Bahagia rasanya ketika apa yang kita lakukan langsung mendapatkan respon kebaikan dari orang terhormat atau mereka yang kita cintai. Ada kepuasaan, kebanggan, haru, dan tentu saja sumringah. Apalagi jika ada pemberian yang kita dapatkan sebagai penghargaan atas apa yang kita kerjakan.
Jika demikian bahagia yang kita rasakan saat menerima penghargaan dan respon dari sesama, apalagi jika yang memberikan respon langsung dan penghargaan adalah Penciptanya makhluk semesta alam?
Maka para Nabi dan sahabatnya adalah sosok yang berhak mendapatkan kebahagiaan itu. Merekalah orang-orang pilihan yang perbuatannya langsung direspon oleh langit. Karenanya, nama dan kisah mereka abadi dalam catatan sejarah dengan tinta emasnya.
Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas tentang seorang Anshar yang masuk Islam. Namun, beberapa masa kemudian, ia murtad dan melakukan kemusyrikan. Sebab menyesal setelah murtad itu, ia pun mengutus sahabatnya untuk mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Pesan orang Anshar itu kepada sahabatnya, "Tanyakan, 'Apakah ada kesempatan bagiku untuk bertobat?'"
Yang terjadi setelahnya adalah sebuah kabar gembira. Atas apa yang dilakukan oleh orang Anshar ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i, al-Hakim, dan Ibnu Hibban dari Dawud bin Hind, bahwa Allah Ta’ala langsung menurunkan firman-Nya:
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. Mereka itu, balasannya ialah, bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang yang tobat sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Ali ‘Imran [3]: 86-89)
Di dalam riwayat yang lain, lelaki yang murtad dan kembali ke dalam pangkuan Islam tersebut adalah al-Harits bin Suwaid. Maka setelah mengetahui ayat tersebut, al-Harits pun berkata kepada sahabat yang membawakan kabar kepadanya, "Sungguh, demi Allah, aku mengetahui bahwa kamu jujur, dan Rasulullah lebih jujur, dan Allah Ta’ala adalah yang paling jujur dari semuanya."
Kemudian Imam Mujahid meriwayatkan, "Al-Harits pun kembali memeluk Islam dengan sebaik-baiknya."
Islam adalah agama yang memberikan ketenangan bagi setiap pemeluknya. Setidaknya, hal itu pula dirasakan Uchiha Fugaku. Kini, pria paruh baya itu merasakan hidupnya lebih tenang dan bahagia dari sebelumnya.
Fugaku merasa, dulu hidupnya seolah tak punya arti. Sehari-hari yang dipikir hanya uang dan uang. Padahal, hidup tidak sebatas itu. Ada hak penghambaan kepada Sang Khaliq.
Karena itu, meski hidup cukup bergelimang harta, tapi yang dirasa justru gundah-gulana. Tak ada kebahagiaan. Hingga akhirnya, hidayah itu datang ketika ia ditimpa musibah.
Fugaku memeluk Islam tidak lama setelah mengalami kecelakaan sangat parah. Dirinya mengalami koma selama sepekan dan hampir dirawat dua bulan lamannya.
Di saat-saat kritisnya itu, ia mendapat hidayah bahwa Islam agama yang paling benar dan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
Siapa yang tahu, dahulunya Fugaku adalah seorang Muslim. Bahkan anak-anaknya pun tidak mengetahui akan hal tersebut. Antara kaget dan bahagia. Itu yang dirasakan Sasuke dan Itachi saat Ayah mereka sadar dan beliau meminta untuk dibimbing dalam mengucap kalimah Syahadat.
Fugaku beryukur, musibah yang dialaminya menjadi titik balik untuk kembali ke Islam. Kini, selain dirinya, sang Istri juga turut mengikuti jejaknya.
"Sasuke, bagaimana kabar gadis itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]
FanfictionSebaik-baik rasa cinta adalah yang dibangun dengan mencintai karena Allah. Tapi bagaimana jika jatuh cinta pada orang yang tidak tepat? Pada orang yang kau sendiri tau tidak akan mungkin bisa bersamanya. "Tak sepantasnya aku memiliki perasaan sepert...