5 : Kembali

3.4K 320 6
                                    

Pagi yang masih berkabut, membuat puncak pohon pinus yang ada diseberang rumah itu belum terlihat. Mentari pun belum mau menunjukan sinarnya. Kemungkinan, hari ini hujan akan mengguyur kota Tokyo.

Drtt.. Drrtt...

Sasuke menggeliat diatas ranjang besar nya, tangan pria itu meraba sisi lain tempat tidur untuk meraih ponsel yang tidak berhenti bergetar.

Demi dewa, siapa yang mengganggu dihari liburnya ini?! Rutuk Sasuke dalam hati.

Dengan malas pria berambut raven itu bangkit dari posisi berbaringnya. Kelopak matanya yang terasa dilem terbuka sedikit untuk melihat si penelpon kurangajar yang mengganggu tidurnya tersebut.

"Nomor siapa ini?" Sasuke mengernyit bingung mendapati nomor tidak dikenal tertera dilayar ponselnya.

"Moshi-moshi..."

Tidak ada jawaban diseberang telepon. Sejenak Sasuke melihat layar ponselnya, dan manik hitam pria itu mendapati bahwa panggilan masih tersambung.

"Hallo..." ucap Sasuke lagi.

Masih tidak ada jawaban. Perlu di catat, bahwa Sasuke ini bukanlah orang yang cukup sabar. Jadi, daripada hari liburnya hancur karena si penelpon iseng ini, lebih baik dia ...

"Sasuke-kun..."

Gerak tangan Sasuke yang hendak memutuskan panggilan itu terhenti ketika suara yang amat dikenal nya mengudara.

Sasuke tercekat. Manik sekelam malam pria itu membulat begitu indra pendengarnya menangkap suara selembut beludu diseberang telepon.

Suara ini kan ....

*****

Hari ini adalah hari sabtu. Hari sabtu adalah weekend. Dan dihari weekend tidak ada orang yang pergi ke kantor untuk bekerja, termasuk Sakura.

Dihari libur ini, Sakura memilih pergi ke kampus untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang mahasiswi. Semenjak gadis bercadar itu memiliki pekerjaan, ia mengatur ulang jadwal kuliah nya menjadi dua kali dalam seminggu yaitu hanya pada hari weekend saja.

Sakura selalu mengingatkan dirinya sendiri, jangan sampai karena sibuk bekerja ia jadi lupa akan tujuan utamanya berada di ibukota ini.

Sakura paham betul, seorang muslimah yang baik sudah selayaknya untuk selalu berada di rumah kecuali apabila ada udzur untuk keluar rumah. Salah satu contoh udzur untuk keluar rumah adalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini, Sakura harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama berada diperantauan.

Dan yang perlu diperhatikan juga adalah masalah halal dan haramnya sebuah pekerjaan dan penghasilan. Dan sudah barang tentu, muslimah yang baik akan memilih pekerjaan yang halal dan penghasilan yang halal juga.

Seringkali lingkungan pekerjaan tidak mau menerima seseorang yang bercadar seperti dirinya dengan alasan yang tidak jelas, bisa jadi karena lingkungan pekerjaan tersebut belum memahami arti niqob atau cadar. Dan juga karena pola pikir masyarakat yang sudah ter- "brain washed" oleh media-media nasional maupun internasional, dimana media-media tersebut selalu menghubung-hubungkan cadar dengan teroris.

Padahal, seandainya masyarakat mau berpikir kritis dan berpikir terbuka, tentunya mereka akan bertanya, benarkah semua yang bercadar itu teroris ? tentunya tidak.

Sama saja dengan pertanyaan, benarkah semua wanita yang berpakaian seksi itu pelacur ? tentunya tidak.

Namun seperti biasa, Islam akan selalu tersudutkan, sehingga ketika seorang muslimah ingin menyempurnakan hijab-nya dengan bercadar, maka masyarakat akan langsung menghakimi dia sebagai teroris, aliran sesat, dan yang lebih lucu, disebut seperti seorang ninja dan lain sebagainya.

Sakura tau, tidak ada penghargaan tanpa tindakan, dan tidak ada tindakan tanpa tahapan. Gadis itu juga percaya, dengan keyakinan atas dasar keimanan, dzikir dan doa yang terpanjatkan, serta ruh dan jasad yang mapan, keberhasilan akan segera terwujudkan.

Man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil.

Tin .. tin ... tin

Sakura yang kini tengah duduk menunggu bus dihalte, sedikit terperanjat saat suara klakson berbunyi dengan sangat nyaring. Gadis itu mendongak, mendapati sedan ungu berhenti tepat didepan nya.

"Ayo naik." Ajak Ino yang berada dibalik kemudi.

"Kau bawa mobil?" Tanya Sakura heran. Karena biasanya, Ino selalu diantar oleh supir pribadi keluarga gadis itu.

Gadis berambut pirang itu mengangguk.

"Kena-...?"

"Sudah, nanti saja introgasi nya. Sekarang naik. Hujan sudah mulai turun tuh."

Sakura mendongak. Ino benar, langit sudah cukup gelap dan mulai menjatuhkan tetesan air nya. Dengan segera, Sakura bangkit dan berjalan menuju mobil temannya tersebut.

Setelah Sakura memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman, Ino mulai menjalankan kendaraan roda empat nya membelah jalanan.

*****

Sasuke menghela napas bosan untuk kesekian kalinya sejak ia memasuki Kafe tempatnya berada sekarang. Aksi diam orang yang duduk didepan nya ini lama-kelamaan membuat Sasuke jengah juga.

"Kau memintaku kemari hanya untuk melihatmu yang berlagak seperti orang bisu?" Tanya Sasuke datar.

Tidak ada jawaban dari lawan bicaranya, membuat Sasuke mendengus keras. Pria itu terlihat kesal, sungguh.

"Jika kau masih tidak mau bicara, aku akan per-..."

"Aku merindukanmu, Sasuke-kun." Kalimat Sasuke terpotong oleh gumaman lirih orang yang duduk didepan pria itu.

Rahang Sasuke mengeras mendengar gumaman orang didepan nya. Onyx hitam pria itu menyorot sosok didepan nya dengan tatapan dingin.

"Merindukanku?" Dengus Sasuke remeh. "Kau bercanda kan, Karin?"

Karin, gadis berambut merah dengan kacamata bertengger dihidung mancung nya itu mendongak menatap Sasuke yang kini membuang pandangan kearah kaca besar tepat disamping meja yang mereka tempati.

"Kau masih marah padaku?" Tanya Karin sendu. Manik ruby gadis itu tampak berkaca-kaca.

"Serius kau menyanyakan hal itu?" Sasuke menatap Karin tidak percaya.

"Aku melihatmu tidur bersama pria lain dengan mata kepalaku sendiri." Desis pria itu tajam. "Dan kau bertanya apa aku masih marah atau tidak?!"

"Kumohon maafkan aku, Sasuke-kun." Setetes airmata jatuh ketika Karin mengatakan nya. Penyesalan terlihat jelas dari raut wajah gadis itu.

Dulu, Sasuke dan Karin adalah sepasang kekasih. Namun hubungan mereka kandas karena sebuah pengkhianatan.

Pengkhianatan yang tidak bisa Sasuke maafkan begitu saja.

"Rasa sakit yang kau goreskan dihatiku, aku masih bisa menahannya. Namun rasa kecewa yang kau berikan, aku tidak kuasa untuk menahannya, Karin."

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Sasuke bangkit dan berjalan meninggalkan Karin yang kini terisak penuh penyesalan.

Bersambung ...

ANA UHIBBUKA FILLAH [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang