17 : Kesadaran

3.1K 306 16
                                    

Sakura memandang jauh ke jendela rumah sakit dimana matanya menemukan seorang laki-laki yang tak biasanya berwajah seperti itu. Lama ia mengawasi wajah laki-laki itu, sebelum ia menyadari jika hujan telah berhenti dan ia segera memasuki rumah sakit yang dipenuhi dengan beberapa orang yang berlalu lalang.

Lorong rumah sakit yang sepi menyambutnya dengan hangat. Ia terus berjalan menyusuri lorong itu dan berharap ia masih menemukan laki- laki yang sedang melamun. Saat ia sampai dilorong yang ia tuju, gadis bercadar itu tertegun melihat seseorang yang sedang berdiri sambil mengamati awan yang ada di luar jendela. Meski ragu, ia berusaha mendekati laki- laki itu dengan wajah ramahnya.

"Assalamu'alaikum, Sasuke." Sapanya dengan suara yang sedikit lirih. Iris hijau Sakura menangkap dengan jelas tubuh laki-laki itu tersentak sebelum menoleh ke asal suara.

"Ah, Sakura. Wa'alaikumussalam warahmatullah."

"Kau sedang apa?"

"Hanya mencari udara segar."

"Bagaimana kondisi Ayahmu?"

Sasuke terdiam sesaat sebelum menampilkan senyum yang tidak mencapai matanya. Kesedihan, Sakura yakin itu. "Ayah sudah melewati masa kritisnya, tapi hingga saat ini belum sadar juga. Dokter bilang, ada pendarahan di otak Ayah akibat benturan yang cukup keras."

"Shouka ..."

Sasuke melihat Sakura menundukkan kepala seraya meremas kedua tangan gadis itu yang bertaut. Pria beriris onyx itu tersenyum. Bukan senyum paksa yang ia perlihatkan beberapa saat lalu, namun senyum tulus yang membuat paras pria itu semakin tampan.

"Terima kasih, Sakura."

"Terima kasih? Untuk apa?" Tanya Sakura heran.

"Sudah mencemaskan kondisi Ayahku. Padahal, Ayahku seringkali memperlakukanmu dengan tidak baik. Dia bahkan membuatmu kehilangan pekerjaan, dan juga beasiswa yang susah payah kau dapatkan." Tatapan Sasuke berubah sendu mengingat perlakuan Ayahnya pada Sakura selama ini.

"Yang lalu, biarlah berlalu, Sasuke. Aku tidak menyalahkan siapapun. Aku yakin, Allah memiliki rencana atas apa yang aku alami."

"Aku juga berterimakasih pada orang tuamu. Kalau bukan karena mereka, mungkin Ayahku ..." Sasuke menggantung kalimatnya. Ia tidak sanggup mengatakan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang menimpa Ayahnya kalau saja orang tua Sakura yang kebetulan berada di Tokyo untuk mengunjungi putri mereka tidak segera membawa Ayahnya ke rumah sakit.

Sakura juga sebenarnya kaget saat sang Ibu menelpon dan berkata dengan panik bahwa mereka sedang berada di rumah sakit. Lebih kaget lagi saat Ibunya berkata rumah sakit Tokyo. Sedang apa orang tuanya di rumah sakit Tokyo? Belum sempat Sakura bertanya lebih lanjut, sang Ibu kembali berkata bahwa ia harus segera menyusul ke rumah sakit.

Sasuke yang tanpa sengaja menguping pembicaraan Ibu dan Anak itu berinisiatif untuk memberi Sakura tumpangan, mengingat bus yang biasa Sakura tumpangi akan datang 10 menit lagi. Itu terlalu lama disaat rasa cemas menguasai diri Sakura.

Hingga akhirnya Sakura mengiyakan ajakan Sasuke dan mereka melesat menuju rumah sakit. Ketika tiba disana, Sakura segera turun dan berjalan cepat memasuki rumah sakit setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada Sasuke yang hanya bisa memandang punggung kecil Sakura yang semakin menjauh.

Karena merasa tidak ada kepentingan lagi disana, Sasuke berniat untuk pulang sebelum onyxnya terpaku pada sesuatu yang tampak berkilauan tergeletak diatas tanah. Karena penasaran, Sasuke turun dari motor dan berjalan hingga berhenti didekat sesuatu yang berkilauan itu. Tangannya meraih sesuatu yang ternyata adalah sebuah bros dan mengamatinya. Bukankah ini milik Sakura? Mungkin terlepas dari tempatnya saat gadis itu terburu-buru.

ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang