6 : Maaf

3.2K 315 13
                                    

Hujan lembut masih mengguyur sebagian bukit yang menghijau. Langit juga tak menampakkan keramahannya pada dunia di hari itu.

Sebuah mobil sport tampak melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang basah.

Sang pengendara sepertinya sedang dalam keadaan mood yang buruk, hal itu dapat terlihat dari raut wajah pria bersurai raven tersebut.

Bagaimana tidak, pertemuannya kembali dengan sang mantan setelah beberapa tahun membuat hati dan pikirannya berkecamuk. Rasa sakit yang dulu coba ia lupakan, kini menguap kepermukaan.

Jika ditanya apakah Sasuke masih mencintai mantan kekasihnya itu, jawabannya adalah tidak. Tidak setelah Karin mengkhianati dirinya.

Pengkhianatan yang membekas dihati pria beriris onyx itu.

Sasuke menepi saat dirasa ponsel disaku celananya bergetar. Pria itu menghela napas begitu iris hitamnya mendapati nama Naruto tertera layar ponsel tersebut.

"Teme, dia kembali." Ucap Naruto begitu Sasuke menjawab panggilan teman kuningnya itu.

"Aku tau." Sahut Sasuke setelah bebarapa saat terdiam. Pria itu paham betul siapa dia yang dimaksud oleh Naruto.

"Kau sudah tau?" Tanya Naruto memastikan.

"Hn." Gumam Sasuke seraya memandang hujan yang turun semakin deras mengguyur kota.

Sederas apapun, semenakutkan apapun, sesakit apapun, hujan tetaplah air yang menghadirkan kelembutan.

"Jadi bagaimana?"

Sebelah alis Sasuke terangkat. "Bagaimana apanya?"

"Kau tidak akan jatuh ke lubang yang sama kan?" Tanya Naruto serius.

"Kau pikir aku sebodoh itu?" Desis Sasuke tajam. Rasa benci terlihat jelas dari iris hitam pria itu.

"Baguslah kalau begitu."

"Hn."

Sasuke memutuskan panggilan secara sepihak saat dirasa tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan.

Pria itu menghela napas sebelum kembali menjalankan mobilnya. Namun hal itu Sasuke urungkan saat netra hitamnya menangkap siluet seseorang yang amat dikenal nya.

Siapa lagi yang mengenakan pakaian aneh dan serba tertutup seperti itu jika bukan sekertaris barunya dikantor.

"Sakura." Sasuke bergumam tanpa melepas pandangan dari Sakura yang tengah duduk disebuah halte tempat gadis itu biasa menunggu bus.

Sasuke terdiam. Apa ia harus memberi tumpangan pada gadis itu? Tapi jika mengingat pribadi Sakura, tawarannya pasti akan ditolak mentah-mentah.

Lalu apakah Sasuke harus memilih untuk tidak peduli? Tapi hujan semakin deras, dan cuaca juga semakin gelap. Jalanan pun sepi tanpa adanya orang atau kendaraan yang melintas.

Sasuke mendengus. Ya ampun, kenapa dia bisa sebingung ini memikirkan keadaan gadis itu?!

"Menyebalkan." Rutuk Sasuke pada dirinya sendiri. Ia tidak tau yang dilakukan nya ini benar atau salah ketika dirinya menjalankan mobil kearah Sakura berada.

******

Hujan merupakan suatu anugrah yang diturunkan oleh Tuhan. Hujan selalu ditunggu tapi kadang juga dibenci, setiap orang mempunyai pandangan tersendiri terhadap hujan. Ketika kemarau hujan selalu ditunggu, namun tibanya turun berlebihan maka banyak orang akan mengumpatnya.

Hujan identik dengan rasa dingin, tapi yang Sakura rasakan adalah setiap hujan turun selalu membawa kehangatan dan rasa nyaman.

Gadis bercadar itu memandang heran sebuah mobil sport yang berhenti tepat didepan nya. Dan keheranan Sakura berubah menjadi sebuah keterkejutan saat seseorang keluar dari dalam mobil dan berlari kearah dirinya berada untuk menghindari tetesan air hujan yang membasahi tubuh orang itu.

ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang