8. pulang | LOST IN JAPAN

44 22 7
                                    

Aku ingin menyentuh kepalaku yang terasa sangat sakit, namun ketika aku mencoba mengangkat tanganku aku merasakan ada sesuatu yang sedang menindihnya. Dan ketika aku lihat, ternyata ada seseorang yang sedang meniduri tanganku. Dia adalah Daniel. Aku mengurungkan niat untuk menarik tanganku, karena dia terlihat begitu pulas. Aku tak tega untuk membangunkannya. Namun, ada sesuatu yang menyeruak dan meminta untuk keluar, aku tak bisa menahannya lagi, atau aku akan buang air disini dan itu sangat menjijikkan.

Aku pun menggerakkan tanganku yang seketika membuat Daniel terbangun. "Flow, kau sudah sadar? Sebentar aku akan panggilkan dokter!" Kata Daniel yang bermata merah lelah dan kaget.

"Tidaak, aku membangunkanmu karena aku ingin ke kamar mandi. Cepat! Aku sudah tidak tahan!" Kataku sambil menggoyang - goyangkan tangan Daniel. "Aah, kepalaku," Kataku meringis, sambil mencoba bangun.

"Kau tidak boleh banyak bergerak!" Perintah Daniel lembut. Tiba- tiba tangan laki - laki itu menyeruak di bawah punggung dan lututku.

Dia menggendongku ke toilet kamar itu.

"Jangan mengintip!" Kataku sambil menutup pintu.

Aku membuka pintu kamar mandi dan mencoba berjalan dengan merayap di tembok, aku berjalan terhuyung - huyung sambil memegangi kepala. Daniel yang melihatku susah payah berjalan akhirnya menghampiriku meraih tubuhku yang lemah. Aku hanya menatap dadanya yang terasa bidang, karena aku tak berani menatap matanya secara langsung.

Daniel meletakkan tubuhku ke atas ranjang kembali. Aku merasa lega setelah membuang semua itu. "Apakah aku sudah di Indonesia?" Kataku sambil menatapnya.

"Sebentar, aku akan memanggil dokter," kata Daniel keluar meninggalkanku, bahkan dia tak menjawab pertanyaanku. Aku melihat ada kehawatiran di mata Daniel, entah apa yang dia pikirkan. Tapi, aku baik - baik saja. Aku hanya terjatuh dan itu tidak perlu perawatan lama.

Daniel pun datang dengan seorang dokter, dia masih terlihat khawatir. Dokter itu menyapaku dengan hangat, "which body that still sick?" Tanya dokter itu sembari meletakkan stetoskopnya di dadaku.

"Just head and my leg, whats wrong with my head? I never hit something," kataku penasaran.

"Dont be sad, you can go home today, its better than yesterday. Im sorry, i have to go," jelas dokter itu dengan tersenyum. Dia tidak menjawab pertanyaanku, akupun menatap Daniel yang terlihat tak tenang sejak tadi.

"Bagaimana tubuhku bisa terasa sesakit ini? Apa ada yang kau sembunyikan?" Mataku menatap tajam Daniel.

"Bukankah kau ingin segera pulang? Aku akan menyiapkan barang - barangmu dulu. Kau harus beristirahat lagi," Daniel memakaikan selimut ke tubuhku.

"Kau..." Daniel segera menutup mulutku dengan jari telunjuknya.

💮💮💮💮

"Kau ingin pulang kemana?" Tanya Daniel menatapku.

Aku pun mengalihkan pandanganku dari area parkir. "Aku hanya punya apartemen disini, dan aku juga harus pulang ke Indonesia,"

"Apa kau ingat, kau sudah log-out malam itu?" Kata Daniel sambil memasukkan beberapa tas ke dalam bagasi mobil.

"Ya, dan aku take-off dua jam lagi! Aku harus mempersiapkannya. Antarkan aku ke appartemen! Aku harus mengemasi barang - barangku," kataku sambil melihat ke arah Daniel yang sedang berada di belakang mobil yang membuatnya berhenti menata barangnya. Aku melihat barang yang begitu familiar di otakku, itu sama persis seperti tasku. Tapi, apakah Daniel memakai tas perempuan abu - abu itu? Aku menanyakan tentang tas abu - abu yang baru saja dipegangnya, dan benar saja. Itu adalah milikku. Daniel melemparkannya kepadaku.

Setelah ku amati, ternyata barang - barang yang sedang dia tata adalah barang - barangku. Bagaimana dia bisa mendapatkannya, pihak appartemen tak mungkin sesembrono itu memberikan barang tamunya. Daniel menyadari apa yang tengah aku pikirkan dan segera bangkit dari tunduknya, dia memberitahuku bahwa aku telah log-out dan menyuruhku untuk membuka ponsel yang ada didalam tas yang sedang kupangku.

Aku pun memgacak - acak isi tasku dan menemukan apa yang ku cari, ponsel. Aku terbelalak ketika melihat tanggal yang tertera di layar, sebenarnya sudah berapa lama aku berada di rumah sakit? Daniel memberiku jawaban yang mengejutkan. Sebenarnya aku sudah berada disana selama satu minggu. Aku sungguh tak percaya atas apa yang dikatakan Daniel, aku hanya pingsan dan tak mungkin separah itu. Dia hanya diam dan memacu kendaraannya.

Aku tak banyak bicara, meskipun Daniel sesekali menatap ke arahku dengan raut wajah merasa bersalah. Aku hanya mengarahkan pandanganku keluar jendela.

"Apa kau mengingat sesuatu?" Tanya Daniel setelah membelokkan mobilnya ke jalan kecil yang berada di tengah hutan.

"Ini gelap,"

"Kau tak mengingatnya?" Daniel menatap ke arahku.

"Entahlah, aku merasa pernah melewati jalan ini. Tapi kapan?" Ucapku sambil memegangi kepala.

"Dan itu benar. Kenapa kau hanya diam? Apa kau marah kepadaku?" Daniel menatapku yang berpaling darinya.

Mulutku enggan menjawab pertanyaan itu. Daniel meminta maaf kepadaku dan aku tahu dia sedang mencoba memulai permbicaraan. Namun sekali lagi, aku tidak menjawab perkataan Daniel.

Mataku tak pernah membuatku sebingung ini, sampai akhirnya aku melihat rumah dan danau itu. Aku tak bisa tonggal bersamanya! Aku meminta Daniel untuk memutar balik mobilnya menuju hotel, tapi dia menolakku dengan alasan hari sudah malam. Beberapa kali aku memaksa Daniel, namun dia tetap saja tidak menghiraukan permintaanku dan mengatakan sesuatu yang buruk jika aku pergi, akupun menyerah.

Akhirnya mobil itu pun berhenti. Daniel keluar dari mobil dan membukakan pintu untukku. Aku berjalan menuju rumah itu dengan bantuannya. Dia juga membuka pintu rumahnya dan memintaku untuk masuk terlebih dahulu karena suhu malam yang sangat dingin. Tapi aku malah berjalan ke pagar yang membatasi teras dan menolaknya dengan alasan yang tak semua orang mengerti. Aku hampir lupa dunia luar! Daniel terlihat tak mau mendebatkan masalah ini dengan kembali menghampiri mobilnya.

"Dia akan segera membuangku," gerutuku lirih dengan tatapan kedepan.

Daniel kembali dengan membawa beberapa barangku, "tenanglah, aku tidak mengusirmu!" Daniel terkekeh.

Aku tak mengira Daniel mendengar apa yang aku katakan. kejadian ini mengingatkanku pada saat pertama kali dia mengajakku kesini, dia berlagak seperti seorang peramal yang mengetahui segala pikiran dan apa yang akan terjadi.

tiba - tiba Daniel keluar rumah dengan pertanyaan tentang kesiapanku, aku hanya diam kebingungan dan bertanya balik. Namun Daniel tidak menjawab dan malah menarik tanganku. Aku tak mau berfikir bahwa dia adalah orang jahat, tapi perlakuannya yang mengundang pikiran itu.

Aku tidak mengikuti Daniel dengan menodongnya dengan permintaan untuk menceritakan apa yang terjadi di rumah sakit. Dia hanya menjawabku dengan cengengesan dan hal yang semua orang tahu. Rumah sakit adslah tempatku dirawat.

💮💮💮💮

Yeuh . Akhirnya part ini selesai juga!
Ini adalah part yang paling bikin pusing!
Lega rasanya, meskipun belum publish haha..
Nah, maaf kalo part - part yang berhubungan dengan cerita ini berantakan.
Soalnya saya kadang - kadang lupa apa yang harus diketik, jadinya ada sedikit karangan bebas😂😂

Ih makin gajelas kan. Haha..
Yasudahlah, sampai ketemu di part - part selanjutnya.
Tetap semangat baca ya..
Komen juga!
Vote juga!
Haha.. maaf kebanyakan yaa. Hehe..

Papayy
Salam😉

Created : 19/oct/18 - posted : 23/oct/18

Flow Eyrimend Peter - Lost in japan [TBC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang