaimana jika jatuh cinta pada orang yang tidak tepat? Pada orang yang kau sendiri tau tidak akan mungkin bisa bersamanya. "Tak sepantasnya aku memiliki perasaan sepert...