4 : Dibalik Selembar Cadar

3.5K 353 10
                                    

"Baiklah, untuk kali ini aku memberimu toleransi."

Sakura mendesah lega mendengar kalimat yang terlontar dari boss nya tersebut.

"Terimakasih." Ucap Sakura penuh rasa syukur.

Sasuke mengangguk, manik hitam nya kini beralih pada seonggok pria berambut pirang yang memperhatikan mereka dalam diam.

"Kenapa kau masih disini?" Tanya Sasuke pada Naruto yang kini memutar matanya malas.

"Iya iya, aku akan segera keluar." Naruto menoleh pada Sakura. "Aku pergi dulu, Sakura."

Sakura mengangguk, "Terimakasih, Naruto."

Pemuda bermata biru itu mengangkat sebelah tangannya sebelum berlalu meninggalkan ruangan.

"Kalian sudah saling kenal?" Sasuke bertanya setelah pria itu mendudukkan diri dikursi kebesaran nya.

'Bahkan sudah saling memanggil dengan nama kecil' Lanjutnya dalam hati.

Sakura mengangguk. "Naruto menolong saya saat kecelakaan itu."

Sasuke terdiam sesaat mendengar jawaban Sakura. Iris hitam kelamnya menelisik penampilan gadis bermata hijau itu. "Kau membawa baju ganti?"

Sakura menggeleng menjawab pertanyaan atasan nya tersebut.

Sasuke menghela napas. "Istirahat makan siang nanti kau ikut aku."

"Kemana pak?"

Sasuke mendelik pada Sakura, "Bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan itu?!" Tanyanya sewot.

Sakura memandang atasannya tidak mengerti. "Sebutan apa pak?"

Sasuke menghela napas kasar.  "Sudahlah, pokoknya jam istirahat nanti kau ikut aku." Titahnya mutlak.

"Berdua?" Tanya Sakura.

Sasuke mengangguk.

"Maaf pak, jika hanya berdua saya tidak bisa." Sahut Sakura pelan.

"Kenapa?" Tanya Sasuke. "Kau tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal aneh padamu. Kau bukan tipeku."

'Jadi jika aku tipe nya, dia akan melakukan hal aneh padaku, begitu?!' Batin Sakura kesal.

"Maaf pak. Dalam agama saya, pria dan wanita yang bukan mahram dilarang untuk berduaan." Jelas Sakura.

"Bukankah tadi kau datang berdua bersama Naruto?" Tanya Sasuke dengan sebelah alis terangkat.

Sakura terdiam sesaat. "Waktu itu sedang terdesak pak." Cicitnya pelan.

Sasuke menghela napas. Beruntung jika ia ada rapat diluar kantor, dirinya selalu berangkat seorang diri. Kalau tidak pun, ia pasti mengajak teman kuningnya itu. Tugas sekertarisnya hanya menyiapkan data dan dokumen yang harus ia bawa nantinya.

"Dimana kau biasa membeli pakaian seperti itu?" Tanya Sasuke langsung pada intinya. Niatnya mengajak Sakura keluar sebenarnya untuk membelikan pakaian baru untuk wanita itu. Karena tidak mungkin Sasuke membiarkan orang yang notabene adalah sekertarisnya berlalu lalang dengan pakaian kotor dan rusak. Mau ditaruh dimana muka gantengnya sebagai direktur perusahaan ternama?! Di kardus?!

"Memang kenapa pak?"

"Bisakah langsung kau jawab saja pertanyaanku itu?!" Sahut Sasuke seraya melotot pada sekertarisnya itu. Untung saja dirinya tidak punya riwayat penyakit darah tinggi. Jika tidak, mungkin ia sudah sekarat sekarang.

"S-saya tidak yakin ada yang menjualnya di Tokyo pak." Jawab Sakura takut-takut.

Sasuke terdiam mendengar jawaban wanita yang sedang menundukkan kepala itu. Benar juga, warga Jepang mayoritas non-muslim jadi pasti akan sedikit sulit mencari pakaian seperti yang selalu dikenakan oleh Sakura.

Lagipula, kenapa sih cara berpakaian sekertarisnya itu harus sedemikian ribetnya?!

"Aku heran, kenapa model pakaian mu seperti itu? Kepala yang ditutupi kain, lalu wajah mu juga. Apa di agama mu setiap wanita harus seperti itu?" tanya Sasuke menyuarakan pikirannya

"Tidakkah itu sangat merepotkan?" lanjut pria beriris onyx itu.

Sakura mendongak mendengar pertanyaan atasan nya tersebut. "Dalam agama saya ada istilah Aurat-"

"Aurat itu apa?" potong Sasuke.

"Aurat itu bagian anggota tubuh yang tidak boleh diperlihatkan kepada siapapun kecuali kepada Mahram nya, dan aurat seorang wanita itu ada pada seluruh anggota tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan." Jelas Sakura.

"Apakah untuk laki-laki juga sama?" Tanya Sasuke lagi.

Sakura tersenyum dibalik cadarnya dan menggeleng. "Itu berbeda, jika aurat laki-laki ada dibagian pusar hingga lutut saja."

"Tadi kau bilang yang tidak termasuk aurat wanita itu wajah dan kedua telapak tangan. Lalu, kenapa kau menutup wajah mu? Bukankah itu tidak termasuk aurat?" Sasuke kembali bertanya seakan-akan pria itu telah mengerti apa itu aurat.

Dengan sabar Sakura menjawab satu persatu pertanyaan yang dilontarkan Boss nya tersebut.

"Kain yang anda maksud ini disebut cadar."

"Cadar?"

Sakura kembali mengangguk. "Cadar atau niqob ini adalah bentuk penyempurnaan dalam menutup aurat seorang wanita."

"Maaf, dari yang aku tahu kain yang kau sebut cadar itu identik dengan kekerasan." Simpul Sasuke.

Sakura menghela napas mendengar kalimat Sasuke. Ia tidak bisa menyalahkan pria itu juga sebenarnya, karena memang ada beberapa orang yang tidak bertanggung jawab menjadikan cadar sebagai properti untuk melakukan hal yang tidak terpuji.

"Ibaratkan sebuah pohon yang mempunyai akar yang kuat yang bisa dijadikan pondasi agar pohon tersebut tetap mampu memberikan manfaatnya untuk kehidupan. Begitupula manusia yang mempunyai pondasi agama Islam yang kuat didalam dirinya, sehingga kedepannya bisa memberikan manfaat untuk manusia lainnya. Jadi wanita bercadar itu bukanlah sebagai gerakan radikalisme. Jika dikatakan bahwa orang yang bercadar identik dengan teroris, saya tidak setuju. Ada dua hukum yang membahasnya, yaitu sunnah dan wajib bagi wanita yang menggunakan cadar." Jelas Sakura panjang lebar.

Sasuke terdiam mendengar penjelasan gadis bermata hijau tersebut. Apakah selama ini dia telah salah menilai selembar kain penutup wajah itu?

"Berapa jauh jarak dari kantor ke rumahmu?" Tanya Sasuke tiba-tiba.

"Jika tidak macet akan menghabiskan waktu satu jam dengan menggunakan bus." Meskipun bingung, Sakura tetap menjawab pertanyaan atasan nya itu.

Sasuke tampak berpikir mendengar jawaban Sakura. Jam 2 siang nanti akan datang investor dari luar negeri. Jika ia membiarkan Sakura tetap mengenakan pakaiannya yang lusuh, hal itu akan mempermalukan dirinya sebagai seorang atasan.

"Pulang dan ganti pakaianmu, setelah itu kau kembali ke kantor." Titah Sasuke pada akhirnya. Sakura mengangguk dalam diam.

"Kalau begitu saya permisi." Sakura membungkuk 90 derajat dan berjalan kearah pintu keluar.

Sasuke menghela napas panjang begitu Sakura menghilang dibalik pintu ruangan nya.

Bersambung ...

ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang